Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Memberi jiwa pada mal dan trade center

Format : Artikel

Impresum
Suwito Santoso - : , 2005

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Jum\'at, 16 September 2005

Isi:

Pembangunan trade center sepanjang tahun 2000 sampai dengan pertengahan tahun 2005 sangat pesat. Hampir setiap tahun dibuka dua atau tiga trade center di Jakarta dan sekitarnya.

Pembangunan trade center mencapai 200 persen lebih dari jumlah trade center yang ada sebelumnya, baik dalam jumlah gedung maupun kios yang tersedia. Adapun pertumbuhan pembangunan hanya 6 persen per tahun, sementara investasi luar negeri di sektor industri yang membuka kesempatan kerja baru sangat terbatas.

Akibatnya, semua trade center yang dibangun pada tahun 2000-an ini belum dapat dinikmati hasilnya seperti yang diharapkan, baik oleh pedagang yang membuka usaha di trade center itu maupun para investor yang mengharapkan capital gain dari penjualan dan penyewaan kios. Dengan kondisi pedagang masih kesulitan dan pengunjung yang masih sedikit pengelola kesulitan menarik uang service charge/listrik dari kios/toko yang telah dibuka.

Apalagi masih ada pedagang yang belum membuka kios atau tokoya. Padahal, untuk pengoperasian gedung, pihak pengelola harus terus mengeluarkan uangnya untuk belanja karyawan, perawatan gedung, maupun pengoperasian AC, eskalator, lift, dan penerangan.

Pihak pengembang boleh dikata telah mendapat keuntungan berlimpah dari hasil penjualan kios/toko dengan cara strata title. Karena itu, mereka diharapkan tidak sampai melepas tanggung jawab untuk meramaikan trade center-nya agar para pemilik kios/toko dapat juga merasakan pengembalian investasinya atau mendapat keuntungan dari usahanya. Bagi trade center yang belum sempat membayar utangnya ke bank, kelangsungan melunasi utangnya lewat angsuran pembayaran kios dan penjualan kios menjadi faktor yang sangat penting.

Pengembangan sebuah trade center atau mal oleh pihak pengembang di Jakarta umumnya tidak melibatkan pihak pengelola yang telah berpengalaman mengelola trade center atau mal. Misalnya, dalam merencanakan tata ruang dari kios/toko, jenis barang dagangan yang akan dijual, jumlah lantai yang akan dibangun terlebih dahulu, kebutuhan dan jumlah toilet, kenyamanan dan kemudahan mencapai lokasi parkir (baik dari jalan utama maupun ke lantai toko/kios).

Masukan-masukan pada awal pengembangan sebuah trade center/mal dari para pengelola berpengalaman tersebut dapat dipakai sebagai referensi oleh pengembang untuk merencanakan strategi dalam merebut pengunjung/pembeli. Misalnya, bukan hanya promosi dengan menyajikan acara-acara yang fantastis, tetapi menyajikan barang dagangan yang up to date, sesuai selera konsumen dan fasilitas yang aman serta nyaman.

Jalan panjang

Sama halnya dengan pengembang lapangan golf yang melibatkan para golfer ternama, pengembang yang akan membangun sebuah trade center/mal biasanya juga mengundang konsultan arsitek dalam merencanakan tata ruang, tampak bangunan, dan interior.

Membangun trade center/mal yang akan dikunjungi puluhan ribu pengunjung tentu tidak sama dengan pembangunan/pengembangan sebuah gedung/monumen yang hanya untuk dilihat atau dipandangi. Sebab, ibarat gadis muda, trade center/mal tidak sekadar harus berparas cantik dan lemah lembut serta intelektual, tetapi inner beauty yang ada dalam jiwa sangat menentukan agar calon pengunjung memilih dan mendatanginya.

Pengembang Duta Pertiwi yang telah berpengalaman membangun ITC-ITC-nya, termasuk juga mengelola ITC-nya, pernah menghadapi masa-masa sulit sampai akhirnya berhasil menarik pengunjung untuk datang berbelanja. Itu bukanlah pekerjaan setahun, tetapi sebuah pengalaman puluhan tahun.

Diawali dengan mengelola ITC Mangga Dua yang harus bersaing dengan sebelahnya sebagai pindahan dari pusat grosir Pasar Pagi dan memulainya dari tiga lantai untuk berdagang grosir, kini pengembang dan pengelola itu mempunyai sejumlah trade center. ITC Roxy Mas, misalnya, pada awal tahun pembukaannya kalah bersaing dengan Citraland Grogol, tetapi kemudian bisa tampil menonjol sebagai pusat telepon seluler terbesar dan terlengkap di Indonesia.

Mal Ambarsador pengunjungnya terus meningkat setelah dibangun ITC Kuningan. ITC Cempaka Mas yang telah menjadi pusat grosir kini dapat menyaingi kawasan Mangga Dua dan Senen dalam menarik pengunjung.

Suwito Santoso Prolease-Propertiy Consultant

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved