Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

1925 Batavia sudah dijejali mobil

Format : Artikel

Impresum
Pradaningrum Mijarto - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
kompas.com: Senin, 31 Agustus 2009 | 09:53 WIB
http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/08/31/09531739/1925.batavia.sudah.dijejali.mobil

Isi:

SEJAK beberapa tahun terakhir, warga Jakarta sudah beberapa kali mendengar kekhawatiran tentang jalanan Jakarta di tahun 2014 yang boleh jadi tak lagi mampu menampung jumlah kendaraan bermotor. Pada tahun itu diperkirakan jumlah mobil mencapi tiga juta unit sedangkan sepeda motor 5,5 juta unit.

Keberadaan mobil pertama di Batavia dimulai tahun 1903. Mobil Eropa dikapalkan dan diturunkan di Pelabuhan Tanjung Priuk. Tak jelas benar mobil merek apa yang melintas pertama di Batavia. Yang pasti dalam perkembangan sejak 1903 hingga akhir tahun 1920-an, beberapa sumber menyebutkan, merek seperti Ford dan Daimler sudah memenuhi jalanan Batavia.

JJ de Vries menulis, keberadaan mobil begitu cepat bertambah dan membuat Batavia menjadi sangat ramai di tahun 1905. Residen Batavia pun khawatir dengan pertumbuhan kendaraan roda empat yang begitu cepat hingga terbitlah surat permintaan nasihat kepada Kotapraja tentang bagaimana sebaiknya menghadapi jumlah mobil yang cepat meningkat.

Ternyata dalam sidang Dewan Kotapraja tahun 1905, mereka memutuskan tak keberatan dengan keberadaan mobil selama tidak membahayakan lalulintas dan merusak jalan. Alhasil pada tahun 1925 tercatat jumlah mobil mencapai 5.000. Kendaraan itu tak hanya dimiliki pribadi tapi juga disewakan plus dijadikan taksi liar.

Ada beberapa kawasan di Batavia yang jadi pangkalan taksi, misalnya di kawasan Kota ada di Lapangan Stadhuis (Taman Fatahillah), Kali Besar Barat, serta Lapangan Glodok (Glodok dulu kala masih berupa lapangan). Sementara itu di kawasan Weltevreden ada beberapa pangkalan taksi antara lain di dekat Harmoni, Pintu Air, Gedung Kesenian, Lapangan Banteng, Stasiun Gambir, Deca Park (Monas), Gondangdia Lama, hingga ke Pasar Baru.

Taksi sewa di kala itu bisa memuat lima orang dengan tarif 30 sen/Km, ini untuk "tarif siang" yang dimulai pukul 06.00 - pukul 23.00 dengan pembayaran minimum 50 sen. Tarif malam hari, mulai pukul 23.00 - pukul 06.00, beda lagi. Tarif malam hari bisa ditawar tapi pembayaran minimun F. 1, (1 gulden). Khusus tarif dari dan ke Tanjung Priuk, dinaikkan 25 persen. Sejak masa ini sudah dikenal pula tarif tunggu di mana penumpang harus membayar 5 sen /menit.

WARTA KOTA

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved