Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Laju kerusakan hutan setara 6 lapangan sepak bola per menit

Format : Artikel

Impresum
FX Puniman - : , 2005

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Sabtu, 5 Maret 2005

Isi:

Laju kerusakan hutan Indonesia telah mencapai 2,8 juta hektar per tahun atau setara enam lapangan sepak bola per menit. Seiring dengan kerusakan hutan tersebut, maka akan diikuti dengan hilangnya spesies pohon hutan, khususnya pohon komersial.

Pemerintah telah melakukan usaha penyelamatan spesies tertentu dengan mengeluarkan larangan penebangan spesies tersebut, namun tampaknya eksploitasi spesies komersial yang telah dilarang pun tidak dapat dihindarkan.

Demikian dikatakan Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan (DMH Fahutan) Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr I Irdika Mansur dalam acara "Pencanangan Desa Cihideung Ilir sebagai Pusat Keanekaragaman Pohon Tropis dan Desa Hutan Rakyat", Minggu (27/2) siang di Desa Cihideung, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Pencanangan itu dilakukan oleh Dekan Fahutan IPB Prof Dr Cecap Kusumana dan Irwan Priyantono, Chief Corporate Planning PT Toyota Manufacturing Indonesia sebagai mitra Fahutan IPB dalam proyek tersebut.

Di desa ini ditanam pula sebanyak 2.500 bibit jati untuk ditanam warga di lahan milik warga setempat yang berjumlah 7.000 keluarga dengan luas lahan desa sebanyak 170 hektar, sedangkan luas kebun dan sawah penduduk sekitar 50 hektar.

Eksploitasi spesies komersial tertentu, menurut Irdika, sesungguhnya menandakan kebutuhan yang tinggi akan kayu dari spesies tersebut. "Jika hal ini hanya ditanggapi dengan pelarangan eksploitasinya, maka manfaat yang diperoleh akan sangat kecil bahkan tidak ada. Tetapi, jika hal ini ditanggapi dengan secepat mungkin dengan membangun hutan tanaman bagi spesies tersebut, maka akan diperoleh manfaat yang sangat besar di kemudian hari mengingat pasar kayu yang dihasilkan telah tersedia," katanya

Ia menambahkan, salah satu alternatif penyelamatan spesies pohon tropis adalah dengan mengumpulkan bibit-bibit spesies pohon tersebut dari hutan di persemaian. "Persemaian merupakan sarana konservasi dan domestikasi jenis pohon yang efisien dan efektif karena dalam luasan yang relatif sempit dapat menampung bibit dalam jumlah besar, yakni sekitar 500-1000 bibit per lima meter persegi," katannya

Selanjutnya, katanya lebih lanjut, bibit tersebut dapat secara intensif diperbanyak secara vegetatif dan kemudian menggunakan bibit hasil perbanyakan untuk membangun hutan tanaman maupun menanam hasil perbanyakan di lokasi-lokasi publik yang aman (kampus, taman kota, tanah desa, halaman sekolah, kantor, pabrik dan lain-lain). Dengan demikian, di kemudian hari bibit yang ditanam tersebut akan menjadi sumber benih untuk kelangsungan hidup spesies itu.

Pada September 2004, Irdika mengemukakan, DMH Fahutan bekerja sama dengan Toyota menguji konsep tersebut dengan mengumpulkan bibit spesies hutan tropis, khususnya spesies komersial.

"Bibit-bibit pohon bernilai tinggi seperti kayu hitam (eboni) gaharu, ramin, cendana, dan kayu besi dikumpulkan di persemaian di Cihideung Ilir ini," kata Irdika seraya menambahkan, selain di Bogor, persemaian juga dibangun di Pontianak, bekerj sama dengan Fahutan Universitas Tanjungpura, di Kendari Sulawesi Tenggara bekerja sama dengan Universitas Haluoleo.

Irdika menyebutkan, spesies yang dikoleksi di persemaian telah mencapai 120 jenis yang berasal dari Aceh sampai Papua. "Perbanyakan tanaman dilakukan melalui kultur jaringan dan stek (pucuk, batang dan akar) secara bertahap telah dilaksanakan. Sebanyak 35 spesies pohon telah siap ditanamkan di lapangan karena dari segi ukuran dan jumlah telah mencukupi," katanya Sementara itu, Dekan Fahutan IPB mengatakan, proyek yang merupakan kerja sama antara Fahutan dan Toyota ini selain untuk menjadi pusat keanekaragaman pohon tropik juga memberdayakan ekonomi rakyat.

"Pembangunan hutan rakyat di suatu desa merupakan satu usaha untuk memutus rantai kemiskinan di desa tersebut. Meskipun waktu yang dibutuhkan relatif lama, tetap akhirnya akan diperoleh hasil yang sangat besar dan penyerapan tenaga kerja sangat tinggi," katanya.

Chief Corporate Planning PT Toyota Manufacturing Indonesia Irwan Priyantono, mengemukakan, keadaan lingkungan hidup sangat memengaruhi kelangsungan hidup dan harkat hidup umat manusia sehingga sudah sewajarnya semua pihak mesti memberi prioritas lebih pada upaya melestarikan, melindungi, dan memperbaiki kondisi lingkungan.

Toyota, katanya, adalah bagian dari umat manusia, dan karena itu sudah merupakan kebijakan global perusahaan otomotif tersebut ikut menjaga dan melestarikan lingkungan hidup di semua wilayah di mana perusahaan bermarkas, termasuk di Indonesia.

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved