Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

DKI kaji ulang waterway

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Republika: Rabu, 06 Mei 2009 pukul 18:05:00
http://epaper.republika.co.id/berita/48739/DKI_Kaji_Ulang_Waterway

Isi:

JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan mengkaji ulang proyek jalur lalulintas sungai (waterway) di Banjir Kanal Timur (BKT). Ini dilakukan agar pengoperasiannya tidak gagal seperti yang terjadi di Banjir Kanal Barat (BKT).

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, pembangunan waterway di BKT membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam pengoperasiannya, waterway BKT membutuhkan jalur khusus pada setiap bagian pintu air.

Lantaran, BKT memiliki banyak pintu air terbuat dari beton yang menghambat laju kapal. "Kapal kan tidak bisa loncatin pintu air. Maka perlu teknik pengembangan yang tepat. Kami akan melakukan studi lanjutan," kata Fauzi, Rabu (6/5).

Dia mengungkapkan, di sejumlah negara yang menggunakan sungai sebagai sarana lalulintas, jalur sungai memang dibagi dua. Satu untuk keperluan lalulintas kapal dan satu untuk pintu air. "Ini membutuhkan kajian matang dan biaya yang cukup besar," katanya.

Selain itu dia mengatakan, kajian itu juga diperlukan untuk mengetahui efektifitas sarana pengoperasian waterway di BKT. "Apakah nilai proyek waterway itu sebanding dengan manfaatnya," katanya.

Dia melanjutkan, misalnya apabila waterway itu diterapkan, berapa jumlah warga yang bisa terangkut dalam sekali jalan. "Semua perlu dipikirkan lagi," tukas dia.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI, Fakhrurrazi mengatakan, saluran yang akan dinormalisasi untuk jalur transportasi air adalah Kali Angke, Kali Cengkareng, Cakung Drain, Banjir Kanal Barat, dan Banjir Kanal Timur.

Dia mengungkapkan, kedepannya kapal yang akan digunakan Pemprov untuk transportasi air disesuaikan dengan kondisi sungai. Karena kapal yang selama ini digunakan tidak cocok dengan kondisi sungai di Jakarta.

"Dulu kapal yang digunakan adalah kapal laut yang bentuknya memanjang kebawah, sehingga saat air surut, kapal itu tidak dapat beroperasi," katanya.

Di Belanda, ungkap dia, kapal yang digunakan untuk transportasi sungai bentuknya pipih dan lebar kesamping, sehingga tidak terlalu terpengaruh saat musim kemarau. "Rencananya kapal yang digunakan akan disesuaikan dengan kondisi sungai Jakarta, yang banyak sampah," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas perhubungan DKI Jakarta, M Tauchid mengatakan, gagalnya pengembangan waterway sepanjang 1,7 kilometer di kawasan BKT dari Halimun hingga Karet karena kondisi sungai tersebut tidak mendukung. Sedangkan untuk pembangunan di BKT, Tauchid optimis akan lebih baik dari waterway sebelumnya. -c89/ahi

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved