Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Museum Jakarta, jejak arsitektur kolonial di Kota Batavia

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Jumat, 19 Juni 2009 | 22:14 WIB
http://properti.kompas.com/read/xml/2009/06/19/22140262/museum.jakarta.jejak.arsitektur.kolonial.di.kota.batavia

Isi:

KOMPAS.com — Salah satu benda berharga yang ditinggalkan oleh penjajah di Indonesia adalah bangunan berarsitektur indah.

Banyak bangunan monumental yang dibangun pada masa penjajahan kolonial Belanda. Karena arsitektur mereka sudah jauh lebih maju dari Indonesia maka mereka pun membangun banyak bangunan indah yang memberi inspirasi bagi masyarakat, khususnya kaum intelektual.

Namun, sayangnya tidak semua orang mau melestarikan peninggalan berharga itu. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak bangunan yang rusak dan terabaikan. Hanya tinggal beberapa bangunan yang dapat “diselamatkan”. Salah satunya adalah museum yang sangat terkenal di Jakarta, yaitu Museum Jakarta (dulu dikenal dengan nama Museum Fatahillah). Bangunan ini terletak di jantung kota Batavia, yang sekarang lebih dikenal dengan daerah Kota. Selain Museum Jakarta ini, masih ada beberapa bangunan lain di sekitarnya yang juga merupakan jejak arsitektur yang berharga.

Sejarah Museum Jakarta
Kira-kira 500 meter ke arah selatan pelabuhan Sunda Kelapa, dibangun suatu Balaikota. Bagian depan bangunan ini dilengkapi dengan sebuah taman yang megah, yang sekarang disebut Taman Fatahillah. Taman ini dulu dipakai untuk berbagai aktivitas kota. Di tengah taman ini terdapat air mancur, dan di sisi utara terdapat dua buah meriam Portugis.

Sebelum berubah fungsi menjadi Museum Jakarta, gedung Balaikota yang lama—dibangun tahun 1627—didirikan dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Baru kemudian pada tahun 1707-1710 dibangun gedung baru yang lebih besar, yang sekarang dipakai sebagai Museum Jakarta.

Gedung Balaikota ini digunakan untuk kegiatan pemerintah Batavia, seperti administrasi pemerintahan, pengadilan, dan sekaligus penjara.

Seperti Balaikota di Amsterdam
Bentuk bangunan Museum Jakarta ini mengingatkan kita pada gedung balaikota lama di Amsterdam, serta gedung-gedung lainnya di Eropa. Ini karena semua rancangan banguan didasarkan pada disiplin yang tinggi dengan beberapa pengulangan bentuk, seperti pengulangan bentuk jendela yang sangat mencolok di bagian depan bangunan. Selain itu, bangunan ini juga dibangun dengan skala yang monumental.

Fasade bangunan ini terlihat sangat megah dan berwibawa, apalagi diperkuat dengan adanya portico di depan pintu utamanya. Ada beberapa informasi yang mengatakan bahwa sebenarnya bangunan ini dibangun tanpa portico.

Susunan jendela besar mempunyai irama tertentu, yaitu 5-4-5. Jendela ini berfungsi untuk memasukkan cahaya dan udara ke dalam bangunan yang masif. Cupola, bentuk silinder pada bagian atas atap menyerupai menara, menyimbolkan kekuasaan VOC terhadap kota Batavia pada masa itu. Tepat di ujung nok terdapat tiang asap sebagai penambah unsur dekoratif yang fungsional.

Naik ke lantai 2, akan terlihat sebuah busur lengkung yang terbuat dari batu alam bermotif kerang-kerang laut. Di lantai ini pula, perbedaan setiap pintu ruangan terlihat sangat jelas. Semakin besar ruangan yang ada maka kusen pintu pun akan semakin tinggi.

Dikelilingi Bangunan Bersejarah
Di sekitar Museum ini masih terdapat pula beberapa bangunan bersejarah lainnya yang masih dapat dinikmati sisi arsitekturnya, meskipun beberapa bangunan tersebut sudah mulai beralih fungsi.

Contoh bangunan berasitektur kolonial yang masih terawat dengan baik di sekitar museum Jakarta ini adalah museum Wayang dan Kafe Batavia. Museum Wayang terletak di sebelah barat museum Jakarta. Jajaran bangunan pada museum Wayang ini dirancang dengan bentuk yang hampir sama, sehingga tampak seperti kota di tepi kanal di Amsterdam.

Kafe Batavia terletak di sisi utara Taman Fatahillah. Bagian bawah bangunan ini dibuat kosong, atap yang menaunginya adalah bangian dari lantai di atasnya. Ruang di lantai 2 ini ditopang oleh tiang-tiang besi yang ramping dan dihias dengan lengkungan di bagian atasnya. Fasade dipenuhi dengan jajaran jendela krepyak yang unik.

Selain kedua banguan tersebut di atas, masih ada lagi bangunan lain yang sebenarnya menarik untuk dilihat dan dibahas dari segi arsitekturnya. Namun, sayangnya bangunan-banguan tersebut sudah mulai rusak dan tak terawat lagi.

(Museum Jakarta, Jejak Arsitektur Kolonial di Kota Batavia/lia)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved