Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Tangerang banjir sampah

Format : Artikel

Impresum
- : , 2005

Deskripsi
Sumber:
TEMPO: Sabtu, 27 Agustus 2005

Isi:

Tangerang – Wilayah Kabupaten Tangerang terancam banjir sampah. Hal ini terkait dengan penutupan TPA Pasir Muncang, Kecamatan Jayanti, sejak tahun lalu dan TPA Cipecang, Kecamatan Serpong , sejak bulan lalu oleh warga. Selain itu, alat angkut sampah minim. Penutupan dilakukan karena warga merasa terganggu dengan bau yang ditimbulkan sampah itu. TPA yang berada di Desa Jatiwaringin, Kecamatan Mauk, yang luasnya 10 hektare kini menjadi satu – satunya andalan pemerintah setempat.

Dari 2000 kubik sampah yang dihasilkan setiap hari, hanya 35 persennya yang terangkut ke TPA Jatiwaringin," ujar Kepala Bidang Penanggulangan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Tanggerang Trimanto kemarin.

Trimanto pun sangat keberatan dengan sikap warga itu. Akibat penutupan itu, kini Kabupaten Tanggerang Nyaris Kebanjiran sampah setiap hari.

Saat ini, kata dia, proses pengangkutan sampah dari 26 kecamatan yang ada dan puluhan titik penimbunan sampah ke Mauk, banyak mengalami kendala. Diantaranya, TPA Jatiwaringin di Mauk sangat jauh, sekitar 50 km.

"Dalam sehari mobil pengangkut hanya bisa mengangkut dua rit," kata Trimanto. Hal ini diperparah dengan kondisi 80 unit armada pengangkut sampah yang sudah tua. "Setiap hari hanya bisa mengangkut 600 – 700 kubik,"ujarnya.

Sedianya, ada tiga TPS yang akan dibangun di Pamulang, Bencongan Curug, dan Pondok Jagung Serpong. Masing – masing TPS berukuran 40 x 20 meter dengan tembok beton tinggi dan dilengkapi pos penjagaan. "Anggaran sudah disetujui, tapi warga menolak," kata Trimanto lagi. Akhirnya, untuk menghindari penolakan warga, TPS besar tersebut di pecah menjadi tujuh TPS kecil berukuran 2 x 2 hingga 4 x 5 meter. Dengan demikian, saat ini ada sembilan TPS kecil, tujuh di sepanjang jalur Cikupa dan dua di Balaraja. Namun, karena jumlah sampahnya besar, TPS kecil itu tak bisa menampung lagi.

Berdasarkan pengamatan Tempo di sejumlah titik, sampah – sampah terlihat menumpuk dan sudah membusuk. Di Pasar Cikupa misalnya, sampah terlihat menggunung setinggi 2 meter dan berserakan di pinggir jalan. Begutu juga di Pasar Ciputat, sampah – sampah menggunung dan berserakan di pinggir jalan.

Menurut Trimanto, kondisi sampah menggunung tidak hanya berada di pasar – pasar, tapi juga di perumahan dan tempat pembuangan sampah liar yang sengaja dibuat warga sendiri. "Kami sudah bingung menangani sampah ini," katanya. JONIANSYAH

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved