Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library
Format : Artikel
Impresum
Pradaningrum Mijarto -
: , 2009
Deskripsi
Sumber:
Kompas: Senin, 23 Maret 2009 | 18:28 WIB
http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/03/23/18284430/kota.benteng.yang.minim.sisa.benteng
Isi:
Tak mudah memutuskan dan mencari apa yang akan ditulis terkait pembicaraan tentang peninggalan di Batavia, Jakarta Lama. Selain pencarian data tertulis yang memakan waktu dan belum tentu ada, data berupa gambar-gambar lama yang juga belum tentu ada, ditambah pengecekan lapangan tentang kondisi di masa kini. Dalam rangka diskusi kecil dengan sedikit pihak, perbincangan tentang benteng-benteng di Jakarta menjadi salah satu yang menarik.
Batavia tak lain adalah kota benteng. Sayangnya, benteng-benteng masa lalu itu sudah sedikit tersisa. Data-data pun masih harus dikorek lebih dalam. Sejarah menunjukkan bahwa Kota Batavia tumbuh bersama bangunan pertahanan, tembok kota dengan kubu pertahanannya. Masuk akal, sebagai kota pesisir kota ini akan mudah diserang dari laut maka benteng pun dibangun.
Dalam beberapa buku sejarah terkait Batavia ada tertulis Fort Jacatra, benteng berbentuk segi empat berdiri di selatan pelabuhan Sunda Kelapa. Fort Jacatra tak lain adalah pusat kota Jayakarta. Benteng ini dilengkapi gudang rempah Nieuwe Huis (Mauritius) dan Oude Huis (Nassau). Setelah JP Coen menghancurkan Jayakarta pada 1619, maka nama kota itu diubah menjadi Batavia. Kastil Batavia dibangun di sebelah Fort Jacatra. Kastil yang jauh lebih besar ini punya empat bastion, kubu pertahanan, di empat sudutnya, Bastion Diamant, Bastion Robijn, Bastion Saphier, dan Bastion Parel.
Sejarah Kastil Batavia berhenti saat Daendels menghancurkannya pada 1809. Kota baru yang lebih ke selatan kembali dibangun, kota ini dibatasi dengan Sungai Ciliwung yang masih berkelok-kelok dan kanal. Kubu pertahanan pun kembali dibangun, di sini ada Fort Gelderland dan Fort Holandia. Kalau mau disebutkan, nama-nama benteng atau kubu pertahanan seperti Vianen, Zeeland, Bastion Amsterdam, Middelburg, Oranje. Belum lagi Bastion Culemborg dengan Uitkijk (Menara Syahbandar) dan Bastion Zeeburg.
Sisa tembok kota atau tembok benteng bagian barat ini masih bisa dilihat di Museum Bahari hingga ke belakang, tentu dengan kondisi yang sudah sulit untuk disambangi dan di sisi timur ada di gudang PALAD di Jalan Tongkol.
Di tahun 2003 pengamat sosial sekaligus sejarawan Adit SH pernah menulis soal nasib benteng di Warta Kota. Benteng yang disebut Adit, adalah benteng yang dibangun di Sungai Bambu pada sekitar awal abad 20. Benteng dibangun sebagai upaya menghadapi serangan musuh. Pengalaman tahun 1811 di mana Batavia diserang Inggris, tak ingin terulang lagi.
Sungai Bambu ada di dekat Kali Sunter untuk menghadang musuh dari timur, selain itu sebelah utara telah ada benteng di Ancol dan di sebelah barat di Pesing. Sedang di sebelah selatan, di Meester Cornelis. Dalam tulisan itu juga disebutkan sejumlah benteng di luar tembok kastil berdiri. Misalnya, pada 1657 di dekat tanah milik Paviljoen (kini di dekat Masjid Istiqlal). Yang lain, di dekat Kali Krukut, diberi nama Rijswijk (kini menjadi lokasi Bank Tabungan Negara). Benteng-benteng itu akhirnya ambruk. Ketika pusat pemerintahan dipindahkan ke Weltevreden, kompeni membangun benteng di Meester Cornelis. Lambat laun benteng ini juga ambruk dan tidak berfungsi.
Setelah kawasan Meester Cornelis berkembang, pada tahun 1734 di salah satu tepi Kali Ciliwung juga dibangun benteng yang dikelilingi tembok. Tujuannya untuk memperkuat pertahanan. Tetapi benteng ini tidak bertahan lama.
Kini, sisa benteng-benteng ini masih bisa dilihat meski, seperti sudah dikatakan di atas, dengan lokasi dan posisi yang sulit disambangi. Kecuali benteng di Ancol, benteng di Sungai Bambu dan yang kini masuk dalam kawasan Rawa Terate sudah dalam area yang tak bersabahat.
WARTA KOTA
Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved