Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library
Format : Artikel
Impresum
-
: , 2009
Deskripsi
Sumber:
beritajakarta.com: Selasa, 25 Agustus 2009 18:19
http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?idwil=0&nNewsId=34948
Isi:
Ketika Sultan Agung Tirtayasa dari Banten tengah bertempur dengan VOC di Batavia sekitar tahun 1632, pasukan Sultan Agung mendirikan masjid di tepi Kali Ciliwung. Ada satu kaligrafi yang masih menyimpan misteri karena hingga kini belum terpecahkan maknanya. Dari tahun ke tahun, masjid yang sempat diberi julukan Masjid Kandang Kuda ini memang selalu meninggalkan cerita.
Memang tak ada yang tahu kapan persisnya Masjid Al Atiq di Kampungmelayu Besar dibangun. Namun dari beberapa dokumen yang dimiliki, diperkirakan masjid ini dibangun sekitar tahun 1632. Pembangunannya juga terkait dari perjuangan Sultan Agung yang berusaha mengusir penjajah Belanda. Kendati tengah berperang, seluruh pasukan Sultan Agung selalu tak meninggalkan kewajiban sholat.
Didesak kebutuhan beribadah, pasukan Sultan Agung akhirnya membangun sebuah masjid di tepi Sungai Ciliwung. Dipilihnya tepi sungai karena saat itu moda transportasi tergantung dari aliran sungai. Setelah masjid berdiri, banyak kaligrafi dan artefak yang ditinggalkan untuk masjid tersebut.
Awalnya, masjid tersebut dinamai Masjid Kandang Kuda. Karena sebagian besar warganya berprofesi sebagai kusir sado. Karena begitu waktu sholat berkumandang, pemandangan yang terlihat seperti kandang kuda. Puluhan sado terparkir di sekitar area masjid sementara pemiliknya menunaikan sholat.
Karena lambat laun kawasan tersebut berkembang, sekitar tahun 1952, masjid peninggalan pasukan Sultan Agung berganti nama menjadi Masjid Atiq. Beberapa peninggalan sejarah masih tersimpan rapi dan dipertahankan. Sebagian, diserahkan ke museum untuk mendapat perawatan yang lebih baik.
Imron Luthfi, Ketua Umum Pengurus Masjid Al Atiq menceritakan, memang masjid ini pernah mendapat pemugaran dari Pemprov DKI, tapi masih ada beberapa bagian yang dipertahankan keasliannya. Bagian penting yang masih dipertahankan adalah kubah masjid yang berbentuk prisma dan trisula yang menjadi penghias di puncak menara masjid.
Tulisan kaligrafi yang menghiasi dinding masjid juga tetap dijaga keaslian motif dan tulisannya. Namun ada satu kaligrafi yang masih menjadi misteri. Kaligrafi tersebut terdapat di atas mimbar khotib. Hingga kini, tak satu pun yang bisa mengungkap tulisan sekaligus makna yang tersirat. Banyak cerita yang berkembang seputar masjid yang dibangun pasukan dari Banten tersebut. Misalnya jika ada burung yang melintas di atas trisula yang menghias menara masjid, tanpa diketahui sebabnya burung tersebut pasti mati.
Mitos seputar masjid ini yang membuat masyarakat penasaran. Makanya selama Ramadhan, banyak masyarakat yang menyempatkan untuk berbuka di masjid tersebut. Untungnya ada tiga donatur tetap yang menyiapkan anggaran setiap hari. "Setiap harinya ada tiga warga yang masing-masing menyumbang Rp 100 ribu untuk menyediakan takjil bagi jamaah masjid," katanya kepada beritajakarta.com, Selasa (25/8).
Reporter: agus /erna
Subject :
Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved