Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Aroma Sayur Asem Matali

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Jumat, 27 Februari 2009 | 12:55 WIB
http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/02/27/12553925/aroma.sayur.asem.matali

Isi:

Biasanya, sayur asem disediakan di rumah makan sebagai menu selingan atau menu tambahan. Akan tetapi di warung makan milik Matali, sayur asem adalah menu utama yang dijual. Pengunjung yang datang memang ingin mencicipi sayur asem khas buatan warga Joglo ini. Makin nikmat ketika didukung dengan lauk-pauk, antara lain ikan goreng, tempe dan tahu goreng.

Warung Sayur Asem Matali yang terletak di Jalan Raya Joglo, RT 02/06 Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, itu juga dibiarkan asli seperti saat awal dibangun pada tahun 1970 an. Bentuknya rumah Betawi dengan dinding kayu khas rumah Betawi tempo dulu. Sementara di bagian depan terdapat deretan meja panjang untuk tempat makan pengunjung. Sedangan di sisi kanan warung terdapat etalase kaca untuk menaruh lauk pauk.

Uniknya lagi, Matali memilih untuk tetap membiarkan lantai warungnya berupa tanah. Lantai tanah itu membuat keaslian rumah tempo dulu tetap terjaga. Lantai tanah juga membuat warung Matali menjadi sejuk. Bahkan sejumlah pelayan warung berseloroh, jika ada piring jatuh dipastikan tidak pecah karena lantainya tanah.

Saat Warta Kota singgah di warung makan milik Matali, beberapa waktu yang lalu, sepiring sayur asem yang masih panas, nasi putih, tempe goreng serta sambal cabai merah, langsung disediakan pelayan warung. Sepintas bahan bahan sayuran yang digunakan pada sayur asem tersebut sama seperti sayur asem pada umumnya yaitu kacang panjang, terung hijau, melinjo dan daunnya, nangka muda, serta oncom.

Namun ada yang menjadikan sayur asem buatan Matali berbeda dengan sayur asem pada umumnya. Ciri khasnya adalah rasa asam dari buah asem mentah yang digunakan begitu terasa di lidah. Belum lagi rasa pedas dari cabai hijau yang dicampur dalam sayur tersebut. Selain itu, dalam meracik bumbu untuk sayur asem buatannya, Matali mengaku tidak menggunakan penyedap rasa buatan. Dia hanya menggunakan cabai, garam, dan bawang sebagai bumbu masaknya.

Menurut Matali, usaha berdagang sayur asem semula digeluti oleh Hamul, ayahnya. Karena warung makan orangtuanya laris manis, Matali akhirnya meneruskan usaha tersebut. "Selain warung ini, racikan bumbu sayur asem yang saya jual juga merupakan warisan orangtua," ujar pria asli Sudimara yang lama tinggal di Joglo ini.

Matali mengisahkan bahwa awalnya orangtuanya hanya coba coba membuka warung makan dengan menu utama sayur asem. Pertimbangannya, saat itu masih jarang warung makan yang menghidangkan menu utama sayur asem. Ternyata 'uji coba' itu mendapat respons cukup baik dari masyarakat. Sejak tahun 1970 an warung makan tersebut laris manis.

"Kalau dulu pelanggan saya warga di sekitar sini dan pegawai Pemda Jakarta Barat, saat ini pelanggan saya adalah orang jauh. Ada yang dari Kota, kebanyakan karyawan kantoran, orang pemda juga banyak. Bahkan kadang kala pejabat dari kepolisian juga makan di sini," ujar Matali.

PILIH PULANG
Lantaran kebanyakan pelanggannya adalah para pekerja, biasanya warung Matali dipadati pengunjung pada jam makan siang, antara pukul 11.00 hingga pukul 14.00. Sementara setiap hari warung makan tersebut buka sejak pukul 08.00 hingga pukul 16.00.

"Kebanyakan pelanggan yang datang ingin mencicipi sayur asem. Jika sayur asem habis, sementara lauk pauk semisal ikan emas, bawal dan mujair goreng masih ada, mereka memilih untuk pulang dan kembali besok," ujar Matali yang mengaku dalam sehari 12 karyawannya bisa membuat delapan panci besar sayur asem untuk di jual kepada pelanggan.

Sementara itu menurut Edi Suprayogi, pelanggan warung makan Matali, dirinya sudah berlangganan makan di warung tersebut sejak tahun 2000. Warga Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, ini menuturkan bahwa kelebihan sayur asem buatan Matali adalah aroma sayur yang berbeda dengan sayur asem pada umumnya.

"Sayur asem ini menggunakan buah asem asli. Di dalamnya juga terdapat jengkol tua dan terong bulat. Selain sayur asem, yang menarik di sini adalah bakwan udang dan otak otak ikan tengiri," ujar pria asli Tanahabang ini.

Selain rasa sayur asemnya, kelebihan warung milik Matali adalah harga yang dipatok cukup terjangkau. Untuk sepiring sayur asem dibanderol Rp 4.000, nasi putih Rp 4.000. Sedangkan untuk lauk pauk semisal ikan goreng dihargai Rp 6.500.

Namun Matali mengakui bahwa ada kendala, yakni lahan parkir yang tidak luas, hanya cukup untuk menampung lima kendaraan roda empat. Akibatnya, jika warung sedang ramai, para pelanggan yang sebagian besar datang mengendarai mobil terpaksa harus parkir di tepi Jalan Raya Joglo.

JALAN SAYUR ASEM
Bercokolnya warung makan milik Matali yang khas menghidangkan sayur asem di tepi Jalan Raya Joglo, Kelurahan Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, membuat warga menamakan nama jalan di lingkungan mereka itu menjadi Jalan Sayur Asem. Jalan itu juga menjadi patokan warga atau pelanggan baru untuk bisa menemukan warung makan tersebut.

Jalan yang semula hanya berupa jalan setapak itu terletak di sisi kiri warung makan sayur asem milik Matali. Plang nama Jalan Sayur Asem juga terlihat jelas oleh pengguna jalan yang melintasi Jalan Raya Joglo.

"Dulu jalan ini adalah jalan untuk melintas pedati milik warga. Saat ini jalan itu menjadi jalan untuk menuju ke perumahan warga dan dinamai Jalan Sayur Asem. Setahu saya nama Jalan Sayur Asem sudah ada sejak tahun 1980 an," ujar Matali.

Lebih lanjut Matali mengisahkan bahwa sebelum membuka warung makan sayur asem, ayahnya Hamul sempat membuka warung makan ketupat sayur di seberang warung sayur asem miliknya saat ini. Namun karena ingin menjual sesuatu yang berbeda akhirnya Hamul beralih membuka warung sayur asem. Tidak dinyana makanan di warung itu laris manis. Hingga akhirnya Matali meneruskan usaha ayahnya tersebut sampai kini. (MUR)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved