Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Bertadabur di puncak tertinggi di Bandung

Format : Artikel

Impresum
Yulvianus Harjono - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas.com: Jumat, 4 September 2009 | 19:12 WIB
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/09/04/19121623/bertadabur.di.puncak.tertinggi.di.bandung

Isi:

KOMPAS.com - Konon, Menara Kembar di Masjid Raya Bandung sengaja dibangun untuk bisa mendekatkan umat muslim kepada Sang Pencipta. Di tempat inilah, kita-umat manusia bisa bertadabur sambil merasakan ciptaan Tuhan yang sungguh menakjubkan.

"Alhamdulilah, dibere kesehatan sehingga bisa jalan ke mari. Menikmati bulan suci Ramadhan sambil merenungi, melihat pemandangan yang menakjubkan," tutur Suryaman (40), seorang pengunjung yang sehari-harinya bekerja di pabrik di Margaasih, Bandung, Jumat (4/9) sore.

Beberapa kali decak kagum terlontar dari bibirnya, sementara pandangannya terus mengarah ke luar jendela, di mana terlihat pemandangan yang sungguh menakjubkan. Sejauh mata memandang, kita akan melihat Kota Bandung berbentuk cekung seperti mangkuk yang dikelilingi barisan pegunungan layaknya benteng.

Rasa takjubnya pun kian menjadi-jadi ketika mengetahui fakta prasejarah bahwa dahulu Bandung adalah sebuah danau purba raksasa yang tidak bisa ditinggali manusia. Namun, lambat laun danau ini mengering dan membentuk Bandung yang sekarang.

"Sungguh besar kuasa Tuhan," ucapnya kemudian. Jika tidak naik ke bangunan tertinggi di Kota Bandung ini-bahkan Jawa Barat, sulit baginya percaya dengan fenomena keajaiban geologi ini yang tidak lain adalah karya Sang Pencipta.

Menara Kembar yang menjulang tinggi 86,7 meter (setara lantai 19 di sebuah gedung bertingkat) di bulan Ramadhan ini memang telah menjadi salah satu obyek wisata terfavorit di Kota Bandung.

Letaknya yang sangat strategis, di pusat kota, membuat warga Bandung dan sekitarnya berduyun-duyun datang ke sini, entah sekedar untuk ngabuburit atau sengaja mampir untuk bisa melihat indahnya pemandangan Kota Bandung di sore hari.

Selama bulan Ramadhan, Menara Kembar dibuka tiap hari untuk umum. Di hari biasa, hanya akhir pekan. Pengunjung di bulan ramadhan, di hari normal bisa mencapai 200 pengunjung per hari. Di akhir pekan, seperti Minggu (30/9) pekan lalu, pengunjung bisa mencapai 500 orang!

Padahal, daya tampung di menara hanya 80 orang. Untuk itu, tidak jarang terpaksa pengunjung harus antre. Menara ini bisa diakses untuk umum dengan hanya membayar karcis infak sebesar Rp 2.000 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak.

99 Nama Allah

Menurut penuturan Didi Nahdiansyah (47), Penanggung Jawab Operasi Wisata Religi Menara Masjid Raya Bandung, pada awal pebuatannya-di tahun 2001, menara ini dirancang memiliki tinggi yang unik, yaitu 99 meter. Ini agar sesuai dengan Asmaul Husna, yaitu 99 nama penyebutan Allah yang digunakan manusia selama berlangsungnya peradaban.

Tapi, tidak diperbolehkan oleh Dinas Perhubungan karena dianggap bisa mengganggu lalu-lintas pendaratan pesawat. Maka, tingginya hanya 86,7 meter . Tetapi, secara keseluruhan, tingginya sebetulnya tetap 99 meter karena sisanya yang 13 meter menancap di tanah sebagai pondasi, tutur Didi menceritakan asal-usul pendirian Menara Kembar.

Untuk itulah, oleh warga setempat, menara ini dikenal memiliki pasak bumi yang menghujam jauh ke dalam tanah. Dan, yang menakjubkan, di saat gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter ikut mengguncang Bandung, menara mesjid ini sama sekali tidak mengalami kerusakan-bahkan lapisan marmernya masih utuh, tidak ada kerusakan ringan.

Padahal, menurut penuturan para pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar kawasan Mesjid Agung, menara ini sempat bergoyang-goyang kecil layaknya tiang yang digoyang. Namun, sayangnya, bagian lain di Masjid Raya Bandung tidak sekuat ini. Gempa telah mengakibatkan kerusakan kecil pada tembok di bagian depan pintu masuk utama dan kubah kecil.

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved