Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Menyusuri Jejak Daendels di Bumi Siliwangi

Format : Artikel

Impresum
- : , 2008

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Selasa, 19 Agustus 2008 | 09:43 WIB
Agustinus Handoko, Anita Yossihara
http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/19/09435280/menyusuri.jejak.daendels.di.bumi.siliwangi

Isi:

Menyusuri pinggiran tebing kawasan Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, tim sepeda Kompas-Polygon yang tergabung dalam Ekspedisi 200 Tahun Anjer-Panaroekan tidak mengurangi kecepatan. Mereka memacu kecepatan, mengejar mobil pengawalan polisi, demi menghindari antrean panjang kendaraan yang menunggu mereka melintas.

Minggu (17/8) menjelang siang, panas menyengat, keringat mengucur deras dari 10 pembalap profesional dan sejumlah pesepeda kategori hobi. Randi (47) termasuk pembalap kategori kedua itu. Gaya membalapnya terlihat berbeda dari pesepeda yang lain karena memang Randi terbiasa menggunakan sepeda onthel. Bapak tiga anak ini adalah salah seorang pentolan Komunitas Onthel Batavia (Koba). "Ngoper gigi saja susah," kata pria gondrong ini menceritakan pengalaman saat pertama kali menggunakan sepeda "modern" di rute Jakarta-Bandung.

Sejak bergabung dengan tim Kompas-Polygon dari Mercusuar Cikoneng, Anyer, Jumat (15/8), Randi tampak sangat bersemangat.

Semangat itu masih tetap terlihat menyala ketika tanjakan demi tanjakan menanti pesepeda. Sampai hari ketiga, Randi masih bertahan bersama pembalap profesional. Targetnya adalah menyelesaikan seluruh rangkaian perjalanan 1.100-an km hingga di Panarukan, Situbondo. Jika kecapekan, sudah ada trik untuk mengatasi kesulitan mengimbangi kecepatan para pembalap profesional. "Ya nggandul (mobil)," kata Randi, pria kelahiran Cangkringan, Sleman.

Antusias

Hari ketiga perjalanan Ekspedisi 200 Tahun Anjer-Panaroekan, Minggu, menyusuri rute menuju Cirebon sejauh 130-an km. Tidak lebih panjang ketimbang rute sebelumnya, Jakarta-Bandung, sejauh 180-an km. Jarak terjauh yang sekaligus terberat karena harus mendaki jalan menanjak di kawasan Puncak. "Sekarang sebenarnya capek sisa kemarin (Sabtu, rute Jakarta-Bandung)," sebut Marta (33), salah seorang pembalap dari Polygon.

Minggu pagi, tim Ekspedisi dilepas oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Gedung Pakuan. Dari Gedung Pakuan, iring-iringan tim ekspedisi kemudian menuju Ghra Kompas Gramedia Bandung bergabung dengan warga Bandung yang ingin turut serta dalam penyusuran Jalan Daendels.

Ratusan warga mengantarkan tim ekspedisi hingga batas kota, dengan menggunakan sepeda. Termasuk penyandang cacat atau difabel yang mengantar tim ekspedisi dengan mengayuh kursi roda mereka.

Dengan semangat membara, kalangan difabel ingin memaknai kembali semangat perjuangan yang ditampakkan para warga pribumi kala membuka jalan seperti yang diperintahkan oleh Daendels. Sekaligus menghargai perlawanan yang dilakukan pribumi kepada pemerintah Hindia-Belanda.

Perjalanan dari batas Kota Bandung dilanjutkan para atlet sepeda nasional dan beberapa anggota komunitas sepeda dari Jakarta dan Bandung. Mereka menuju Cirebon, dengan melintasi jalan di Kabupaten Sumedang, Majalengka, Kabupaten Cirebon, dan berakhir di Kota Cirebon.

Yang dilakukan Tim Ekspedisi Kompas 200 Tahun Anjer-Panaroekan menjadi salah satu cara untuk memaknai sejarah masa lalu. Semangat perjuangan sekaligus perlawanan masyarakat pribumi saat menjalankan perintah kerja wajib Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels membuka Jalan Raya Pos terasa bangkit kembali saat tim ekspedisi menyusur dengan menggunakan sepeda.

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved