Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Menanti rel trem di Taman Fatahillah

Format : Artikel

Impresum
Pradaningrum Mijarto - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Selasa, 10 Februari 2009 | 14:27 WIB
http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/02/10/14275459/menanti.rel.trem.di.taman.fatahillah

Isi:

WARGA masih harus bersabar untuk bisa menikmati atraksi di halaman Taman Fatahillah berupa pertunjukan boks arkeologi rel trem. Semestinya boks itu sudah bisa dinikmati setidaknya tahun lalu. Kini, lahan di mana rel bekas trem itu digali, sudah diuruk kembali setelah lebih dari setahun terbengkalai.

Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI menjanjikan boks arkeologi itu akan segera diwujudkan tahun ini.

"Pekerjaan itu tetap dilaksanakan tetapi kami akan lakukan konservasi dulu. Konservasi lebih penting karena rel itu langsung menyentuh tanah yang basah jadi harus dilakukan pelapisan supaya rel tidak karatan," kata Wakil Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Tinia Budiati beberapa waktu lalu.

Tim arkeologi pimpinan Prof Dr Mundardjito sudah menggali rel bekas trem di halaman Taman Fatahillah, Jakarta Barat, sejak menjelang peresmian Revitalisasi Kota Tua September 2007. Setelah digali, boks harusnya segera terpasang sehingga warga bisa melihat langsung dan mengetahui kisahnya.

Semula, anggaran datang dari Jakarta Old Town Kotaku (JOK) dengan desain boks dari Budi Lim. Proses persetujuan desain boks oleh Tim Sidang Pemugaran (TSP) alot sehingga boks tak segera terpasang dan hangus pula anggaran dari JOK.

"Sekarang desain sudah siap, tetap dari Pak Budi Lim dengan penyesuaian dan koreksi di sana sini agar lebih ramah lingkungan. Pak Arie (Kepala Disparbud DKI) sudah menginstruksikan supaya boks arkeologi diselesaikan tahun ini," tandas mantan Kasubdis Pengkajian dan Pengembangan Disbudmus DKI ini.

Lantas bagaimana soal dana? Menurut Tinia, karena kawasan itu masuk wilayah Jakarta Barat, maka anggaran akan diatur oleh Wali Kota Jakarta Barat. "Kalau enggak ter-cover, kita akan cari dana dari sponsor," katanya. Tentang berapa besar biaya untuk konservasi dan pembuatan boks ditambah penggalian ulang, ia belum bisa memperkirakan.

Setelah digali ulang, proses selanjutnya adalah melakukan konservasi berupa pelapisan pada rel trem. Menurut Kepala Unit Pelaksana (UPT) Balai Konservasi Disparbud DKI Enny Prihantini, konservasi rel trem tak akan mengambil waktu lama. "Enggak sampai seminggu dan kita udah punya bahannya, kok," katanya.

Biaya agak besar bisa jadi akan diperlukan bagi pembuatan boks arkeologi yang dibikin tidak asal. Material dengan kualitas baik agar lebih tahan lama dan tahan terhadap cuaca. "Sebab, boks itu kan ada di luar. Bersentuhan langsung dengan pengunjung. Jadi harus dibikin yang bagus. Tapi, kita belum tahu soal biaya," tegas Tinia.

Lahan galian rel bekas trem kini ditutup kembali agar aman, begitu menurut Kepala UPT Kota Tua Candrian Attahiyyat. "Nanti kalau memang sudah akan dikerjakan, ya digali lagi. Daripada rusak kalau dibiarkan terbuka, diisi sampah atau buat tempat bollard (bola batu dari besi), lebih baik ditutup," katanya. (*)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved