Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Jangan biarkan Pancoran mati

Format : Artikel

Impresum
Pradaningrum Mijarto - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas.com: Senin, 24 Agustus 2009 | 12:01 WIB
http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/08/24/12013861/jangan.biarkan.pancoran.mati

Isi:

DUA hari setelah kebakaran, pedagang yang sudah puluhan tahun menempati pertokoan Gloria, Pancoran, Jakarta Barat, mulai mencari lokasi sementara untuk tempat mereka berdagang. Tempat yang dijadikan alternatif tak lain adalah Glodok Plaza dan pertokoan Chandra. Semua ini terletak tak jauh dari bekas pertokoan Gloria. Artinya, kumpulan toko yang semula menjadi satu di Gloria kini cerai berai.

Pelanggan harus kebingungan terlebih dahulu mencari ke mana pedagang langganan mereka memindahkan toko. Sementara itu, pedagang kaki lima yang sudah berdagang di seputaran Gang Gloria sudah kembali menggelar dagangan.

Tentu saja urusan dagang berdagang ini tak lagi bisa ditunda karena sudah dua hari mereka tidak menutup toko setelah terjadi kebakaran. Bagi pedagang makanan, dua hari menutup toko artinya sekian juta kesempatan menangguk untung lolos. Apalagi peristiwa tersebut terjadi di hari libur menjelang HUT ke-64 RI. Hari yang sibuk, seharusnya.

Meskipun kawasan tersebut semakin sepi, terutama di atas pukul 20.00, pedagang masih berharap bahwa kebakaran tak lantas membuat kawasan itu semakin bertambah sepi lagi, setidaknya di pagi hingga sore hari. Apalagi hingga kini listrik di sebagian tempat di sekitaran gedung bekas Gloria belum juga mengalir. Alhasil, Gang Gloria, tempat berderet makanan tradisional yang sudah turun temurun, gelap. Hanya beberapa yang masih membuka toko hingga pukul 19.00.

Isu tentang sebab dan asal api juga melintas di sana sini, berbagai versi, namun semua menjurus ke satu dugaan, kesengajaan. Tentu saja, belum ada pihak yang dengan lantang berani menyuarakan kebenaran tentang apa yang mereka dengar dan lihat. Misalnya, tentang bagaimana api berkobar dengan acak di gedung tersebut. Atau mengapa untuk memadamkan kobaran api, sampai memerlukan hingga 40-an mobil pemadam kebakaran dengan waktu yang sangat lama.

Belum lagi tentang petugas pemadam kebakaran yang ketika tiba di tempat kejadian, hanya diam, tak berbuat apa-apa, tak merasa perlu langsung membongkar pintu gedung untuk menyemprotkan air. Ditambah lagi, sisi penyemprotan yang diambil petugas pemadam kebakaran sama sekali jauh dari titik kobaran api. Intinya, semua kejadian tersebut agak di luar nalar.

Persoalan pengembangan kawasan Pancoran, khususnya peremajaan gedung Gloria menjadi mal atau plasa, mencuat juga dalam analisa di kedai-kedai di kawasan ini. Yaitu bahwa sudah biasa, ketika bangunan akan dibongkar, dibikin baru, lebih mudah membakar untuk mengusir penghuninya. Apapun alasan dan bukti yang nanti diungkap pihak berwajib, yang pasti warga banyak yang sudah pesimis bahwa kebenaranlah yang akan terungkap.

Dari sudut pandang revitalisasi Kota Tua, termasuk di dalamnya revitalisasi Pancoran, Glodok, hendaknya Pemprov DKI ikut mengupayakan agar kawasan Pecinan di sini kembali bergeliat. Kawasan yang di masa 30 tahun bahkan 50 tahun lalu begitu ramai hingga dini hari, mulai kehilangan pamor di tahun 1990-an, khususnya di tahun 1998 usai massa yang tak jelas mengamuk di Jakarta, termasuk di Pancoran, Glodok. Layaknya Pecinan di manapun di penjuru dunia, harusnya kawasan ini menjadi salah satu jualan di tiap kota.

Sebagai pusat obat-obatan tradisional Tionghoa, kawasan ini layak jual. Belum lagi bicara soal kekayaan makanan, minuman, cemilan, adat istiadat, kebiasaan, bahkan sejarah kawasan yang merupakan potensi yang belum juga dibenahi. Semua sudah ada, tinggal ditata baik dari sisi tampilan dan kebersihan, penggalian budaya dan sejarah yang masih tertimbun serta boleh jadi penciptaan kegiatan yang bisa menarik warga lebih banyak datang ke sini. Asal, penataan tersebut tak menghilangkan ciri khas mereka.

Tak hanya warga lokal tentunya, tapi juga wisatawan nusantara, dan mancanegara yang sudah mulai banyak menjelajah kawasan ini. Ya, turis-turis asing sudah seringkali terlihat berseliweran di Gang Gloria, di kawasan Pancoran, Petak Sembilan, Asemka, Pasar Pagi. Kenapa? Karena kawasan ini terhubung dengan Kali Besar dan merupakan kawasan Pecinan, yang biasanya menyajikan keunikan buat mereka.

WARTA KOTA

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved