Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Bus TransJakarta dijaga ketat : Dua minggu ke depan, tidak dipungut bayaran

Format : Artikel

Impresum
- : , 2004

Deskripsi
Sumber:
Suara Pembaruan: Rabu, 14 Januari 2004

Isi:

JAKARTA - Bus TransJakarta yang akan dioperasikan 15 Januari 2004 dijaga ketat guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Hal itu bisa dilihat di Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (13/1).

Sejumlah petugas PKB berseragam hitam berada di depan dan belakang masing-masing bus yang berderet di pelataran parkir barat kantor PKB. "Kami waspada saja. Jangan sampai sebelum operasi kendaraan-kendaraan ini terjadi apa-apa," kata Kepala Seksi PKB Pulogadung, Asner Sihombing.

Ia mengatakan 20 bus TransJakarta dititipkan di kantornya sejak seminggu yang lalu. Ia bersama anak buahnya menjaga bus-bus itu selama 24 jam.

Seperti diberitakan, dua bus TransJakarta yang diparkir di Terminal Pulo Gadung, mengalami kerusakan. Kaca bagian belakang pecah. Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menegaskan kaca pecah itu bukan karena perbuatan orang tak bertanggung jawab, melainkan karena terkena dahan pohon.

Ia mengaku sudah meng-hubungi pengusaha bus, yang berjanji akan mengganti, dan bus siap dioperasikan saat peluncuran. "Saat minta diganti, pengusaha itu menyanggupi," katanya.

Sebanyak 50 bus TransJakarta sebelum beroperasi disimpan di sejumlah tempat, di antaranya di pelataran parkir kantor PKB dan kantor PKB Ujung Menteng, Cakung, serta Bogor.

Sehari sebelum mulai beroperasi, bus-bus itu harus sudah bersiaga di Terminal Bus Pinang Ranti, Makasar, Jaktim. "Bus-bus itu pas hari mulai operasi, start dari Terminal Bus Pinang Ranti," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Rustam Effendi, Selasa kemarin.

Ia mengatakan, sampai saat ini karena Terminal Bus Pinang Ranti masih ditata, bus-bus itu disimpan dulu di sejumlah tempat. Selain itu, kata Rustam, ada beberapa bus yang harus dipoles supaya kelihatan cantik. "Bus-busnya bagus, tetapi ada beberapa yang mesti dipercantik lagi," kata dia.

Sementara itu, peluncuran moda angkutan umum baru, TransJakarta Busway, dipastikan dilakukan Kamis (15/1) pukul 10.30 WIB. Peluncuran itu akan dipimpin langsung Gubernur Sutiyoso, dan rencananya dihadiri sejumlah duta besar negara sahabat.

Meski peluncuran secara resmi dilakukan mulai pukul 10.30, tetapi operasional TransJakarta Busway sudah dimulai sejak pukul 05.00. Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi DKI Jakarta, Muhayat, mengatakan mulai Kamis besok, 152 bus yang selama ini melayani secara penuh jalur Blok M - Kota, operasionalnya akan digantikan dengan 56 bus TransJakarta.

Bus-bus yang tidak akan melayani lagi jalur Blok M - Kota, dialihkan fungsinya menjadi feeder, seperti Steady Safe 938 jurusan Kota-Blok M, PPD P1 jurusan Blok M - Kota, PAC 01 Jurusan Lebak Bulus - Kota, PAC801 juruasan Blok M -Kota, PO Bianglala P69 Kota -Ciputat, PAC 45 jurusan Ciputat-Blok M, dan PO Pahala Kencana PAC49 jurusan Lebak Bulus - Kota.

Masyarakat yang ingin menggunakan busway sebagai alat transportasi diminta menunggu di halte-halte yang disediakan. Badan Pengelola (BP) TransJakarta Busway memberi kepastian, selama dua minggu ke depan untuk sosialisasi, penumpang tidak dipungut bayaran apa pun.

Para penumpang di halte-halte di jalur utama (Blok M - Kota) akan diberi karcis oleh petugas yang kemudian menukarkan potongan karcis itu dengan kartu elektronik di pintu masuk halte. "Secara otomatis alat sensor akan membaca kartu elektronik tersebut dan menelannya. Setelah itu, penumpang boleh masuk ke ruang tunggu halte," ujarnya.

Di sisi lain, menjelang peluncurannya, sejumlah bagian pekerjaan masih belum jelas, misalnya soal tiket. Meskipun telah ditentukan harga tiket untuk jalur utama (Blok M-Kota) Rp 2.500 dan Zona I untuk feeder Rp 2.900 dan Zona II sebesar Rp 3.800, teknis pemasaran tiket masih belum jelas.

Kepala Sub Dinas Bina Usaha Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta Bambang Gardjito mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih berpikir cara paling efektif, efisien, dan aman menjual tiket kepada penumpang.

Penjualan tiket langsung di halte busway tidak menjadi masalah, tetapi penjualan lewat feeder masih dikaji lebih dalam lagi. Penjualan melalui kondektur bus, ujar Bambang, rawan untuk dimanipulasi sehingga bisa merugikan operator. "Misalnya untuk penumpang jarak dekat, penumpang bisa saja membayar Rp 500 ke kondektur, tapi oleh kondektur potongan karcis feeder ditagih ke pengelola Rp 3.100 dan Rp 3.300. Mereka untung, kita yang rugi," katanya. Untuk mengantisipasi inefisiensi tersebut, pengelola mendirikan loket-loket khusus di sejumlah tempat strategis. (E-8/E-7)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved