Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Menilik cikal bakal Betawi di galangan kapal

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
beritajakarta.com: 05 Agustus 2009 08:28
http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?idwil=0&nNewsId=34627

Isi:

Memburu nilai-nilai sejarah di kawasan Kota Tua nampaknya tak membuat kita bosan. Sejuta makna terkandung pada setiap bangunan di kawasan ini. Salah satunya Gedong Galangan Kapal VOC di Pasar Ikan, Jakarta Utara. Bangunan ini didirikan tahun 1628. Ketika itu, VOC menjadikan tempat ini sebagai galangan kapal-kapal kecil dengan pekerja orang-orang pribumi. Selain membuat kapal kecil, bangunan ini juga menjadi tempat perbaikan/dok bagi kapal-kapal besar yang mengangkut rempah-rempah.

Gedong galangan kapal yang dibangun di atas lahan seluas 2.000 meter persegi ini menjadi bagian yang tak perpisahkan dari dua bangunan lainnya, yakni Museum Bahari (dulu gudang rempah-rempah) dan Menara Syahbandar (dulu berfungsi sebagai navigasi kapal-kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa). Konon, dulu ada lorong-lorong rahasia yang menghubungkan tiga bangunan ini. "Entah apa fungsinya, tetapi kata orang-orang zaman dulu di sini ada lorong yang menghubungkan antartiga tempat itu. Mengenai kebenaran itu kita belum membuktikannya," kata Maskum, pemerhati Bangunan Tua, Rabu (5/8).

Meski dibangun pada zaman keemasan pemerintahan Hindia Belanda, namun bangunan ini menerapkan perpaduan arsitektur China dan Eropa. Hal ini bisa terlihat dengan sejumlah struktur bangunan dan ornamen yang masih asli sejak 4 abad silam. Misalnya, tembok pembatas antar bangunan yang tidak diplester, konstruksi pada bangunan di bagian belakang yang berciri khas Eropa masih dipelihara meski sudah pernah terbakar, dan pemakaian bahan dasar kayu pada beberapa bagian yang merupakan ciri khas budaya China juga masih dipertahankan.

Selain itu, struktur asli pada bagian jendela, pintu, lantai, dan hiasan dinding lainnya masih dipertahankan keasliannya. Bahkan hingga kini jendela, daun pintu, lantai kayu, serta pilar bangunan yang didominasi dari bahan kayu itu masih mulus. "Pemilik pernah melakukan renovasi pada bagian bangunan yang rapuh atau rusak. Tapi renovasi tetap kita kontrol demi mempertahankan nilai sejarah," kata Candrian Attahiyat, Kepala UPT Kota Tua.

Perpaduan gaya arsitektur pada Gedong Galangan Kapal ini merupakan cikal bakal lahirnya kebudayaan Betawi yang banyak mengadopsi budaya China dan Eropa. Apalagi, dulu seluruh bangsa dari berbagai etnis melakukan aktivitas perdagangan di kawasan ini, seperti China, Afrika, Arab, India, dan Eropa.

Karenanya, tak heran jika peralihan fungsi bangunan yang kini menjadi restoran itu tetap menyajikan menu Eropa, China, dan Betawi, seperti panggang peking tiga rasa, roti kulit bebek, Sop Buntut Si Pitung, Jangkar Kapal, Ayam Syahbandar, dan Ujung Kulon. Sedangkan untuk nama restoran tetap mencerminkan menggunakan "VOC". Namun bukan Vereenigde Oost Indische Compagnie, melainkan Very Old Cafe.

Kini, selain menjadi rumah makan, tempat ini juga sering dijadikan tempat pertermuan untuk berbagai acara, seperti pernikahan ataupun acara-acara besar lainnya. Karenanya, tak ada salahnya jika berwisata kuliner sambil menikmati sejarah tempo dulu di kawasan ini.

Reporter: didit

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved