Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Sejumlah kesenian tradisional Lombok nyaris punah

Format : Artikel

Impresum
- : , 2008

Deskripsi
Sumber:
Media Indonesia: Selasa, 20 Mei 2008 09:20 WIB
http://www.mediaindonesia.com/read/2008/05/05/3384/90/14/Sejumlah_Kesenian_Tradisional_Lombok_Nyaris_Punah

Isi:

MATARAM--MI: Berbagai jenis kesenian tradisional Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang sangat digemari masyarakat, kini terancam punah.
"Kesenian tradisional tersebut kini jarang dimainkan atau ditampilkan dalam berbagai kegiatan, termasuk dalam memeriahkan Hari Kemerdekaan 17 Agustus," kata Kepala Taman Budaya NTB Lalu Agus Fathurrahman kepada wartawan di Mataram, Senin (19/5).
Berbagai kesenian tradisional yang terancam punah antara lain Cupak Gerantang, Cepung, Tawak-Tawak, Joget, dan Gandrung.
Kesenian tradisional tersebut tahun-tahun sebelumnya sering tampil ketika memeriahkan HUT Kemerdekaan RI, namun sekarang hampir tidak pernah.
Dikatakan, di daerah itu cukup banyak budayawan dan pelukis, namun sama sekali tidak mendapat perhatian dari pemerintah walaupun mereka pernah mendapat gelar juara nasional.
Lain halnya dengan olahraga, ketika meraih juara mereka mendapat hadiah dari sana sini.
Budayawan Lombok hidupnya sangat menyedihkan karena tidak memiliki pekerjaan, mereka bekerja sebagai tukang pembelah batu bangunan seperti Amaq Raye, Amaq Marni, dan Amaq Wingki.
Sementara kesenian tradisional Cupak Gerantang merupakan salah satu kesenian tradisional Lombok yang cukup digemari masyarakat terancam punah.
Bahkan boleh dikatakan kesenian tersebut sudah tidak dimainkan lagi karena para pemainnya pindah ke kesenian Gendang Beleq.
Salah seorang pemain Cupak Gerantang, Yusuf (52) dari Dasan Agung, Mataram mengatakan, kesenian itu beberapa tahun lalu sering tampil hampir diseluruh pelosok Pulau Lombok.
Masyarakat senang dengan Cupak Gerantang, sehingga kalau tampil disuatu desa pengunjung sampai ribuan orang, pertunjukan dimulai sekitar pukul 21.30 hingga pukul 03.00 subuh.
Yusuf yang berperan sebagai Cupak atau orang yang rakus makan tersebut mengatakan, Cupak Gerantang sekarang hampir tidak pernah tampil karena kalah bersaing dengan kesenian lain.
Demikian juga para pemuda dan remaja saat ini kalau melihat kesenian Cupak Garantang seolah-olah dianggap lucu dan jadi bahan tertawaan, sehingga para pemain juga malas untuk tampil.
"Pembinaan dari pemerintah hampir tidak ada dan kita hidup secara mandiri," katanya. (Ant/OL-06)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved