Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library
Format : Artikel
Impresum
-
: , 2009
Deskripsi
Sumber:
Berita Daerah: Jumat, 24 April 2009
http://beritadaerah.com/artikel.php?pg=artikel_jawa&id=9013⊂=Artikel&page=5
Isi:
(Berita Daerah - Jawa) - Banyumas adalah surga wisata alam dan budaya di Jawa Tengah bagian Barat. Beragam pesona tersebut tersebar di sejumlah wilayah, terutama di tiga kecamatan yakni Baturaden, Wangon, dan Banyumas, yang dikenal dengan "Bangomas".
Di antara tiga kecamatan tersebut, nama Baturaden memang sudah dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Banyumas yang kaya dengan keindahan panorama hutan di kaki Gunung Slamet.
Namun di Baturaden sendiri terdapat dua objek wisata yang dikelola oleh institusi berbeda, yakni lokawisata dan wanawisata.
Lokawisata Baturaden dikelola oleh sebuah unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyumas, sedangkan Wanawisata Baturaden dikelola oleh PT Perhutani Alam Wisata (Palawi).
Berbagai keindahan alam ditawarkan oleh Lokawisata Baturaden yang dapat dinikmati dari atas jembatan pengganti jembatan gantung yang putus pada tahun 2006 lalu.
Jembatan permanen yang memiliki panjang 35 meter dan lebar 2,5 meter ini dapat berfungsi sebagai gardu pandang dan mampu menampung beban sekitar 800 kilogram per meter persegi.
Pengunjung juga bisa menikmati alunan musik alam berupa gemericik air yang mengalir di antara bebatuan Sungai Gumawang di bawah jembatan tersebut.
Selain itu, berbagai atraksi kesenian tradisional maupun hiburan musik dangdut juga digelar pada hari-hari libur untuk menghibur wisatawan yang datang ke Baturaden.
Untuk melepas letih, pengunjung bisa menikmati pemandian air belerang hangat di kolam renang atau kamar mandi yang bersumber dari "Pancuran Telu".
Meski demikian, sejumlah keindahan alam masih banyak tersimpan dan siap dinikmati di Lokawisata Baturaden.
Sementara di Wanawisata Baturaden juga menawarkan berbagai pesona alam hutan dan "Pancuran Pitu" berupa sumber air hangat yang mengandung berbagai mineral, seperti belerang.
Saat ini Wanawisata Baturaden juga dilengkapi dengan sebuah kebun raya yang dikelola Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah.
Kebun Raya Baturaden mengoleksi berbagai tumbuhan dan tanaman khas Banyumas khususnya yang berasal dari Gunung Slamet, antara lain kantong semar, bambu tali, anggrek, dan talas-talasan.
Walau sudah terbilang lengkap, Disbudpar Banyumas berencana mengembangkan satu kawasan wisata baru untuk melengkapi Baturaden, yakni "Kampoeng Boedaja Poetjoengan".
"Saat ini kami sedang menggarap `Kampoeng Boedaja Poetjoengan` yang berlokasi di Desa Ketenger, Kecamatan Baturaden," kata Kasi Pengembangan Objek pada Disparbud Banyumas, Djatmiko, di Purwokerto, Kamis.
Menurut dia, pengembangan "Kampoeng Boedaja Poetjoengan" mengambil konsep wisata alam pedesaan yang mencirikan budaya Banyumasan.
Ia mengatakan, wisatawan yang berkunjung ke wahana tersebut nantinya akan disuguhkan berbagai atraksi budaya dan makanan khas Banyumas.
Selain itu, kata dia, wisatawan juga dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukan warga setempat antara lain bersawah.
"Mereka dapat melakukan `homestay` dengan tinggal di rumah warga sehingga dapat lebih mengenal budaya Banyumasan," katanya.
Ia mengatakan, keberadaan "Kampoeng Boedaja Poetjoengan" diharapkan dapat mendukung kawasan wisata Baturaden yang dikenal dengan istilah "Telor Bakar" yakni Ketenger, Kemutug Lor, Baturaden, dan Karangmangu.
Menurut dia, kawasan "Telor Bakar" diharapkan dapat menjadi sebuah kawasan desa wisata di sekitar lokawisata dan wanawisata Baturaden.
Namun "Kampoeng Boedaja Poetjoengan", kata dia, memiliki konsep yang berbeda dengan desa wisata lainnya karena semua bentuk program kegiatan yang ditawarkan menggunakan bahasa Banyumasan.
"Kita berharap `Kampoeng Boedaja Poetjoengan` dapat segera terwujud karena konsep pengembangannya sudah kami sampaikan ke Pemerintah Provinsi Jateng," katanya.
Sementara di Kecamatan Wangon yang berada di wilayah barat Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah wisata religi berupa Masjid Saka Tunggal yang berada di Desa Cikakak.
Masjid Saka Tunggal jika dilihat dari luar tampak seperti masjid pada umumnya. Namun masjid ini hanya dibangun menggunakan satu tiang penyangga utama (saka tunggal) setinggi 12 meter.
Tiang penyangga yang terbuat dari sebatang kayu beruran besar dan keras tersebut terukir motif bunga dan dedaunan.
Meski diperkirakan sudah berusia ratusan tahun, hingga saat ini bangunan masjid yang terbuat dari kayu ini masih tetap kokoh tanpa dimakan rayap.
Bahkan, hingga kini belum diketahui secara pasti kapan masjid tersebut dibangun.
Keunikan lain juga dapat ditemui di sekitar masjid karena setiap pengunjung yang datang, akan disambut puluhan ekor kera.
Konon, kera-kera ini berada di sekitar masjid tersebut sejak puluhan tahun lalu akibat pepohonan di bukit Jojog Telu mulai merangas.
Untuk Kecamatan Banyumas juga menawarkan berbagai wisata religi dan budaya berupa Pasarean Dawuhan, Sumur/Sendang Mas, Museum Wayang, Masjid Nur Sulaiman, dan Kelenteng Boen Tek Bio.
Pasarean Dawuhan merupakan komplek pemakaman para mantan bupati Banyumas, salah satunya bupati pertama yakni Raden Joko Kahiman.
Di Pasarean Dawuhan juga terdapat makam pendiri Bank Indonesia, RM Margono Djojohadikusumo yang merupakan ayahanda begawan ekonomi Indonesia, Sumitro Djojohadikusumo.
Sementara Sumur Mas, terletak di bagian belakang pendopo dan mulai dikeramatkan sejak tahun 1978 seiring dengan pembangunan kembali pendopo yang kini dikenal sebagai "Duplikat Si Panji".
Menurut juru kunci tempat tersebut, Darsun, hingga saat ini belum diketahui secara pasti kapan dan bagaimana sumur itu terjadi lantaran tidak ada bukti atau data otentik yang menyebutkan hal itu.
Namun berdasarkan kisah turun-temurun, kata dia, "Sumur Mas" ada sebelum pendopo "Si Panji" dibangun sekitar tahun 1582 seiring dengan berdirinya Kabupaten Banyumas.
"Konon dulu warna airnya berwarna kuning keemasan. Namun kini airnya jernih, bahkan menurut orang-orang rasanya lebih segar dibanding air minum mineral merek terkenal," katanya.
Menurut dia, banyak orang yang percaya bahwa air "Sumur Mas" mengandung khasiat tertentu sebagai pengobatan supranatural maupun sehingga banyak orang yang mengejar khasiat air sumur tersebut.
Masjid Nur Sulaiman yang berada di sebelah barat Alun-alun Banyumas atau di depan Pendopo "Duplikat Si Panji" juga merupakan salah satu cagar budaya. Masjid ini dibangun seiring dengan berdirinya Kabupaten Banyumas.
Museum Wayang yang berada di komplek Pendopo "Duplikat Si Panji" dapat dijadikan salah satu tujuan wisata budaya, karena tempat ini mengoleksi berbagai jenis wayang yang ada di Indonesia, khususnya tanah Jawa.
Kelenteng Boen Tek Bio yang berada sekitar 300 meter di belakang Pendopo "Duplikat Si Panji", merupakan kelenteng tertua di Kabupaten Banyumas.
Keberadaan kelenteng ini turut melengkapi pesona wisata religi di wilayah yang dikenal sebagai "kota lama Banyumas".
Kendati demikian, di luar kawasan Bangomas juga terdapat berbagai pesona wisata dengan berbagai keindahan dan keunikannya masing-masing.
Jika dari arah Wangon ke timur menuju Banyumas, dapat ditemui wisata pemandian Kalibacin yang merupakan sumber air belerang dingin yang berlokasi di Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo.
Tak jauh dari pemandian ini atau sekitar 300 meter ke arah timur, Disbudpar Banyumas juga sedang mengembangkan kawasan wisata baru berupa "Serayu River Voyage" yang memanfaatkan aliran Sungai Serayu khususnya yang berada di sekitar bendung gerak.
Selanjutnya sekitar 3 kilometer sebelah timur bendung gerak Serayu, yakni di Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, juga terdapat sebuah wisata religi berupa "Langgar Jimat Kalisalak" yang merupakan tempat penyimpanan berbagai pusaka peninggalan Sultan Amangkurat I.
Sementara dari arah Wangon menuju Baturaden, dapat ditemui sebuah objek wisata alam berupa Curug Cipendok yang berada di Kecamatan Cilongok dan Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman di Kecamatan Karanglewas serta Museum Bank Rakyat Indonesia di Purwokerto.
Setelah menikmati berbagai keindahan alam, wisatawan dapat berburu makanan khas melalui wisata kuliner.
Berbagai pusat jajanan atau makanan khas dapat dengan mudah dijumpai seperti tempe mendoan dan keripik di daerah Sawangan yang berada tak jauh dari Museum BRI maupun gethuk goreng yang berada di Sokaraja (jalur Purwokerto-Banyumas).
Sebagai kenang-kenangan, wisatawan dapat berburu kain batik khas Banyumas yang banyak dijual di Sokaraja dan Banyumas.
(Sumarwoto/FB/ant)
Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved