Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Menangkap tren mandi hujan

Format : Artikel

Impresum
Saptono Istiawan - : , 2005

Deskripsi
Dalam:
Kompas: Jum\'at, 15 April 2005

Isi:

APAKAH Anda masih ingat ketika Anda bergembira berlari-larian atau bermain bola di saat hujan? Ingatan masa kecil itu tentu menggoda untuk kita lakukan lagi sekarang. Namun, apa daya norma-norma bagi orang dewasa tak mengizinkan untuk mengulanginya saat ini. Akan tetapi, bagaimana kalau kita punya kamar mandi tak beratap alias beratap langit!

Bayangkan, di saat panas terik tentu tak terkira nikmatnya kesejukan air mandi kita. Sebaliknya, di kala malam cerah kamar mandi bermandikan cahaya bulan purnama dan berjuta bintang.

Ternyata, mandi pun butuh imajinasi yang sedikit liar. Saya sendiri belum pernah merancang kamar mandi semacam ini. Namun, beberapa hotel resor di Bali sudah mencobanya. Beberapa arsitek juga pernah merancangnya. Sejarawan kita, Ong Ho Kam, juga memilih kamar mandi sejenis ini sekitar 20 tahun yang lalu. Dengan dibantu oleh arsitek Hindro Soemardjan IAI, dia mewujudkan keinginannya untuk mandi di bawah awan.

Dua konsep

Nah, Anda berhasrat memiliki kamar mandi seperti itu? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkannya.

Kamar mandi macam itu mempunyai dua konsep. Hanya atas terbuka, tetapi dinding tetap menutupi kita di kala mandi.

Atas terbuka, demikian juga pandangan ke segala arah. Yang pertama cocok untuk rumah-rumah di daerah padat sehingga pandangan horizontal sangat terbatas. Maksudnya, kamar mandinya sebenarnya kamar mandi biasa saja, namun kita buka atapnya dan diberi sekadar pengaman seperti teralis besi. Kita tidak punya view ke sekeliling kita karena tidak memungkinkan. Tetapi, kita bisa menatap langit atau bulan purnama jika dewi malam ini muncul.

Jadi, Anda bisa merasakan mandi di terik matahari. Perasaan kontras antara panas dan sejuknya air mandi Anda tentu sangat luar biasa. Sebaliknya, Anda juga bisa merasakan sejuknya malam dan hangatnya air mandi di saat matahari terbenam, ditambah bonus gemerlapnya sinar bintang. Bahkan, di waktu hujan kita bisa mandi dengan air hujan, asal hujan di tempat anda tidak mengandung asam (acid rain) saja.

Ada tambahan keuntungan lain dari kamar mandi terbuka ini. Ventilasi dan sinar tentu menjadi sangat baik. Kamar mandi menjadi lebih bersih dan lebih mudah membersihkannya.

Bisa juga ditambah dengan dengan feature-feature alamiah, seperti tanaman di pot, patung batu, atau batu besar asli.

Yang kedua untuk daerah yang luas pandangan lepas ke segala arah. Atau kalau kamar mandinya berada di tempat yang tinggi sehingga menghalangi pemandangan sekitar. Kamar mandi seolah dibuat di atap rumah kita. Atau di balkon dekat kamar tidur kita yang berada di lantai atas. Tentu kita bisa memanfaatkan kaca-kaca buram atau kisi-kisi penghalang pandangan untuk melindungi privasi kita.

Kamar mandi terbuka semacam ini punya kelebihan lagi. Pemandangan hampir ke segala arah-atas, bawah, kiri, kanan, dan mungkin depan belakang-ditambah lagi dengan tiupan angin sepoi-sepoi. Jika masih dimungkinkan, Anda bisa menempatkan semacam dipan untuk dede (berjemur di matahari pagi) sambil membaca koran pagi. Kalau Anda mampu, tentu Anda bisa melengkapi lagi dengan hot tub semacam whirlpool untuk mandi air panas. Tetapi, hot tub ini membutuhkan penjelasan tersendiri.

Semuanya tentu tetap mengikuti syarat-syarat teknis dan kaidah arsitektural rumah kita supaya jangan terlihat aneh.

Apakah ide kamar mandi terbuka ini ide yang aneh? Kalau tidak jamak, memang. Namun, kalau aneh sih tidak. Coba kita pikirkan lagi sejenak. Di masa lalu kita harus mendatangi sumber air, seperti sungai, danau, sumur, dan air terjun yang pada umumnya sama sekali tak menyediakan tempat tertutup. Jadi, sebenarnya asalnya memang kita mandi di tempat terbuka.

Hanya, ketika kemudahan-kemudahan yang datang kemudian memungkinkan air masuk ke dalam rumah kita, kita lalu menciptakan mandi yang tertutup. Kita tidak tahu prosesnya mengapa kemudian kita harus mandi secara sembunyi-sembunyi, yang pada akhirnya menjauhkan kita pada saat satu-satunya kesempatan kita untuk bersentuhan dengan alam secara intens, yaitu mandi dengan air alam (tidak ada air sintetis!).

Seperti yang Anda ketahui, iklim di negeri kita memungkinkan kita melakukannya sepanjang tahun. Baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Tentunya Anda masih ingat pantun ini, "...Kalau ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi..." Mandi di tengah ladang? Betapa nyamannya! *

Saptono Istiawan IAI

Subject :

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved