Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library
Format : Artikel
Impresum
-
: , 2009
Deskripsi
Sumber:
beritajakarta.com — 02 September 2009 13:55
http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?idwil=0&nNewsId=35050
Isi:
Maraknya kasus kebakaran di Jakarta Selatan ternyata tidak diimbangi dengan sumber air yang baik. Bahkan, dari catatan Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Selatan (Sudin Damkar dan PB Jaksel) diketahui dari 240 hidran hanya 110 titik yang berfungsi dengan baik. Sejak Januari-Agustus 2009 , peristiwa kebakaran di Jaksel mencapai 29 kasus dengan kerugian mencapai Rp 22 miliar.
Banyaknya titik hidran yang mengalami krisis air diketahui karena kerusakan sejumlah infrastruktur sehingga membuat fungsi penyedotan dari sumber air menjadi tidak maksimal. Kerusakan selain disebabkan usia hidran yang sudah tua, juga karena ada beberapa bagian hidran yang dicuri.
"Ada 240 titik hidran yang kita punya di Jakarta Selatan, tetapi berdasarkan pengecekan PAM Jaya hanya 110 titik saja yang diketahui masih ada sumber airnya dan bisa difungsikan. Selebihnya sejumlah titik yang ada telah rusak karena koplingnya dicuri orang-orang yang tidak bertanggung jawab," ujar Subejo, Kasudin Damkar dan PB Jaksel, Rabu (2/9).
Tingkat pencurian kopling pada peralatan hidran tergolong tinggi. Terlebih, beberapa titik hidran berlokasi di pinggir jalan yang memungkinkan alat tersebut mudah dicuri. Namun untuk mengatasi bahaya kebakaran, Sudin Damkar dan PB Jaksel tidak mengandalkan hidran semata. Sejumlah alat pemadam api ringan (Apar) dan smart alarm yang langsung terkoneksi dengan pusat bantuan pemadam kebakaran juga menjadi sarana untuk mencegah kebakaran.
"Saat ini kita sudah pasang smart alarm di semua RW. Bahkan, dari 575 RW di Jakarta Selatan, smart alarm yang kita punya jumlahnya ada 605 titik. Itu artinya setiap RW ada yang memiliki lebih dari satu smart alarm," jelasnya. Sedangkan untuk Apar, tercatat jumlahnya mencapai 2.555 unit. Jumlah itu, belum ideal, karena seharusnya ada 6.212 apar sudah terdistribusikan secara merata di tiap lingkungan RT di Jakarta Selatan.
"Saat ini kita juga sedang mengkaji kemungkinan digunakannya sistem informasi kebakaran lewat SMS. Di mana SMS yang kita kirimkan dengan nomor khusus bisa menyebar secara otomatis di ponsel petugas pemadam, kepolisian, lurah, camat, hingga wartawan," katanya. Dengan sistem informasi dan infrastruktur yang lebih menunjang, diharapkan bisa meminimalisir kerugian. "Sejak Januari-Agustus saja kita mencatat ada 29 kasus kebakaran di Jakarta Selatan, dengan nilai kerugian mencapai Rp 22 miliar. Ini yang perlu kita waspadai," tandasnya.
Reporter: dunih
Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved