Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Nasib Setu Babakan dikhawatirkan seperti Condet

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
beritajakarta: 5 Juni 2007
http://www.beritajakarta.com/v_ind/berita_detail.asp?nNewsId=24281

Isi:

Pelestarian kawasan budaya Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan masih terganjal pembebasan lahan. Pasalnya, sejak ditetapkan sebagai kawasan perkampungan budaya Betawi melalui Perda Nomor 3 tahun 2005, hingga kini belum ada kemajuan berarti.

Asisten Kesejahteraan Masyarakat (Askesmas) Pemkot Jakarta Selatan Ibnu Hajar, mengakui hingga kini perkembangan budaya Betawi di Setu Babakan jalan di tempat. Pihaknya menemui kendala dalam pembebasan lahan.

"Warga tidak bersedia menjual tanah sesuai dengan nilai jual objek pajak (NJOP) yang berkisar antara Rp 400 - 500 ribu per meter persegi. Sementara, pemerintah hanya bersedia membayar sesuai NJOP," jelasnya, Selasa (5/6).

Selain terbentur masalah pembebasan lahan, kata Ibnu, juga diakibatkan belum adanya master plan untuk pengembangan kawasan tersebut. Dari total 289 hektar yang ditetapkan sebagai Perkampungan Budaya Betawi, baru 65 hektar yang dimiliki Pemerintah DKI Jakarta.

"Saya khawatir, kawasan itu akan senasib dengan perkampungan Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur," katanya. "Saat ini, di kawasan tersebut sudah berdiri sejumlah bangunan yang tidak lagi berciri Betawi," tambahnya.

Oleh karena itu, dia berharap warga sekitar bersedia melepas tanahnya untuk perkembangan kawasan budaya Betawi dengan harga sesuai NJOP.

Pantauan beritajakarta.com, saat ini hanya sebagian kecil rumah tinggal yang bernuansa Betawi. Meski demikian, hampir seluruh makanan mulai dari ketoprak, gado-gado betawi, soto betawi, sayur asem, kerak telor sampai bir pletok dapat dijumpai di kawasan itu.

Penginapan dan tempat pertemuan dengan rumah bergaya Betawi juga bisa dimanfaatkan pengunjung dengan menyewa. Dan semua petugas untuk sarana dan prasarana dilengkapi dengan baju khas Betawi yang sebagian besar berwarna hitam sebagai pengenal kepada para pengunjung di daerah itu.

Untuk menghibur para pengunjung, setiap hari Sabtu dan Minggu diadakan pertunjukan tarian Betawi seperti Tarian Cokek, tari Topeng, Lenong dan Ondel-ondel. Kegiatan yang digelar selain untuk melestarikan budaya Betawi, juga untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Penulis: udin

Subject :

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved