Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Menatap prospek pascaoperasional jembatan Suramadu Di Madura

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Berita Daerah: Senin, 8 Juni 2009
http://beritadaerah.com/artikel.php?pg=artikel_jawa&id=9734&sub=Artikel&page=3

Isi:

(Berita Daerah - Jawa) - Pengoperasian jembatan nasional Surabaya-Madura (Suramadu) yang akan menghubungkan Pulau Madura dengan Surabaya, Jawa Timur, diyakini akan meningkatkan perekonomian di empat kabupaten di Madura.

Investor luar diprediksi akan ramai-ramai menanamkan modalnya untuk mengembangkan semua potensi lokal di Madura, dan menjadikannya sebagai "mesin" uang.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sumenep, Madura, Samsul Ma`arif, mengibaratkan potensi yang dimiliki Madura pada umumnya sebagai "raksasa tidur".

"Kalau raksasa itu bangun dari tidurnya, kami yakin akan ada perubahan besar-besaran, dan raksasa akan benar-benar bangun setelah jembatan Suramadu sudah beroperasional," katanya.

"Raksasa" itu berupa potensi sumber daya alam (SDA) maupun pariwisata yang bisa diolah menjadi mesin uang bagi investor luar negeri maupun dalam negeri.

"Untuk sementara, secara kasat mata, SDA di Sumenep yang sudah menjadi mesin uang dan digarap maksimal oleh investor adalah kandungan minyak dan gas bumi (migas) di gugusan Kepulauan Kangean. Sedang SDA lainnya berupa kandungan posfat dan mineralnya, belum digarap," katanya.

Samsul menjelaskan, sejak beberapa waktu lalu, tiga calon investor yang terdiri atas satu investor dari luar negeri dan dua dari dalam negeri, sudah melakukan komunikasi intensif dengan Kadinda Sumenep.

"Investor yang dari luar negeri berniat menanamkan modalnya untuk menggali potensi posfat di Sumenep. Sedang yang dari dalam negeri tertarik untuk memaksimalkan hasil pertanian dan perkebunan serta laut," katanya.

Namun, ada kendala yang dihadapinya dalam melakukan komunikasi dengan tiga investor tersebut, yakni belum adanya angka riil potensi SDA yang diminatinya.

"Ini tentu menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi kami, terutama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, untuk menyediakan angka riil semua potensi SDA yang bisa dikembangkan," katanya.

Ia menjelaskan, untuk sementara, pemkab hanya bisa menyediakan data potensi dalam bentuk gambaran secara umum.

"Kalau sebatas itu, investor sudah paham. Sumenep itu kaya akan potensi SDA. Tapi, angka riilnya yang dibutuhkan investor. Ini menjadi salah satu kendala bagi kami dalam melakukan komunikasi bisnis dengan investor," katanya menegaskan.

Samsul berharap pemkab bergerak cepat untuk menyediakan angka riil semua potensi lokal yang layak jual, agar investor punya pedoman data sebelum menanamkan modalnya.

Sementara untuk potensi pariwisata di Sumenep, kata Samsul, Sumenep memiliki sejumlah kekurangan, yakni belum tersedianya infrastruktur penunjang bagi pengembangan pariwisata.

"Siapa yang tidak tahu dengan keindahan Pantai Lombang di Kecamatan Batang Batang maupun Pantai Slopeng di Kecamatan Dasuk. Tetapi, para pengunjung, terutama wisatawan asing, dipastikan akan mengeluh dengan tidak tersedianya sarana penginapan yang representatif di dua lokasi wisata alam tersebut," katanya.

Potensi wisata yang eksotis itu akhirnya tidak meningkatkan daya tarik wisatawan asing, gara-gara tidak adanya sarana penunjang.

"Belum lagi bicara kendala transportasi. Kalau saja Bandara Trunojoyo bisa operasional, itu akan mempercepat pergerakan wisatawan asing ke Sumenep. Dari Bali, mereka bisa langsung ke Sumenep dengan menggunakan pesawat," kata Samsul, memberi contoh.

Keluhan tidak adanya sarana penunjang pengembangan pariwisata di Sumenep, dilontarkan biro perjalanan asal Jakarta, "Remote Destinations", yang setiap tahun menggelar paket wisata bagi warga luar negeri yang berada di Jakarta, untuk menginap di Pantai Lombang.

Pada bulan Agustus 2008, Remote Destinations mendatangkan 70 warga luar negeri untuk menginap di Pantai Lombang.

Sebagai konsekuensinya, biro perjalanan tersebut membuat bangunan semi permanen di kawasan Pantai Lombang, sebagai sarana penginapan selama dua hari bagi puluhan warga asing tersebut.

"Seandainya ada sarana penginapan di Pantai Lombang, akan lebih mudah bagi kami untuk melaksanakan perjalanan paket wisata ini bagi kaum ekspatriat. Bisa-bisa dalam setahun, kami melakukan paket wisata ini sebanyak dua hingga empat kali," kata Director Remote Destinations, Leksmono Santoso.

Selain sarana penginapan, kata Leksmono, peserta paket wisata di Pantai Lombang yang digagasnya sejak tahun 2000, merasa jenuh dengan lamanya perjalanan.

"Mereka menyatakan Pantai Lombang ini sangat eksotis dan lebih indah dibandingkan dengan pantai di Bali sekalipun. Namun, sangat disayangkan tidak ada sarana transportasi yang cepat. Kalau saja ada bandara yang operasional di sini, itu sangat bagus," katanya.

Susun Data Riil

Belum adanya data riil potensi lokal yang layak jual pada investor luar, tampaknya dibenarkan oleh pemkab.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumenep, Soengkono Sidik menjelaskan, pihaknya melalui bidang penanaman modal sekarang sedang menyusun data riil semua potensi lokal.

"Selain menyusun data riil potensi SDA maupun pariwisata, kami juga mulai mengintensifkan koordinasi dengan Badan Penanaman Modal (BPM) Provinsi Jawa Timur, untuk menarik investor luar agar menanamkan modalnya ke Sumenep," katanya.

Dalam rancangan tata ruang wilayah pascaoperasional jembatan Suramadu, kata Soengkono, Sumenep tidak hanya akan menjadi kawasan pariwisata, melainkan juga kawasan industri.

"Dalam konteks itu, kami menyusun data riil potensi lokal untuk memudahkan calon investor yang akan menanamkan modalnya di Sumenep. Kawasan pariwisata akan beriringan dengan industri," katanya.

Ia menjelaskan, pada tahun 2009, pihaknya sudah menyediakan dana Rp4 miliar untuk pembebasan lahan bagi pengembangan Bandara Trunojoyo.

"Untuk pengembangan bandara banyak yang harus disiapkan, dan kami sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Jawa Timur dan Departemen Perhubungan, agar memberikan dukungan dana," katanya.

Kalau pemerintah pusat dan provinsi memberikan dukungan penuh, kemungkinan besar Bandara Trunojoyo akan bisa digunakan sebagai lapangan terbang komersial pada tahun 2010.

"Itu sesuai rencana kami, dengan catatan tidak ada kendala, terutama dana, karena pengembangan bandara diperkirakan membutuhkan dana puluhan miliar. Kalau tidak didukung pusat dan provinsi, target operasional bandara pada tahun 2010 sulit dicapai," katanya.

Soengkono menjelaskan, ketersediaan bandara akan memudahkan akses bagi investor ke Sumenep.

"Bagi investor, perjalanan darat dari Surabaya ke Sumenep sekitar empat jam itu, akan membuat jenuh, meskipun operasional jembatan Suramadu sudah bisa mempercepat transportasi darat," katanya.

Ia optimistis keberadaan bandara akan membuat frekuensi kunjungan bisnis dan pariwisata ke Sumenep akan padat.

"Sejak dua tahun lalu, kami sebenarnya sudah menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan sebagai dampak operasional jembatan Suramadu. Tetapi, kami tetap memiliki keterbatasan dana," katanya.

Berharap Dapat Manfaat

Bambang Priambudi, warga Desa Pangarangan, Kecamatan Kota, berharap mendapat manfaat dari operasional jembatan Suramadu yang diprediksi akan membuat Madura menjadi kawasan industri.

"Meskipun banyak lapangan pekerjaan yang tersedia, jika warga Madura tidak bisa memanfaatkannya, percuma saja. Warga Madura akhirnya akan menjadi penonton," katanya di Sumenep.

Ia berharap pemerintah daerah bisa menekan kalangan industri untuk memanfaatkan warga Madura sebagai pekerja.

"Pekerjaan itu memang terkait dengan kompetensi. Tetapi, pemerintah daerah harus bisa mencegah warganya jangan jadi pengangguran, ketika lapangan pekerjaan banyak tersedia," katanya.

Sementara itu, pelaku usaha di Sumenep mulai menangkap peluang pascaoperasional jembatan Suramadu, salah satunya kelompok usaha "Jawara Groups".

Sejak pekan lalu, Jawara Groups yang semula hanya bergerak di bidang jasa desain grafis komputer, mulai merambah usaha jasa baru, yakni agen tiket pesawat dan biro perjalanan wisata.

"Kami optimistis jika jembatan Suramadu operasional akan banyak kunjungan bisnis dan pariwisata ke Sumenep," kata Direktur Jawa Groups, Bisron Ali.

Ia menjelaskan, warga Madura memang harus berbenah dan menyiapkan diri untuk memasuki era baru, pascaoperasional jembatan Suramadu.

"Siap atau tidak siap, warga Madura akan merasakan dan ikut berada dalam pusaran perubahan. Kami berharap bisa menikmati manfaat atas operasionalnya jembatan Suramadu," katanya.

(Slamet Hidayat/FB/ant)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved