Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Bubur India sajian berbuka khas Masjid Pekojan

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Berita Daerah: Kamis, 27 Agustus 2009
http://beritadaerah.com/artikel.php?pg=artikel_jawa&awal=50&page=6

Isi:

(Berita Daerah - Jawa) - Setiap menjelang waktu berbuka puasa pada bulan Ramadhan, ratusan umat muslim mendatangi Masjid Jami Pekojan di Jalan Petolongan, Semarang, untuk menikmati penganan khas bubur india.

Sajian berbuka itu dinamakan bubur india karena ide awal berbuka dengan bubur itu datang dari orang-orang keturunan India-Pakistan atau yang biasa disebut orang Koja.

Orang Koja yang kebanyakan pedagang itu, setiap menjelang waktu berbuka selalu menuju Mushola Pekojan untuk berbuka puasa bersama dengan bekal makanan yang dibawa oleh beberapa orang dari mereka.

"Makin lama makin banyak orang yang ikut berbuka di sini, kemudian mereka bersepakat untuk membuat bubur saja supaya bisa dimakan bersama-sama sekaligus juga sebagai ciri khas," kata Ngatiman, takmir masjid sekaligus pemasak bubur india.

Tradisi itu, kata dia, sudah ada sekitar 200 tahun yang lalu sewaktu Masjid Jami Pekojan masih berbentuk Mushola yang kecil dan sederhana.

Bubur india atau yang sering juga disebut bubur lodeh atau bubur arab itu terdiri atas bubur putih disertai lauk yang berganti setiap harinya seperti sayur lodeh tahu, ayam cacah, telur ayam, dan juga terkadang gulai kambing ataupun sate kambing.

Selain bubur, setiap orang juga akan mendapatkan secangkir susu atau kopi hangat, tiga butir kurma, dan terkadang juga ada buah-buahan seperti semangka atau pisang.

Setiap harinya, kata Ngatiman, takmir masjid menyediakan lebih dari 200 porsi bubur india untuk dibagikan kepada para jamaah.

"Sebelum dibagikan, sudah banyak orang yang mengantri untuk minta dulu supaya bisa dibawa pulang," kata pria yang sudah 49 tahun menjadi pemasak bubur india.

Untuk memasak bubur tersebut, lanjut dia, diperlukan waktu 2,5 jam dan menghabiskan sekitar 15 kilogram beras dengan total dana yang dibutuhkan termasuk untuk penyediaan susu, kopi, kurma dan buah-buahan mencapai Rp500.000.

"Dananya berasal dari dermawan yang mau beramal, baik yang berada di dekat sini ataupun dari yang jauh juga ada," katanya.

Aswan (69), pedagang kopi giling yang ikut berbuka puasa di masjid itu, mengatakan, bubur tersebut memiliki cita rasa khas dibandingkan bubur lainnya.

"Rasanya gurih dan sedap apalagi sudah seharian lapar berpuasa. Jadi ketika saya makan nikmat sekali. Lebih nikmat daripada biasanya," katanya.

Rasanya yang khas itulah yang menjadikan pria perantau asal Kebumen itu selalu berbuka puasa di Masjid Jami Pekojan.

"Sejak merantau ke sini 20 tahun yang lalu, saya selalu berbuka puasa di masjid ini," ujarnya.

Pengunjung yang lain, Muhammad Hani (21), mengaku baru pertama kali datang untuk mencicipi bubur india karena rasa penasaran.

"Pertama kali mendengar bubur india, saya pikir buburnya itu menggunakan bermacam bumbu dan resep dari India, makanya saya penasaran dan datang ke sini," katanya.

Rasa dari bubur itu, lanjut Hani, tidak berbeda dengan bubur yang lain, namun namanya yang menggunakan nama "India" menjadikan bubur itu unik.

Ngatiman menambahkan, buka puasa bersama itu dimaksudkan untuk lebih menguatkan ikatan persaudaraan sesama umat muslim.

"Yang penting kebersamaan untuk siapa saja dan dari mana saja, persaudaraan sesama muslim, keakraban dan sikap untuk saling berbagai antara satu dengan yang lain," ujarnya.

(mn/MN/ant-Mahmudah)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved