Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Nasi Bogana dan Nasi Lengko khas Tegal

Format : Artikel

Impresum
Dian Anditya M - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Rabu, 12 Agustus 2009 | 16:57 WIB
http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/08/12/16573763/nasi.bogana.dan.nasi.lengko.khas.tegal

Isi:

BAGI warga Jakarta, Tegal bisa jadi identik dengan warung tegal (warteg). Warung seperti itu biasanya menyediakan nasi dan berbagai lauk-pauk dengan harga terjangkau. Lebih dari itu, warteg mudah ditemukan di mana-mana dan banyak juga yang buka 24 jam.

Masakan khas Tegal pada dasarnya sangat beragam, terutama makanan pokoknya. Masyarakat Tegal memiliki istilah ora eman-eman angger (tidak sayang-sayang) perut. Bisa dikatakan, untuk memenuhi perut, apa pun dilakukan. Untuk makanan beratnya ada nasi bogana, nasi lengko, nasi langgi, sate kambing muda, soto tauco, kupat glabed, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk camilannya berasal dari bahan dasar tahu seperti tahu aci dan tahu pletok.

Kalau dilihat memang ada kesamaan dengan masakan dari daerah lain, seperti nasi lengko yang merupakan makanan khas masyarakat pantai utara (Cirebon, Indramayu, Brebes, dan sekitarnya). Bahan-bahannya antara lain nasi putih, tempe dan tahu goreng yang dipotong bentuk kotak, mentimun (mentah segar, dicacah), tauge rebus, potongan daun kucai, bawang goreng, bumbu kacang (seperti bumbu rujak, pedas atau tidak, tergantung selera), dan kecap manis. Disiramkan ke atas semua bahan dan ditaburi bawang goreng.

"Kalau di Tegal ditambah kerupuk kuning dan tidak memakai kucai," ujar Mintarya (58), pemilik rumah makan Wong Tegal di Kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Sedangkan nasi bogana berupa nasi kuning dengan berbagai macam lauk, seperti telur pindang, ayam suwir opor kuning, dendeng sapi giling, sambel goreng ampela hati, tempe orek, tumis kacang panjang, sambal cabai merah. Rasanya gurih. Menurut Mintarya, semasa kecilnya di Tegal, nasi bogana ini hanya ada pada saat perayaan Capgome (perayaan lampion) yang ditandai dengan jamuan makan malam yang besar. Bisa dikatakan nasi bogana ini ada pengaruh juga dari budaya China.

Nasi langgi juga disediakan di warung makan ini. Meski aslinya dari daerah Semarang, tapi tetap saja ada perbedaan, terutama pada lauknya. Di Tegal lauknya berupa tempe kering dan kacang tanah, gesek (ikan asin) goreng, udang, telur dadar yang diiris tipis plus lalapan kemangi dan timun. Sedangkan di Semarang ditambah dengan empal.

Ada juga yang disebut dengan nasi bakmoy. Rupanya mirip dengan nasi tim, jadi nasi putih diberi suwiran daging ayam yang dibumbui seperti semur.

Makanan-makanan tersebut umumnya memang paling enak disantap pada saat sarapan. Tetapi kini bisa juga dinikmati untuk makan siang maupun malam hari. Di rumah makan Wong Tegal berbagai menu nasi itu dijual dengan harga berkisar Rp 10.000-Rp 13.000 per porsi.

Selain itu, sate kambing tegal juga cukup disukai oleh masyarakat. Sate ini terbuat dari daging kambing muda. Biasanya berumur di bawah lima bulan, sehingga pada saat dimasak sangat empuk dan beraroma khas. Disajikan dengan kecap manis, irisan bawang merah, tomat, dan cabe rawit. Seporsi (10 tusuk) Rp 25.000.

Untuk yang suka berkuah, rumah makan ini juga menyediakan soto tegal atau dikenal dengan sauto. Pada dasarnya makanan ini mirip dengan soto, dilihat dari isinya ada ayam atau jeroan (babat) dan tauge. Walaupun kedengarannya mirip dengan soto, yang membedakan antara sauto dengan soto adalah bumbunya. Sauto memakai tauco (kedelai yang diragi) sebagai bumbu utamanya. Memang jika orang yang baru mencoba rasanya agak sedikit aneh, perpaduan antara manis dan sedikit asam. Sebagai pelengkap di atas sajian sauto ditambah dengan potongan daun bawang dan taburan bawang goreng yang menggugah selera. Soto ini juga ada di daerah Pekalongan.

Bagi mereka yang tidak mau terlalu kenyang, bisa memilih camilan tahu aci atau tahu pletok. Tahu ini terbuat dari tahu kuning biasa khas Tegal yang dipotong segitiga dan ditempel aci atau tepung aci yang sudah dibumbui kemudian digoreng. Sedangkan tahu pletok juga memakai tahu yang sama, hanya saja tahu tersebut dibuka lalu dikeluarkan isinya dan ditempelkan dengan tepung aci. Tahu pletok digoreng hingga kering, sedangkan tahu aci tidak bisa terlalu kering karena masih tebal. Keduanya enak dimakan dengan kecap yang diberi irisan cabai rawit. Seporsi tahu pletok isi 5 potong Rp 10.000, sedangkan tahu aci juga dengan isi yang sama Rp 7.500 per porsi.

Dalam mengolah seluruh masakan tersebut, Meliana (istri Mintarya) yang banyak berperan. Tangan dingin Meliana yang menciptakan seluruh masakan terasa lezat dan digemari oleh para pelanggannya. "Pokoknya apa yang dimasak sama istri saya jadi enak. Bahkan kalau ada acara atau arisan kalau yang masak istri pasti habis," ujar Mintarya sambil tersenyum.

Kalau Anda mampir ke rumah makan ini jangan lupa untuk memesan teh poci asli Tegal. Istilahnya nasgitel (panas-legi/manis-kentel/kental). Teh yang dibuat pekat dan kental dimasukkan ke dalam poci tanah liat dan diminum dengan gula batu yang rada banyak sehingga manisnya begitu terasa.

Kalau Anda penasaran ingin ke rumah makan Wong Tegal ini, bisa langsung datang ke Jalan Tanjung Duren Raya No 69 C, Jakarta Barat. Posisinya tidak jauh dari Pegadaian Cabang Tanjungduren.

Laporan wartawan Warta Kota Dian Anditya M

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved