Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Sanitasi bisa hemat APBN Rp 40 triliun

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: 29 Juni 2009

Isi:

Jakarta, Kompas - Dengan investasi yang lebih baik di sektor sanitasi, negara bisa melakukan penghematan ekonomi sebesar Rp 40 triliun per tahun.

Hal ini diperoleh dari penempatan jamban yang lebih dekat sebesar Rp 10,6 triliun, sistem kakus dan praktik higen yang lebih baik sebesar Rp 13,2 triliun, juga perlindungan sumber daya air sebesar Rp 13,2 triliun.

Demikian terungkap dalam "Debat Capres: Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran dari Sudut Pandang Sanitasi" di Komunitas Salihara Pasar Minggu Jakarta, Jumat (26/6).

Juga terungkap bahwa kondisi air dan sanitasi di Indonesia masih memprihatinkan. Hingga saat ini, sekitar 70 juta penduduk masih buang air besar sembarangan. Bahkan, 100 juta penduduk belum memperoleh akses terhadap sumber air minum yang aman.

"Dua isu utama yang patut diperhatikan," kata Ketua Pelaksana Harian Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Oswar Mungkasa pada diskusi tersebut.

Dua hal tersebut yaitu kurangnya askes terhadap sanitasi dapat berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat yang ujung-ujungnya berkontribusi pada kondisi kemiskinan masyarakat, di lain pihak masih kurangnya perhatian terhadap pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan.

Alokasi dana APBN dan APBD tidak melebihi porsi 1 persen hingga 2 persen dari total kebutuhan dana.

Dengan moderator Nugroho Utomo, diskusi tersebut menghadirkan tim kampanye SBY-Boediono, Dian Syakhroz; tim kampanye JK-Wiranto, Zarmansyah; anggota jejaring AMPL, Kemal Taruc; dan peneliti Indef, Aviliani.

Sikap para capres

Dian Syakhroz menyatakan, capres SBY-Boediono sangat peduli pada sanitasi, tetapi memang lebih memprioritaskan penanggulangan bencana. " APBN disalurkan ke bencana, tetapi bukan berarti tidak peduli sanitasi, pengolahan sampah, drainase, pengolahan air limbah juga sudah dilakukan," katanya.

Zarmansyah mengatakan, JK adalah sosok yang menampilkan genetik maritim. "Masalah limbah dari daratan, masalah terumbu karang dan sampah harus juga diperhatikan," katanya.

Kemal Taruc menilai Indonesia yang merdeka lebih dahulu justru jauh terbelakang dibandingkan dengan Kamboja dan Vietnam untuk soal sanitasi.

Aviliani menyatakan, sanitasi terkait dengan konsep tata ruang dan pembuangan limbah, tetapi koordinasi antarsektor masih sangat lemah. (LOK)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved