Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Asal-Usul Patung Gajah Museum Nasional (1) : Kunjungan Pertama Raja Chulalangkorn Ke Jawa (9 Maret-15 April 1871)

Format : Artikel

Impresum
Iwan Santosa - : , 2008

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Senin, 20 Oktober 2008 | 08:33 WIB
http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/20/08334124/asal-usul.patung.gajah.museum.nasional.1

Isi:

MUSEUM Nasional Republik Indonesia dikenal sebagai Gedung Gadjah. Istilah tersebut berawal dari keberadaan patung Gajah dari perunggu sebagai hadiah Maharaja Siam, Raja Chulalangkorn atau Raja Rama V sang pengukuh modernisasi Siam atau Thailand pada paruh kedua 1800-an dan dekade pertama 1900-an.

Kenang-kenangan diberikan Raja Chulalangkorn menyusul muhibah pertama ke mancanegara yang dilakukan ke Jawa tanggal 9 Maret hingga 15 April 1871 ketika beliau masih muda belia yakni 18 tahun.

Kunjungan tersebut diabadikan dalam Syair Koendjoengan Maharadja Siam yang diterbitkan kembali oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Catatan perjalanan Raja Chulalangkorn ditulis oleh Pangeran Somdetch Krom Phraya Damrong Rajanubharb saudara beliau sekaligus Direktur Perpustakaan Kerajaan Siam. Kunjungan Raja Chulalangkorn ke Jawa diterbitkan di Kerajan Siam dalam jurnal kerajaan sebagai berikut:

Bagian Satu: Dari Siam ke Singapura

9 Maret

Pukul 11.00 (waktu Bangkok dan Jakarta adalah sama-red), Kapal Kerajaan Pitthayamronnayuth atau Regent (untuk menghormati paman Baginda Chulalangkorn yakni Chao Phraya Srisuriyawong alias Chuang Bunnag yang menjadi wali hingga beliau dimahkotai kedua kali saat berusia 20 tahun) meninggalkan dermaga Kerajaan Bangkok dengan 208 penumpang. Kapten John Bush yang diberi gelar Luang Wisuth Sakoradith, warga Kerajaan Inggris yang menjabat Syahbandar Bangkok menjadi satu-satunya orang asing yang menemani Baginda Raja dalam perjalanan ke Jawa.

Pukul 14.00, Baginda Raja Chulalangkorn singgah sebentar ke darat di Samutprakarn untuk berziarah ke Stupa Budha terkenal di Phra Samutchedi. Selanjutnya kapal kerajaan melanjutkan perjalan ke selatan.

10 Maret

Daratan tidak terlihat hingga petang saat akhirnya Ko Tao (Pulau dalam bahasa Thai adalah Ko-catatan Kompas) tampak di kejauhan di wilayah Chumporn. Laut berombak tinggi dan angin keras berhembus.

11 Maret

Menjelang dini hari, kapal kerajaan mendekati Ko Kra di timur laut Provinsi Nakorn Srithammarat (dulu berbatasan dengan ujung utara Kerajaan Sriwijaya di Surat Thani-catatan Kompas). Kapal kerajaan melepas sauh di Songkla pukul 13.20. Pejabat setempat naik ke atas kapal untuk menem ui Baginda Raja. Pukul 14.00 Baginda Raja turun dari kapal kerajaan untuk mengunjungi Songkla hingga pukul 17.00.

12 Maret

Pukul 13.00 Baginda Raja mengunjungi sejumlah perkebunan swasta dan kilang tembikar pengusaha Tionghoa di Ko Yo hingga pukul 19.00. Selanjutnya kapal kerajaan meninggalkan pelabuhan Songkla.

13 Maret

Pukul 08.00 kapal kerajaan tiba di perbatasan Tani dan Kelantan. Pulau Perhentian terlihat pukul 15.00 selanjutnya Pulau Ridang menjelang petang tampak di kejauhan. Kapal Kerajaan melalui pesisir daratan Provinsi Trengganu sekitar pukul 21.00 (hingga awal 1900-an, Trengganu dan Kelantan masih menjadi bagian Kerajaan Siam yang akhirnya dilepas ke pihak Inggris-catatan Kompas).

14 Maret

Sekitar siang, Ko Naak yang disebut orang Melayu sebagai Pulau Tioman terlihat di kejauhan (sekarang wilayah Malaysia-catatan Kompas).

15 Maret

Pukul 03.00 Baginda Raja terbangun dan melihat cahaya terang dari batu putih (ternyata mercusuar-red) menjelang memasuki Selat Singapura. Baginda Raja memerintahkan kapal berhenti sekitar 10 mil dari Mercusuar untuk melihat lebih jelas menjelang pagi. Kapal kembali berlayar pagi hari melintas Teluk Ramunia di ujung Semenanjung Malaya di sisi lain Kepulauan Riau wilayah Hindia Timur Belanda (Netherlands East Indies-red) .

Pukul 08.00, Syahbandar Singapura bersama Praya Atsadongkottiraksa (Tan Kim Ching), Konsul Kerajaan Siam untuk Singapura dan sejumlah pejabat naik ke atas kapal untuk menyambut Baginda Raja di lepas pantai Johor Bahru. Baginda Raja menerima koran Singapura berisi mewartakan tata cara penerimaan kunjungan Baginda Raja Siam di Singapura. Kapal kerajaan dipandu melalui Selat Singapura ke pelabuhan untuk melepas sauh di Dermaga Johnston (sekarang Cliffords Pier-red) pukul 10.00.

Pukul 12.20 Kapten Lucky seorang perwira Kerajaan Inggris dan dua perwira naik kapal kerajaan memohon kesediaan Baginda Raja bermalam di kapal untuk menunggu persiapan penyambutan esok.

Pukul 16.30 Kolonel Anson Pejabat Gubernur Singapura bersama Maharaja Sultan Abu Bakar dari Kerajaan Johor bersama saudaranya naik ke kapal kerajaan menyambut Baginda Raja Siam. Menjelang petang, Baginda Raja menumpang perahu menyusuri pantai ke galangan kapal Inggris dan pelabuhan kapal uap.

bersambung...

(Oleh Iwan Santosa disarikan dari Journeys to Java by a Siamese King karya Imtip Pattajoti Suharto, printed by ITB Press, Bandung, 2001, ditambah riset pribadi dari pelbagai sumber)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved