Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library
Format : Artikel
Impresum
-
: , 2009
Deskripsi
Sumber:
Berita Daerah: Senin, 2 Februari 2009
http://beritadaerah.com/artikel.php?pg=artikel_jawa&id=7464&sub=Artikel&page=8
Isi:
(Berita Daerah - Jawa) - Impian bisa menempuh perjalanan darat Semarang-Solo kurang dari sejam tidak lama lagi bakal terwujud karena pembangunan jalan tol sepanjang 75,67 kilometer itu mulai dilakukan akhir Januari.
Impian itu mulai menunjukkan wujudnya bersamaan dengan pencanangan pembangunan jalan bebas hambatan Semarang-Solo oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo di Kelurahan Kramas, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Sabtu (31/1).
Tahapan pekerjaan konstruksi itu memasuki babak penting dalam pembangunan jalan tol terpanjang di Jateng ini setelah sempat tertunda beberapa tahun akibat terbentur pembebasan lahan yang alot.
Hingga kini pun belum seluruh lahan selesai dibebaskan, masih ada sekitar delapan persen atau 25 bidang lahan yang masih dikuasai pemilik.
"Akan tetapi, kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Kami optimistis pembebasan lahan segera tuntas," kata Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jateng Hadi Prabowo.
Jalan tol Semarang-Solo memang menjadi impian banyak pengguna kendaraan roda empat, mengingat jalur yang ada selama ini dinilai sudah tidak efisien dari sisi waktu.
Jalan tol yang ada di Jateng saat ini merupakan yang terpendek dibandingkan dengan DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Jabar memiliki jalan tol sepanjang 237 km, Jawa Timur 62 km, DKI 106 km, dan Sumatera Utara 37 km.
Sementara itu, jalan tol yang ada di Jateng saat ini baru mencapai 25 km, yang seluruhnya berada di Kota Semarang. Bila kelak jalan tol Semarang-Solo rampung, total panjang jalan tol di Jateng mencapai lebih dari 100 km.
Ruas jalan tol Semarang-Solo akan menjadi jalan tol terpanjang di provinsi itu.
Menyebalkan
Bagi banyak orang, perjalanan Semarang-Solo melalui jalur yang kini ada terasa menyebalkan. Sejumlah jalur di sepanjang dua kota terbesar di Jawa Tengah itu sempit. Arus lalu lintas di sepanjang jalan itu juga sangat padat.
"Selepas dari Bawen menuju Salatiga dan Boyolali kita memang harus ekstrasabar karena kalau sampai menerabas marka jalan, polisi bakal menilang pelanggar," kata Abdul Majid, sopir BUMN yang bergerak di bidang konstruksi.
Pada jam sibuk pagi dan sore hari dibutuhkan waktu sekitar tiga jam dari Semarang ke Solo atau sebaliknya. Bahkan, waktu tempuh bisa lebih lama jika menumpang kendaraan umum.
Kendaraan pribadi juga butuh waktu lebih dari dua jam dalam kondisi arus lalu lintas tidak macet.
Perjalanan semakin menjengkelkan selepas dari Bawen menuju ke Salatiga karena jalan hanya terbagi dua jalur. Padahal di ruas ini arus kendaraan padat, termasuk kendaraan berat, seperti truk tronton dan trailer.
Keluar dari Kota Salatiga menuju Boyolali juga bukan perjalanan yang menyenangkan, sebab sebagian besar ruas jalan hanya terbagi dua jalur.
Padahal selain padat kendaraan, topografi di ruas jalan ini naik-turun sehingga bila ada kendaraan berat mogok di tanjakan, misalnya, hampir bisa dipastikan akan terjadi kemacetan.
"Waktu tempuh Semarang-Solo hanya 45-55 menit melalui tol, jauh lebih efisien dibandingkan melalui jalur konvensional yang memakan waktu hingga tiga jam," kata Hadi Prabowo.
Impian lama
Keinginan pemerintah pusat dan Pemprov Jateng membangun jalan tol Semarang-Solo sudah lama diungkapkan. Namun karena tersendat pembebasan lahan, proyek jalan tol ini tidak kunjung dimulai.
Pada masa Gubernur Jateng Mardiyanto, pemerintah setempat merencanakan pembangunan konstruksi bisa dimulai tahun 2006. Namun, pelaksanaannya terbentur masih sedikitnya lahan yang dibebaskan, sehingga tidak bisa segera dimulai.
Saat ini memang ada beberapa bidang lahan yang masih harus dibebaskan, namun Gubernur Jateng Bibit Waluyo optimistis dalam waktu tidak terlalu lama lagi bisa dituntaskan.
"Sambil menunggu penyelesaian pembebasan tanah lebih lanjut, maka dilakukan langkah rintisan pembangunan tol untuk Seksi I Semarang-Ungaran," kata Gubernur dalam pencanangan pembangunan jalan tol Sabtu, pekan lalu.
Direktur Utama PT Trans Marga Jateng Agus Suharjanto mengatakan, biaya yang dibutuhkan untuk membangun ruas Semarang-Ungaran sekitar satu triliun rupiah.
PT Trans Marga Jateng merupakan perusahaan patungan PT Jasa Marga dan PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah, dengan komposisi kemilikan 60:40 persen, yang dipercaya sebagai pelaksana pembangunan jalan tol Semarang-Solo.
Dengan dimulainya pembangunan Seksi I sepanjang sekitar 14 km itu, impian lama Jateng memiliki jalan tol Semarang-Solo, mulai menampakkan wujudnya.
Pembebasan lahan di wilayah Kota Semarang mencapai 95,49 persen dan di wilayah Kabupaten Semarang mencapai 92 persen. Masih ada warga yang belum mau melepaskan lahan miliknya karena belum ada kesesuaian harga penggantian.
"Pada dasarnya mereka setuju tanahnya digunakan untuk pembangunan tol, tetapi ganti untungnya yang belum cocok. Mudah-mudahan hingga 10 Februari 2009 ganti untung ini mendapatkan titik temu," kata Bibit Waluyo.
Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum Agus Wijonarko yang mewakili Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan, pemerintah melalui dana badan layanan umum menyiapkan alokasi dana Rp247 miliar untuk jalan tol Semarang-Solo.
"Pembangunan jalan tol seksi I Semarang-Ungaran diharapkan bisa segera dilakukan sehingga kita bisa bergerak lebih lanjut pada seksi II Ungaran-Bawen," katanya.
Menurut rencana, awal tahun 2010 pembangunan jalan tol Seksi I Semarang-Ungaran sudah selesai dan bisa digunakan.
Bila pembebasan tanah bisa cepat, pembangunan tol Semarang-Bawen yang direncanakan selesai tahun 2011 mungkin bisa dipercepat, begitu juga untuk Seksi III Bawen-Salatiga, Seksi IV Salatiga-Boyolali, dan Seksi V Boyolali-Solo.
Kalau semuanya berjalan lancar, setidaknya sebelum tahun 2015 pengguna jalan sudah bisa menikmati perjalanan cepat, nyaman, dan lancar antara Semarang dan Solo, meski harus membayar.
(ANT / Achmad Zaenal M)
Subject :
Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved