Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Arsitektur Indonesia modern : Akar tradisi, modernisasi atau belum ditemukan

Format : Artikel

Impresum
Arbain Rambey - : , 2005

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Minggu, 8 Mei 2005
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/08/desain/1734239.htm

Isi:

MEMPERTANYAKAN bagaimana sosok arsitektur modern Indonesia, mau tidak mau kita harus membenturkan dua hal: akar tradisi dan realitas kebutuhan akan fungsi arsitektur itu sendiri. Seperti halnya sebagian besar negara-negara di Asia, perdebatan tentang arsitektur kontemporer Indonesia juga selalu terkait dengan sejarah, tradisi, dan kondisi geografi. Apakah betul arsitektur modern yang baik harus berakar atas kekayaan budaya dan tradisi serta memperhatikan lingkungan yang ada?

SEBALIKNYA, beberapa arsitek percaya bahwa untuk maju ke depan, kita justru harus melupakan masa lalu yang dapat menghambat kemajuan dan sekaligus percaya bahwa teknologi akan dapat mengatasi masalah lingkungan, antara lain iklim.

Maka menarik sekali mengkaji sebuah buku arsitektur yang baru terbit. Ditulis oleh penulis arsitektur Imelda Akmal dengan foto-foto oleh Sonny Sandjaya, buku berjudul Indonesian Architecture Now (IAN) ini memberikan banyak jawaban sekaligus banyak tanda tanya baru kepada kita atas perkembangan arsitektur Indonesia akhir-akhir ini.

Selain mengajukan contoh-contoh terbaru-yang membuat banyak di antara kita kaget bahwa itu semua sudah ada di Indonesia-buku IAN ini juga memberi umpan agar kita bisa menjawab sendiri pertanyaan di awal tulisan tentang bagaimana sosok arsitektur Indonesia itu sebenarnya.

Pada kehidupan sekarang segala barang yang dibuat manusia akhirnya tidak menjadi sekadar fungsi. Semua benda ciptaan harus punya nilai lain yang bisa memberi "nafkah batin" pada penggunanya. Pada konteks sebuah bangunan atau produk arsitektur, selain fungsi untuk digunakan manusia harus terpenuhi dengan sangat nyaman, sebuah bangunan juga harus indah dalam sebuah bingkai tertentu.

Contoh-contoh yang dipilih dalam buku IAN selain tampaknya memang raihan terbaik di Indonesia dalam lima tahun terakhir (tahun 2000 sampai sekarang), juga memberi kesegaran karena ide-ide baru-bahkan kadang sangat gila-gilaan-bermunculan.

Untuk hal paling sederhana, pada halaman 077-078 ditampilkan rumah di Cihanjuang, Jawa Barat. Karya arsitek Tan Tjiang Ay ini sebuah contoh menarik bahwa rumah murah juga bisa indah dalam kacamata mutakhir namun tetap bisa melayani kebutuhan aneka fungsi dan kegiatan manusia di alam modern ini. Sebuah rumah bisa dipilah menjadi dua bagian, sayap kegiatan dan sayap untuk beristirahat.

Selain itu, rumah yang selesai dibuat tahun 2002 ini membuktikan bahwa untuk jadi indah, sebuah rumah tidak harus mengalami pengecatan total. Tampilan sekadar beton bisa tetap artistik saat dipadu dengan elemen lain yang serasi.

CONTOH yang menunjukkan kecerdasan mengolah cahaya alami melimpah di Indonesia dipaparkan di banyak halaman. Tampaknya penyiasatan akan cahaya alami dalam konteks hemat energi telah menjadi sosok sentral desain arsitektur yang akan dikalungi atribut "Indonesia".

Sebuah rumah di Jagakarsa, selatan Jakarta, karya arsitek Adi Purnomo yang tampil di halaman 003 sampai 010, seakan membuka diri selebar-lebarnya terhadap segalanya. Demikian pula desain vila karya arsitek Dicky Hendrasto di Cipanas yang selesai tahun 2000 seperti terpampang di halaman 041-046.

Jawaban atas pertanyaan di alinea pertama memang tidak dijawab dengan satu jawaban oleh buku ini. Contoh untuk hotel dan resor seperti tampil di halaman 093-120, selalu menyertakan sebuah sentuhan rumah tradisional dalam desain interior maupun eksterior hotel. Sentuhan itu bisa berupa atap dari ilalang untuk menaungi elemen bawah yang modern, atau juga mengambil pola tapak seperti pola tapak bangunan tradisional Bali umumnya.

Mau contoh yang agak gila-gilaan? Di halaman 125-128 kita mungkin akan tersentak menyaksikan ada bangunan seperti itu di Jakarta. Sebuah bangunan untuk studio arsitek yang sangat modern tetapi total "dibungkus" bambu. Melihat gambar bangunan karya arsitek Jeffry Budiman yang selesai tahun 2004 itu, kita seakan melihat sebuah bangunan di negara lain.

Dan tidak kalah uniknya adalah bangunan EX Plaza Indonesia dengan warna-warnanya yang cerah, tampil di halaman 145-152. Bangunan di bilangan bundaran Hotel Indonesia ini memang "mengejutkan" di antara bangunan-bangunan tinggi lain yang masih konvensional bentuknya. Bentuk miring-miring EX Plaza seakan mobil-mobil yang berpacu kencang dan miring saat mengitari bundaran air mancur di depan Hotel Indonesia itu.


TIDAK cuma memperkaya kita dengan realitas perkembangan arsitektur Indonesia mutakhir, buku IAN juga memperkaya kita dengan sejarah masa lalu yang membuat kita mudah memahami perkembangan arsitektur Indonesia ke depan. Ternyata arsitektur Indonesia masa lalu, sejak kebangkitannya yang dicanangkan oleh Presiden pertama Soekarno, sarat dengan kepentingan dan muatan politik.

Ciri khas proyek-proyek arsitektur Soekarno adalah kemajuan, modernitas dan monumentalitas. Sebagian besar dari proyek-proyek ini dibangun dengan langgam "International Style" untuk menandai kebangkitan suatu kekuatan progresif baru yaitu Republik Indonesia. Demikian ditulis Iwan Sudradjat dalam tulisan "Arsitektur Indonesia 1950an-1990-an, Sebuah Telaah Historis Singkat" di awal buku IAN.

Secara umum, buku IAN memang memberi gambaran utuh pada perkembangan arsitektur Indonesia saat ini. Di tengah langkanya buku sejenis, buku IAN sungguh menyegarkan.

Hal lain yang agak mengusik mungkin adalah kemiripan beberapa desain arsitektur Indonesia modern yang ditampilkan di buku ini. Seorang rekan mengatakan, beberapa bangunan mirip dengan karya ini atau karya itu.

Namun, sebenarnya kemiripan di dunia ini bukanlah hal aneh karena seperti kata orang Inggris, "Nothing new in this world". Saling mempengaruhi di desain memang biasa terjadi seperti juga cara kita makan dan berbicara adalah meniru dari orang lain sejak kecil.

Bagaimana pun, buku IAN memberikan penyegaran pada benak kita pada sebuah disiplin yang perlu kita kembangkan sepanjang waktu. Wajah arsitektur adalah wajah kita juga.

Subject :

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved