Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Segera berbenah demi Kota Tua

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas.com: Selasa, 23 Juni 2009 | 11:39 WIB
http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/06/23/11390067/segera.berbenah.demi.kota.tua

Isi:

KOMPAS.com — Sehari menjelang perayaan HUT ke-482 Jakarta, Batavia Art Festival (BAF) mencetak rekor bagi pendapatan retribusi Museum Sejarah Jakarta (MSJ), Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik (MSRK). Dalam kegiatan BAF ke-13 yang tahun ini hanya diselenggarakan sekali—tahun-tahun sebelumnya dua kali—pada Minggu (21/6), retribusi di ketiga museum di Kota Tua naik sekitar 50 persen.

Pendapatan retribusi di MSJ mencapai lebih dari Rp 6 juta, Museum Wayang lebih dari Rp 2 juta, demikian juga MSRK, mencetak pemasukan lebih dari Rp 2 juta hanya dalam satu hari Minggu itu saja. "Ini rekor buat Museum Wayang. Biasanya pendapatan di hari Minggu sekitar Rp 400.000. Retribusi Museum Wayang belum pernah setinggi ini," kata Kasubag Tata Usaha Museum Wayang Sri Kusumawati.

Gaung keberadaan kawasan Kota Tua makin lama tak bisa lagi terbendung. Warga berbondong-bondong datang ke kawasan ini, ada maupun tak ada kegiatan. Inilah yang harusnya segera diantisipasi berbagai pihak, yaitu keberadaan atraksi yang ajeg, terprogram dengan baik, diselenggarakan bukan untuk kepentingan segelintir kelompok, memberi manfaat bagi semua pihak.

Diakui atau tidak, sekotak kawasan Taman Fatahillah memang sungguh menggiurkan. Siapa yang tak ingin berpose di sana, mengambil sekelebat gambar untuk iklan, video klip, atau segudang acara lain semacam BAF, dan tentu pada akhirnya menangguk pundi-pundi.

Dalam perkara keberadaan museum sebagai daya tarik sebuah event atau sebagai tujuan pengunjung tentu juga sudah harus segera berbenah. Memperlakukan museum tak lagi sebagai sebuah bangunan tua yang diam dan berisi koleksi yang apa adanya. Kreativitas baik dalam hal tata pamer, pencahayaan, kegiatan, keberadaan pemandu yang juga profesional hingga publikasi. Sebuah tantangan bagi pekerja museum untuk menghidupkan museum menjadi menarik bagi berbagai kalangan.

Itu belum cukup. Jika bicara museum di kawasan Taman Fatahillah dan taman itu sendiri, perkara akan merambat pada masalah lahan parkir, keamanan, kenyamanan, dan ketertiban. Menjadi menarik saja tentu tak lantas membuat pengunjung menjadi merasa aman, nyaman, dan dimudahkan menuju ke kawasan ini. Menarik tidak lantas membuat orang ingin pergi dan kembali ke kawasan ini jika persoalan di kawasan itu tak segera dibenahi.

Beberapa waktu lalu, Warta Kota pernah menulis, kawasan ini tak bisa menunggu hingga kebijakan tentang keamanan, kenyamanan, ketertiban di sini diwujudkan. Pagar taman sudah tak bisa lagi ditawar. Ini jika kesadaran pemerintah dan pihak terkait sama dan sebanding dengan cepatnya keinginan warga untuk menginjakkan kaki ke kawasan ini, dengan berbagai pihak yang ingin mengekspos kawasan ini melalui berbagai acara seperti panggung musik semalam, berbagai wisata yang rencananya juga digelar di kawasan mahal ini, entah apa lagi.

Batavia Art Festival membuktikan, kawasan ini semakin beken. Peserta BAF pun membuktikan betapa menguntungkannya acara serupa di kawasan itu. Ah, sebenarnya sederhana saja, tanyakan saja pada pedagang kaki lima yang setiap hari mangkal di kawasan ini sejak pagi hingga pagi, berapa sesak koceknya, khususnya di akhir pekan.

Betapa menguntungkannya berbagai kegiatan di kawasan itu bagi para preman terselubung di kawasan ini. Betapa luar biasa potensi kawasan ini, betapa menggodanya kawasan ini sehingga banyak orang ingin meraup untung sebesar-sebesarnya dari kawasan ini, ingin menguasai kawasan ini. Mari berbenah bersama demi keberlangsungan kawasan yang sebentar lagi menyentuh angka 500 tahun.

Tanggung jawab terhadap kawasan ini tak melulu di pundak Pemprov DKI, tetapi juga pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang selama ini kurang—kalau tak mau dikatakan tak pernah—melirik keberadaan heritage Jakarta.

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved