Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Sampah dibuang di jalan

Format : Artikel

Impresum
- : , 2005

Deskripsi
Sumber:
Banjarmasin Post: Senin, 9 Mei 2005

Isi:

Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kawasan Basirih kondisinya kini makin memprihatinkan. Sejak empat hari lalu puluhan kubik sampah menggunung di jalan masuk TPA. Sampah tidak bisa diangkut hingga penampungan karena sekitar 300 meter sebelum lokasi, kondisi jalannya rusak parah.

Akibat ulah sopir yang sembarangan itu, jalan menuju lokasi TPA yang hanya satu-satunya itu kian sempit. Bahkan jalan tidak bisa lagi dilalui.

Ketua RT 56, Kelurahan Basirih, Suriansyah menyatakan, persoalan kerusakan jalan tersebut memang menjadi dilema bagi para sopir dan warga setempat semenjak lama. Setiap kali diperbaiki-- dalam hal ini oleh pengelola TPA, CV Giat, selalu mengalami kegagalan.

"Sebenarnya jalannya ini sudah sering diperbaiki pihak CV Giat. Tapi selalu gagal karena waktu pengerjaan selalu pas musim hujan. Sehingga kerja mereka selalu sia-sia. Tanahnya belum kering benar, hujan turun. Ya longsor lagi dan hasilnya ya becek seperti ini," kata Suriansyah ketika ditemui BPost di TPA, Minggu (8/5).

Karena merasa aktivitasnya terganggu, warga menuntut agar pengelola segera memindahkan sampah-sampah yang menggunung itu. Selain mengganggu aktivitasnya, mereka pun sulit mengais rezeki dari tumpukan sampah itu.

Berdasarkan pantauan BPost, melubernya sampah-sampah ke jalan ini cukup mengancam keberadaan areal sawah warga yang ada di sekitarnya. Dikhawatirkan, akibat zat-zat kimia yang terkandung, tanaman akan mati.

"Kami heran juga sama pemerintah kita ini. Kalau tidak kita tagih, mereka tidak bertindak. Masalah tanggul saja, baru dikerjakan setelah kami aktif menanyakan kepada Dinas Kebersihan dan DPRD Kota Banjarmasin. Hari Jumat kemarin mereka meninjau lokasi dan baru menyetujuinya," akunya.

Seorang perwakilan sopir, Jatim mengatakan, masalah ketidaktertiban sopir dengan membuang sampah di jalan, sebetulnya semua tergantung alat berat seperti buldozer dan spoter yang seharusnya bisa digunakan maksimal. Menurutnya, keberadaan alat berat di lokasi tersebut tidak seimbang dengan jumlah sampah yang masuk. "Dalam sehari saja setiap truk bolak-balik sampai 2-4 kali," kata Jatim.

"Bagaimana bisa maksimal. Dari tiga alat pengeruk yang ada, cuma dua unit yang berfungsi. Itupun saya lihat kondisinya kadang-kadang rusak. Sehingga kalau pas tidak jalan, sampah jadi menumpuk tidak teratur," tandasnya.m8

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved