Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Belajar dari kegagalan

Format : Artikel

Impresum
Dibyo Hartono - : , 2000

Deskripsi
Sumber:
Warta Pelestarian Bandung Heritage, Agustus 2000

Isi:

Sejak awal berdirinya, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (PPBB) atau yang lebih dikenal dengan Bandung Heritage, berharap dapat turut serta berperan mendampingi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan warisan yang dimiliki Bandung, dalam hal ini salah satunya adalah peninggalan sejarah lingkungan binaannya (arsitektur) yang diperkirakan para ahli masih kaya.

Peninggalan sejarah dari hampir setiap periode perkembangan arsitektur modern dan periode sebelumnya, masih dimiliki Kota Bandung. Walaupun sampai saat ini perlahan-lahan asset kekayaan sejarah tersebut berkurang satu per satu. Hal ini disebabkan banyak faktor, tuntutan kebutuhan ekonomi bisa jadi penyebab utama, lalu diikuti oleh kekurangansadaran serta ketidaktahuan pemilik akan nilai sejarah yang mereka miliki bisa menjadi alasan berikutnya. Namun bisa jadi juga hal tersebut diakibatkan oleh "lalainya" sang arsitek dalam memahami sejarah perkembangan arsitektur itu sendiri.

Kegagalan Pelestarian

Contoh nyata kegagalan Kota Bandung dalam memperjuangkan keberadaan bangunan bersejarahnya, diantaranya adalah pembongkaran Gedung Singer di Jalan Asia Afrika. Meskipun telah ditempuh berbagai upaya, baik oleh individu maupun oleh PPBB (yang saat itu baru berdiri), satu dari karya Brinkman yang unik dan langka akhirnya lenyap juga.
Masih di Jalan Asia Afrika, ditandai dengan dibongkarnya bangunan Pendopo Kantor Dep. Pekerjaan umum Wilayah Jawa Barat. Bangunan unik dan langka dengan gaya landhuis yang sangat tropis tersebut, kini hanya tinggal gambar yang bias dilihat di buku-buku. Ini bisa dikatakan lemahnya kesadaran sejarah budaya para pembuat keputusan di tingkat kementrian ini, termasuk pembuat keputusan tertingginya yang notabene seorang arsitek karena ketidaksadarannya kemudian merasa berdosa terhadap penghancuran bangunan tersebut.

Contoh lain yang penting adalah dihancurkannya empat buah gedung bioskop yang hampir semuanya bergaya art deco. Satu bioskop di Jalan Asia Afrika, dua di sebelah timur Alun-alun dan satu bioskop lagi di depan stasiun Bandung. Keempat bioskop tersebut, selain indah dan unik, sebetulnya juga mewakili sejarah perkembangan teknologi perfileman di Indonesia. Banyak peneliti dalam maupun luar negeri yang berkunjung ke Indonesia sangat kecewa karena kehilangan jejak perkembangan arsitektur perfileman ini.

Begitupun di Jalan Braga. Beberapa bangunan yang telah dirancang dengan sangat baik dan menyatu dengan lingkungannya, bersalin menjadi toko kue dan kacamata yang bisa dikatakan rendah kualitas desainnya, terutama bila dikaitkan dengan lingkungannya. Ada komentar menggelitik sekaligus menyengat yang mengatakan, "Kalau dibangun menjadi bangunan baru yang lebih bermutu sih lumayan, tapi kalu berubah menjadi bangunan baru yang ’gagal desain’ seperti ini, ya sayang sekali." Memang, membangun bangunan baru di kawasan yang sudah mempunyai karakter tersendiri seperti Braga, bukan pekerjaan yang mudah dan ‘cepat jadi’.
Bila diurut masih berderet lagi daftar bangunan, taman monumen, yang dilenyapkan di Kota Bandung ini, termasuk juga beberapa kawasan bersejarah lainnya. Bila hal ini dibiarkan terus menerus, Kota Bandung mungkin akan menjadi kota yang akan terus menurun ...

Kualitas fisik dan visual lingkungannya. Oleh karena itu, kita pasti setuju bila kita, sebagai warga kota, harus berjuang lebih gigih dalam memperjuangkan pelestarian budaya agar kota kita lebih berbudaya dan lebih elegan penampilannya, sekaligus juga sebagai kota yang menghargai sejarahnya.

Keberhasilan Pelestarian
Di antara kegagalan-kegagalan dalam mempertahankan bangunan-bangunan berrsejarah di Kota Bandung, kita bisa sedikitnya bergembira atas beberapa perkembangan yang terjadi belakangan ini, walaupun belum mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan.
Berkat kerjasama yang semakin baik dengan Pemerintah Kota Bandung, saat ini masyarakat telah semakin memberikan kepercayaan untuk meminta saran kepada Bandung Heritage dalam menangani pelestarian bangunan bersejarah yang mereka miliki.

Di antara keberhasilan tersebut yang paling menonjol adalah permintaan merenovasi dan merekontruksi bangunan di Jalan Sawunggaling No. 2 yang hasilnya sangat baik bila dilihat dari manfaat yang dapat ditimba Bandung Heritage dan bagi pembangunan lingkungan kota. Disebut rekonstruksi karena 30 % bangunan sudah dibongkar sehingga perlu di rekontruksi. Pemilik mempercayakan Tim Arsitektur/Desain Bandung Heritage untuk membimbing perancangan maupun mengawasi jalannya pelaksanaan pembangunan.

Keberhasilan lain adalah semakin banyak kepercayaan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam menangani pembangunan yang berkaitan dengan arsitektur bersejarah. Masyarakat yang ingin merenovasi atau mengembangkan bangunan bersejarahnya, oleh Pemerintah Kota Bandung disyaratkan harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan Bandung Heritage. Beberapa diantaranya yang telah "melalui" Bandung Heritage adalah pembangunan poliklinik Rumah Sakit Halmahera, penambahan bangunan Pusat Bala Keselamatan di Jalan Jawa, rencana revitalisasi di Komplek Gereja Katedral di Jalan Merdeka, renovasi bangunan Jalan R.E. Martadinata 63 (ex TBI), dan beberapa bangunan lainnya.
Bagaimana di Masa Datang ?

Kegagalan-kegagalan yang dialami, bila diperhatikan, disebabkan oleh beberapa masalah yang harus kita tanggulangi bersama. Salah satunya diakibatkan oleh keserakahan manusia dalam mengejar keuntungan tanpa menghiraukan nilai-nilai lingkungan sekitarnya. Lainnya diakibatkan oleh ketidakmampuan menata ruang kota yang lebih baik, juga kekurang pedulian perancang dan pelaksana pembangunan pembangunan dalam pelestarian bangunan bersejarah sebagai referensi perkembangan ilmu dan teknologi bangunan, serta kurangnya daya kritis masyarakat dalam memberikan reaksi terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya.

Kegagalan-kegalan seperti kasus-kasus diatas harus kita kurangi, bila mungkin kita hindari. Karena sejarah tak akan berulang, dan dari pelestarian ini sejarah akan memiliki referensi tempat dan wujud dalam memahami perkembangan kita sebagai bangsa dan khususnya sebagai masyarakat.

Dengan demikian, sebagai warga kota, kita juga harus ambil bagian sebagai kontrol bagi lingkungan kita. Keberhasilan mempertahankan bangunan di Jalan Sawunggaling disebabkan oleh kecepatan bereaksi dan ketepatan berbuat setelah menyaksikan penghancurannya. Kita bisa menulis di kolom surat pembaca atau artikel di koran, majalah, tabloid seperti yang dilakukan untuk kasus bangunan di Sawunggaling juga dapat melalui media massa lainnya. Bila melihat tindakan-tindakan yang mencurigakan terhadap bangunan, taman maupun monumen bersejarah, segeralah cari tahu dan mulai bertindak.

Dalam upaya meningkatkan kepedulian tersebut, bagi anggota Bandung Heritage yang berminat untuk turut serta dalam proses konsultasi renovasi bangunan bersejarah, terbuka kesempatan untuk mengikutinya, baik kepada yang menekuni bidang arsitektur maupun dari disiplin ilmu lain. Diharapkan di masa yang akan datang, anggota muda Bandung Heritage sebanyak mungkin harus dapat berperan serta dalam menangani masalah-masalah pelestarian warisan budaya yang semakin terancam keberadaannnya.[WP]

* Penulis adalah staf pengajar FSRD ITB, Pengurus Paguyuban Perlestarian Budaya Bandung dan Anggota Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Jabar.

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved