Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Museum Bahari kebanjiran, dicuekin

Format : Artikel

Impresum
- : , 2008

Deskripsi
Sumber:
Warta Kota: Senin, 14 Januari 2008

Isi:

JAKARTA, WARTA KOTA - Karena Museum Bahari selalu tergenang air laut di saat pasang, Komisi E DPRD DKI menyatakan komitmennya untuk memprioritaskan anggaran konservasi museum tersebut.

Komisi ini menilai eksekutif tak sensitif menanggapi kasus-kasus seperti Museum Bahari karena yang diperhatikan cenderung hanya yang bersifat seremonial. “Menurut saya kondisi museum itu parah, seharusnya diprioritaskan. Komisi E komit, Museum Bahari prioritas,” tandas anggota Komisi E DPRD DKI Agus Darmawan yang dihubungi Warta Kota akhir pekan lalu.

Dia menambahkan, “Eksekutif tidak sensitif karena permasalahan seperti (Museum) Bahari tidak pernah diangkat dalam pembahasan. Harusnya dari awal eksekutif lebih sensitif terhadap keberadaan warisan seperti itu. Jangan malah dicuekin.”

Selanjutnya Agus mengatakan, “Kalau memang mau dianggarkan, harus diusulkan. Tapi, dalam rapat anggaran tidak pernah ada usulan itu. Harusnya eksekutif juga punya konsep, mau diapakan museum itu.”

Menurutnya, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman (Disbudmus) DKI tidak terlalu memerhatikan hal-hal yang bersifat fisik. “Komisi E berulangkali minta supaya tata pamer, seperti sistem pencahayaan dibenahi. Tapi nggak ada usulan untuk itu,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Disbudmus DKI Agung Widodo membantah bahwa belum mengusulkan anggaran untuk Museum Bahari. “Untuk (Museum) Bahari tahun 2007 kita usulkan Rp 3,5 miliar tapi ditolak. Tahun ini kita usulkan Rp 4,5 miliar dan sementara ini sudah dicoret. Museum Bahari ini masuk dalam dedicated program,” tambahnya.

Anggaran Rp 4,5 miliar itu untuk konservasi Blok C Museum Bahari yang memang kondisinya paling parah sehingga gedung ini tak bisa lagi digunakan. Secara terpisah, Kasubdis Sarana Disbudmus DKI Kardim Dedi Sukardi menyebutkan, tahun 2007 Disbudmus DKI mengusulkan Rp 5 miliar untuk konservasi Museum Bahari.

“Tapi, direvisi menjadi Rp 3,5 miliar sampai akhirnya hanya menjadi Rp 2,750 juta. Tahun ini kita usulkan lagi Rp 4, 5 miliar untuk blok C saja. Ditambah lagi, ada usulan untuk perencanaan blok A dan B Rp 300 juta. Blok A itu yang atapnya roboh,” paparnya.(pra)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved