Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Gang Ketapang bikin terang Batavia

Format : Artikel

Impresum
Pradaningrum Mijarto - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Rabu, 22 April 2009 | 12:09 WIB
http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/04/22/12094841/gang.ketapang.bikin.terang.batavia

Isi:

KOMPAS.com — Perusahaan gas pertama di Batavia mulai dibangun pada November 1859 ketika Pemerintah Belanda memberi izin kepada perusahaan LJ Enthoven & Co asal Den Haag untuk menyediakan penerangan di Batavia dan kawasan tetangga, Meester Cornelis (kini Jatinegara). Perusahaan ini mulai beroperasi pada 1861. Namun, pada 1864 diambil alih oleh perusahaan gas milik Belanda, The Netherlands Indies Gas Company. Pabrik gas ini berlokasi di sisi utara Gang Ketapang yang kini menjadi Jalan KH Zainul Arifin yang ada di sisi barat Molenvliet atau Jalan Gajah Mada.

Tepat pada 4 September 1862, demikian seperti dikutip dari Scott Merrillees dalam buku Batavia in Nineteenth Century Photographs, lampu gas menyala untuk pertama kali di Batavia dan menerangi kediaman resmi gubernur jenderal (kini Istana Negara), sedangkan penduduk Batavia merasakan sinar lampu gas yang menerangi jalanan untuk pertama kali pada 1 Oktober 1862.

Kediaman pribadi JA van Braam yang kini jadi Istana Negara itu ada di Koningsplein Noord (kini Jalan Medan Merdeka Utara). Di lahan kediaman milik JA van Braam itu kini juga berdiri Istana Merdeka. Hingga kini, nama Gang Ketapang, yang sudah diubah menjadi Jalan Ketapang, kemudian berubah lagi menjadi Jalan KH Zainul Arifin, masih sering digunakan warga. Di sana usaha gas masih berjalan hingga sekarang—dimiliki Pemerintah Indonesia—dengan nama Perum Gas Negara. Sekadar intermezo, di sekitar pabrik gas itu kini warga juga tahu ada Bakmi Medan yang lumayan beken, di depan sekolah Ketapang.

Dalam buku itu terlihat jalanan umum di Batavia seperti di Molenvliet West dan Oost, di depan Hotel Des Indes, di depan pusat belanja Eigen Hulp sudah terpasang tiang dengan penutup di bagian atas agar nyala api tidak tertiup angin. Desain tiang lampu juga terlihat sudah beragam. Lahirnya penerangan itu juga membuat kota Batavia semakin semarak, tentunya, dengan tumbuhnya tempat-tempat hiburan, restoran, penginapan, dan pusat belanja.

Penerangan jalan raya di Batavia menggunakan gas, bahan bakar untuk lentera adalah minyak kacang kemudian diganti minyak tanah. Nyala api dari lampu gas ini berwarna merah dengan bentuk seperti kipas. Lampu gas yang menggunakan semprong bersumbu baru dipakai kemudian.

Dalam buku Jaarboek van batavia en Omstreken dicatat, lampu pijar pertama kali dipamerkan di halaman rumah pelukis Raden Saleh di Cikini, meski tak ada catatan kapan pastinya. Jika Thomas Alva Edison menemukan listrik pada 1879, maka semestinya pameran lampu pijar itu digelar setelah tahun itu.

Yang pasti, warga dibikin gempar oleh lampu pijar yang tahan terhadap tiupan angin. Sinarnya pun terang benderang. Pelabuhan Tanjungpriok kemudian memasang lampu pijar ini sehingga suasana malam di pelabuhan ini bermandikan cahaya. Kini Jakarta tak pernah gelap bahkan ketika PLN menyerukan agar warga berhemat energi. Kenyataannya, lampu-lampu jalan atau lampu-lampu di kantor-kantor pemerintah, di terowongan pejalan kaki, dan di banyak tempat pun menyala di siang hari....

WARTA KOTA

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved