Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Ada Tangga "Jadi-Jadian" Antara Gambir dan Monas

Format : Artikel

Impresum
Caroline Damanik - : , 2008

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Jumat, 3 Oktober 2008 | 15:13 WIB
http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/03/15133410/ada.tangga.jadi-jadian.antara.gambir.dan.monas.

Isi:

JAKARTA, JUMAT - Umumnya seseorang yang akan pergi dari Monas ke Gambir atau sebaliknya, harus memutar melewati masing-masing pintu gerbang kedua tempat itu. Namun beberapa orang ternyata bisa langsung berpindah dari satu tempat ke lainnya cukup dengan melompati tembok. Mereka ternyata menggunakan tangga sederhana yang sebenarnya nyaris tidak layak disebut tangga.

Adalah Ucok, pemilik dan pencipta tangga jadi-jadian itu. Berdasarkan pengalaman bahwa ia harus memutar cukup jauh untuk masuk Monas dari Stasiun Gambir, Ucok menggagas munculnya tangga ini. Mulanya, ia menggunakan tangga itu untuk keperluannya sendiri. Namun ternyata tangga itu menarik minat orang-orang lain yang memang malas berjalan memutar untuk masuk halaman Monas.

Maka ia pun menarik pajak dari mereka yang ingin menggunakan tangga tersebut. Dari tangga ini, rupiah demi rupiah mengalir ke kantong Ucok. Apalagi di musim liburan seperti ini. Cring, cring, cring... Sekali lewat sekeping atau dua keping koin Rp500 diterima oleh Ucok dengan tangan kanannya, sementara tangan lainnya memegangi sisi tangga.

Ucok mengaku umur tangga itu belum genap satu tahun. Namun, tangga itu menurutnya sangat "bermanfaat" untuk orang yang lalu lalang. Pada hari biasa, tak banyak rupiah yang diperolehnya dari tangga tersebut. Oleh karena itu, penghasilannya lebih banyak diperoleh dari pekerjaannya sebagai tukang parkir di area Gambir. "Kalau biasa, cukup buat makan siang dan beli rokok aja. Tapi kalau sekarang (musim liburan) bisa dapat Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu," ujar Ucok.

Tangga Ucok ini wujudnya sangat sederhana, keamanannya diragukan, dan yang pasti ilegal. Wujud tangga terbuat dari potongan-potongan kayu yang dirangkai dengan paku seadanya. Salah satu anak tangga pun sudah goyang. Hanya dikencangkan dengan tali rafia. Di sisi Gambir ada satu tangga setinggi sekitar 1.5 meter. Di sisi Monas, ada satu tangga lagi dengan bentuk yang sama. Keduanya hanya disandarkan saja di pagar yang membatasi area Stasiun Gambir dan Monas.

Di area Gambir, bagian bawah tangga beralaskan tanah sehingga bisa menancap dan dapat menahan beban. Sedangkan di sisi Monas, tangga berpijak pada semen. Oleh karena itu, Ucok harus menahan tangga di sisi ini setiap kali ada orang yang menggunakannya.

Ketika Jumat siang ini (3/10) Ucok melihat ada bagian tangganya yang rusak, ia melaporkan kepada rekannya yang lebih tua yang sedang berteduh di bawah pohon cemara di kawasan Monas. "Bang Ucok, tangganya satu lepas bang," teriak Ucok.

"Iya, nanti saja dibereskan," jawab pria yang dipanggil Ucok juga.

Lho, ada dua Ucok? "Ya, di sini banyak yang namanya Ucok Mbak. Saya juga dipanggil Ucok," tandas Ucok.

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved