Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Konsep "Rows" di Kota Chester

Format : Artikel

Impresum
Ari Widyati Purwantiasning - : , 2005

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Minggu, 1 Mei 2005
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/01/desain/1714407.htm

Isi:

MELIHAT sebuah kota bagaikan melihat sesuatu yang menyenangkan. Bagaimanapun juga, kota merupakan pemandangan yang mempunyai arti tersendiri. Kevin Lynch, arsitek dari Chicago, menyatakan hal tersebut dalam salah satu bukunya. Lynch juga memaparkan, sebuah kota layaknya karya arsitektur, terbentuk dari ruang-ruang dalam skala besar.

SEBUAH kota dapat memberi citra tersendiri bagi setiap orang yang melihat, terlebih bagi orang-orang yang tinggal di dalamnya. Dalam hubungannya dengan identitas dan citra mental, kota dapat mencerminkan kualitas fisik. Hal tersebut dipancarkan dari setiap elemen pembentuk kota, mulai dari bangunan, ruang-ruang yang dibentuk bangunan tersebut, sampai jalan-jalan yang terbentuk di antaranya.

Berbicara mengenai kota yang dapat menjadi citra dan identitas baginya, Chester menjadi salah satu kota yang dapat diambil sebagai contoh kasus. Chester merupakan salah satu kota bersejarah di Inggris yang dikenal sebagai kota hitam-putih. Bangunan berwarna hitam-putih yang berjajar di sepanjang jalan pusat kota Chester memberi suasana tersendiri, baik bagi para pengunjung maupun masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Kota Chester terkenal dengan konsep galeri pertokoannya yang disebut sebagai rows. Selain itu, Chester juga banyak mempunyai aspek estetika, di antaranya keberadaan jalan-jalan tua dan lorong-lorong serta koridor di dalam area pusat kota, katedral dengan dinding batu berwarna merah atau dikenal dengan redstone, lapangan tempat latihan pacuan yang bersejarah, dan rumah-rumah bergaya Georgia dan Victoria yang dapat ditemukan di setiap sudut kota Chester.


PUSAT kota Chester terbentuk dari empat jalur utama, yaitu Watergate Street, Eastgate Street, Brigde Street, dan Northgate Street. Keempat jalan utama tersebut bertemu di titik pusat kota Chester yang dikenal sebagai High Cross.

High Cross merupakan persimpangan pusat perbelanjaan tua di mana jalur jalanan peninggalan Roma saling bersimpangan. Eastgate Street dan Watergate Street merupakan jalur yang membentang dari timur ke barat menurun ke arah pelabuhan tua, mengikuti jalan tua Via Principalis. Sementara itu Northgate Street dan Brigde Street membentang dari utara ke selatan menuju ke arah jalan tua Via Praetoria.

Konsep pusat perbelanjaan di Chester yang terkenal dengan sebutan rows itu merupakan sesuatu yang unik dari kota bersejarah ini. Konsep rows membentang mengikuti kedua jalan tua Via Principalis dan Via Praetoria. Pada pusat perbelanjaan Chester tersebut terdapat dua koridor yang saling tumpang tindih di atas dan bawah seperti rumah panggung.

Dua buah rows tersebut mengakomodasi pertokoan dan restoran dengan beberapa galeri di dalamnya. Galeri-galeri tersebut dapat dicapai melalui tangga-tangga kayu yang disediakan pada setiap titik jalan-jalan utama sehingga membentuk sebuah shopping promenade yang atraktif bagi para pengunjung.

Walaupun dari tahun ke tahun kota Chester mengalami perbaikan dalam hal peningkatan kualitas fisiknya, namun konsep asli tetap tercermin pada setiap sudut kotanya. Terbukti pada beberapa bagian dari sisi jalan Watergate, Eastgate, Northgate, dan Brigde Street, konsep rows yang khas dari Chester masih dipertahankan.

Walaupun konsep rows masih dipertanyakan awal munculnya, namun sebagian besar pemerintah lokal setuju bahwa konsep tersebut mulai digulirkan pada abad ke-13 hingga abad ke-14. Pada saat itu konsep pertokoan terdiri dari elemen pilar-pilar elegan dari batu menurun ke bawah, yang biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan atau gudang, serta kebanyakan para pemilik toko berpenghasilan tinggi membangun tempat tinggal pada unit di atasnya.

Pada beberapa kasus, lantai atas menjadi area untuk pertokoan yang lebih kecil, sementara akomodasi untuk hunian terletak di bagian belakangnya. Pertokoan pada lantai atas tersebut dapat dicapai dengan tangga dari arah keempat jalan utama. Dari waktu ke waktu beberapa galeri yang saling berhubungan dibangun sehingga pada pertengahan abad ke-14 terdapat pusat perbelanjaan yang berkesinambungan pada lantai atasnya.

Pada abad pertengahan berbagai jenis perdagangan mulai masuk dan berpindah ke Chester, beberapa di antaranya menempati blok-blok yang khusus sehingga membentuk rows baru. Beberapa di antaranya, yaitu Ironmongers Row, Cooks Row, dan Shoemakers Row, ketiganya merupakan pengusaha produk hasil susu ternak. Ketiga rows tersebut menempati sepanjang jalan Northgate Street dan Eastgate Street, sementara itu Fleshmongers Row diakomodasikan di sepanjang jalan Watergate Street.

PADA beberapa waktu pertokoan pada lantai atas, yang semula hanya terdiri dari ruang-ruang dengan konstruksi kayu, dilengkapi dengan jendela-jendela penutup. Akhirnya pada abad ke-18 area pertokoan pada lantai atas tersebut dikenal sebagai Pepper Alley, yang juga disebut sebagai hot spot atau daerah yang selalu bermasalah karena memiliki reputasi buruk setelah senja menjelang.

Dengan adanya berbagai program dari pemerintah lokal dan sejalan dengan waktu, beberapa titik penting pada pusat perbelanjaan di Chester diperbaiki sesuai dengan program konservasi kota lama. Dengan digulirkannya program konservasi tersebut, otomatis kualitas fisik kota juga meningkat sehingga semakin menarik para turis untuk berkunjung. Konsep rows yang terkenal tersebut menjadi salah satu alasan para pengunjung lokal maupun dari luar kota datang ke sana.

Beberapa daerah berubah menjadi daerah belanja (shopping arcade) dan daerah berjalan kaki (walkways) yang atraktif. Konsep rows yang ada juga ditingkatkan dengan disediakannya jalur pedestrian di bawahnya.

Ari Widyati Purwantiasning Arsitek, dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved