Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Sanitasi masyarakat masih buruk

Format : Artikel

Impresum
heru guntoro - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Sinar Harapan : 31 Maret 2009

Isi:

Jakarta - Dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2004-2009 untuk sektor air limbah domestik, pemerintah menargetkan untuk mengoptimalkan 60 persen sistem penyaluran air limbah yang ada. Namun kenyataannya, sebagian masyarakat masih sering buang air secara sembarangan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya kasus penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk seperti diare dan kolera.

Kasubdit Air Minum dan Air Limbah Bappenas Nugroho Tri Utomo mengatakan hal ini dalam sebuah diskusi media "Menuju Indonesia Stop Buang Air Besar Sembarangan 2014: Mungkinkah?" yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (30/3).

Cakupan sanitasi di Indonesia pada tahun 2007 untuk wilayah perkotaan telah mencapai 81,8 persen dan pedesaan 60 persen. Pencapaian tersebut cukup positif, mengingat PBB dalam Milenium Development Goals (MDGs) menargetkan sebanyak 79,8 persen untuk cakupan perkotaan dan 59,8 persen untuk pedesaan. "Meski telah melampaui target MDGs, secara kualitas fasilitas sanitasi di Indonesia masih belum cukup layak," tegas Nugroho.

Menurut penelitian yang dilakukan World Bank Economic Impacts of Sanitation in Indonesia pada tahun 2008, buruknya sanitasi menyebabkan Indonesia harus kehilangan Rp 56 triliun per tahun atau sekitar 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDRB).

"Seperti yang bisa diketahui bahwa sanitasi hingga saat ini belum menjadi prioritas utama pembangunan para pengambil keputusan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan pemerintah dalam upayanya membangun sanitasi di Indonesia," tutur Kasi Wilayah I Subdit Pengembangan Sistem Air Limbah Departemen Pekerjaan Umum Suherman.

Anggaran untuk sektor sanitasi setiap tahunnya Rp 600 miliar, sedangkan anggaran yang dibutuhkan untuk sektor sanitasi yang layak sekitar Rp 6 triliun. "Masak untuk membangun WC umum saja harus menunggu bantuan dari luar negeri seperti USAID. Kita seharusnya malu," tambah Nugroho.

Untuk mengatasi buruknya sanitasi, Departemen Kesehatan mengembangkan program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi dengan berperilaku hidup bersih dan sehat. Selama tahun 2008 STBM telah diterapkan di 2.312 desa, 213 kabupaten/kota, dan 30 provinsi. Kegiatan STBM berupa advokasi, sosialisasi dan fasilitasi akan pentingnya sanitasi yang layak.

"Kunci untuk mengatasi permasalahan sanitasi ini bukan semata-mata tersedianya uang, tetapi justru pada perencanaan sanitasi yang baik. Untuk itu dibutuhkan dukungan dari segala pihak untuk menghasilkan perencanaan yang baik," tambah Nugroho. (heru guntoro)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved