Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Asinan jagung bakar segar

Format : Artikel

Impresum
Dian Anditya M - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Selasa, 18 Agustus 2009 | 09:04 WIB
http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/08/18/09040118/asinan.jagung.bakar.segar

Isi:

KOMPAS.com - Asinan jagung bakar? Masak sih jagung bakar dibuat asinan? Kedengarannya memang aneh. Biasanya asinan terdiri dari sayuran seperti tauge, kol, wortel, tahu, sawi asin, tidak pernah memakai bahan jagung, apalagi jagung bakar. Tapi di Bogor, asinan jagung bakar benar-benar ada. Malah ada beberapa penjual. Rata-rata mereka sudah lama berjualan asinan dan berlangsung turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Salah satunya adalah Asinan Jagung Bakar Bang Sabur yang sudah ada sejak tahun 1968. Dari Bang Sabur, usaha itu diteruskan oleh anak keduanya, Rido (40). Menurut Rido, sang ayah memang menjadi salah satu perintis adanya asinan jagung bakar.

"Dari dulu bapak saya yang paling pertama berjualan asinan. Saya biasanya suka nungguin beliau. Terus saya meneruskan usaha ini ketika bapak sudah tidak ada lagi," kata Rido yang sering mangkal di Jalan Suryakencana, Bogor, dekat Gang Roda, ini.

Asinan jagung bakar ini memang istimewa. Dibuat dari jagung manis yang telah dibakar lebih dulu, selanjutnya jagung disiram dengan air cabai, dicampur cuka ditambah gula pasir. Rasa manis, asam, dan segar, bercampur menjadi satu sehingga membuat cita rasanya menjadi unik. Bagi yang suka pedas, tinggal ditambah sambal. Untuk menambah kenikmatan, asinan jagung bakar bisa dimakan bersama kerupuk mi yang berwarna agak putih dan diberi tambahan irisan mentimun.

Dalam proses pemasakannya, setelah jagung dibakar, jagung dibersihkan lalu disisir dari bonggolnya. Kemudian jagung disiram dengan kuah berwarna merah yang terbuat dari campuran cuka dan cabai yang rasanya asam pedas. Cuka yang dipakai untuk campuran ada dua jenis, cuka biang dan cuka aren. "Cuka biang untuk rasa asemnya, sedangkan cuka aren untuk wangi-wanginya," ungkap Rido.

Menurut Rido, pada saat ayahnya masih berjualan, yang dipakai jagung lokal. Namun sekarang kualitas jagung lokal kurang bagus, sehingga yang digunakan jagung manis.

Dengan memakai gerobak, Rido selalu berjualan pukul 09.00-17.30. Bagi pembeli yang tidak ingin makan di tempat, dia menyiapkan plastik-plastik yang sudah diisi dengan pipilan jagung bakar. Tinggal menuangkan bumbunya, mau dicampur atau dipisah, tinggal pesan saja.

Asinan jagung bakar yang cukup laris juga bisa ditemui di Jalan Sukasari, Bogor. Di sana ada Sutisna (40) yang setiap hari mangkal di depan sebuah ruko. Sutisna juga meneruskan usaha ayahnya yang telah berjualan di tempat yang sama sejak tahun 1970.

Di depan ruko tersebut ada sebuah pohon rindang. Tidak ada yang berubah dari dulu hingga sekarang. Setelah seharian keliling, Sutisna mangkal dengan pikulannya. Supaya orang-orang mudah mengenalinya, di depan pikulan ia taruh lembaran tripleks yang bertulisan Asinan Jagung Bakar. "Saya biasanya di sini mulai dari jam 12 siang hingga petang," tutur Sutisna.

Lokasi mangkal Sutisna sangat nyaman. Tempatnya cukup asri. Meskipun Sutisna tidak menyediakan tempat duduk, orang tetap saja datang. Mereka tidak habis akal, duduk lesehan di tempat parkir atau menikmati asinan di dalam mobil bagi mereka yang membawa mobil. Apalagi tempat parkir ruko tersebut sangat luas. tak mengherankan banyak pelanggan Asinan Jagung Bakar yang suka datang ke sana.

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved