Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

48 perhiasan Betawi dibukukan

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
beritajakarta.com: 11 Agustus 2009 08:05
http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?idwil=0&nNewsId=34726

Isi:

Siapa tak kenal masyarakat Betawi? Khazanah budaya masyarakat asli Jakarta ini ternyata tidak kalah dengan budaya etnis-etnis lainnya. Mulai dari tarian adat, pakaian adat, makanan khas, kesenian, hingga perhiasaan-perhiasan bermotif asli Betawi. Untuk mengabadikan seluruh warisan budaya nenek moyang tersebut, para tokoh masyarakat Betawi bertekad akan terus melestarikannya. Hal ini terbukti dengan dibukukannya 48 perhiasan asli Betawi. Buku tersebut diberi judul "Perhiasan Betawi Tempo Doeloe".

Perhiasan tersebut, yaitu gelang listring, gelang ular kepala satu, gelang ular kepala dua, gelang keroncong, gelang tambang, giwang mata satu, giwang mata burung, giwang ronyok, giwang markis, anting seketel, dan kerabu. Kemudian untuk perhiasan dada, yaitu kalung tebar, kalung kote-kote, kalung liontin labu, kalung liontin, kalung liontin wajik, kalung liontin tali aer, kalung rante biji cabe, kalung rante biji ketimun, serta rante tambang.

Untuk perhiasan peniti, yaitu peniti cangkrang, peniti rante dua susun, dan peniti rante tiga susun. Kemudian untuk perhiasan cincin, yaitu cincin belah rotan, cincin listring, cincin model wajik, cincin model elizabeth, dan cincin model biji kane. Sedangkan untuk perhiasan pria, yaitu rante kuku macan, jam rante, cincin batu-batuan, dan cincin mata berlian. Kemudian perhiasan ikat pinggang, yaitu pending kepala polos dan pending kepala intan/berlian.

Sedangkan perhiasan pengantin, yaitu syangko bercadar, syangko mahkota, sisir galuh (syangko kecil), tusuk kembang rumput, tusuk bunga, tusuk kembang kelape, kembang goyang, tusuk lam, tusuk paku/tusuk burung hong, sunting, kerabu (anting-anting), kalung penganten, gelang listring, dan cincin elizaberth/wajik.

Seluruh perhiasan ini dikumpulkan dari 17 kolektor perhiasan Betawi, yaitu Keluarga (Alm) Hamila Dachlan Sapi-ie, Hj Halimah Azis, Hj Emma Amalia Agus Bisrie, Hj Maharani Kemal Mustafa, Hj Hamidah Tamsir, Hj Dra Comara Sapi-ie Sambas, Hj Nuraini D Sapi-ie, Hj Tatiek Fauzi Bowo, Keluarga Husein Saleh, Hj Ida Nurul Ariyanto, Hj Maria Hud Sapi-ie, Hj Rosada Abdul Majid Hasan, Hj Luwiyah Mansyur, Hj Maemunah, Hj Satimah, Hj Fatimah Tony R, dan Hj Putri Rahmi Donna.

Perhiasan-perhiasan yang berhasil dipinjam dari para kolektor tersebut kemudian difoto dan dibukukan. Sehingga, barang-barang itu bisa ditiru bentuknya agar tetap lestari dan tidak punah. "Melalui peluncuran buku ini, saya berharap kebudayaan Betawi, perhiasan asli masyarakat Betawi tetap lestari dari generasi ke generasi," kata Tatiek Fauzi Bowo, salah satu kolektor perhiasan Betawi yang juga istri Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo akhir pekan lalu.

Dengan adanya buku ini, sambung Tatiek, diharapkan para perajin perhiasan, dapat meniru dan kembali menghidupkan kembali perhiasan-perhiasan asli Betawi kepada masyarakat. Sehingga, perhiasan-perhiasan tersebut tidak hanya tercatat dalam sejarah, tetapi bisa dilestarikan.

Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta, Muhayat, saat menghadiri peluncuran buku "Perhiasan Betawi Tempo Doeloe" di salah satu hotel di Jakarta Pusat, Minggu (9/8). Ia menuturkan, buku yang menampilkan visual/foto perhiasan masyarakat Betawi tempo dulu ini memiliki nilai dan manfaat yang sangat tinggi. "Saya menilai buku ini menjadi media yang sangat penting untuk mengingatkan generasi muda Jakarta dalam mengenal dan memberikan apresiasi terhadap sejarah, seni, dan budaya Betawi, khususnya yang berkaitan denga perhiasan Betawi," ungkap Muhayat.

Selain itu, buku ini juga memiliki peran yang strategis dalam memperkenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas. Minimal, buku ini bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat luas bahwa Betawi tidak hanya sekadar dialek. "Kebudayaan Betawi adalah sebuah pengertian yang nyata, memiliki pola tersendiri karena kebudayaan Betawi bukan sub budaya etnis mana pun di Indonesia ini," tegasnya.

Ketua Yayasan Sirih Nanas, Emma Amalia Agus Bakrie, selaku promotor peluncuran buku tersebut mengatakan, tujuan utama pembuatan buku ini tidak lain untuk melestarikan budaya Betawi, khususnya dalam mengabadikan perhiasan-perhiasan asli Betawi agar tidak punah tergilas perkembangan zaman. "Perhiasan Betawi kini mulai terlupakan. Dari berita yang kita dapat, perhiasan Betawi banyak tersimpan rapi di luar negeri, sedangkan perhiasan di tempat kita sendiri sedikit demi sedikit malah menghilang, entah itu dilebur, dijual, atau hilang. Dan atas kekhawatiran akan kepunahan itu, upaya yang paling tepat adalah membuat buku," tandasnya.

Reporter: agus /tania

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved