Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Taman Fatahillah yang morat-marit

Format : Artikel

Impresum
Pradaningrum Mijarto - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas.com: Senin, 6 April 2009 | 11:48 WIB
http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/04/06/11483369/taman.fatahillah.yang.morat-marit.

Isi:

KOMPAS.com — Selama ini, adakah pihak yang memerhatikan dan peduli pada masalah kebersihan dan ketertiban di kawasan Taman Fatahillah hingga ke sepanjang Jalan Pintu Besar Utara? Yang dimaksud Warta Kota tentu tak hanya pihak terkait, seperti unit pelaksana teknis (UPT) yang ada di seputaran kawasan itu, pemilik/pengelola bangunan, dan jajaran kelurahan. Mereka seharusnya sudah gemas melihat kondisi seputaran taman. Tapi rasa gemas saja, itu pun kalau ada, tak akan menyelesaikan masalah. Perlu aksi nyata yang segera untuk menyelamatkan taman berbiaya miliaran rupiah itu dari tingkah polah warga yang memanfaatkan kawasan tersebut.

Ulah pengguna kawasan di situ membuat si kawasan berakhir menjadi sampah besar, "kamar kecil" super luas, lahan berasyik masyuk gratisan, parkir motor, "kamar tidur", dan satu lagi yang baru dimulai, tembok museum—juga tembok bangunan lain—menjadi ajang vandalisme. Pendeknya, teraniaya, begitulah kira-kira. Apalagi di akhir pekan, di mana jumlah warga yang mampir ke tempat ini berlipat-lipat jumlahnya.

Warta Kota sempat mencuri dengar ucapan syukur demikian, "Alhamdulillah, ujan. Biar enggak banyak yang kemari. Sampah juga udah kebawa air." Sebuah ucapan syukur yang wajar, khususnya jika melihat polah warga yang berkunjung.

Warga yang melepas semua nilai-nilai kesantunan saat berada di wilayah publik. Dengan enteng, mereka menyebar sampah, mengotori tembok dengan tulisan-tulisan norak, maaf, mengencingi kawasan yang dilestarikan itu. Taman Fatahillah bukan lahan parkir motor, bukan pula hostel gratis.

Pemanfaatan kawasan itu untuk syuting video klip, iklan, atau syuting-syuting yang lain juga menambah kumuh kawasan. Jumat (3/4), menjadi contoh paling buruk menurut Warta Kota. Syuting Indosat Kejar Mobil menggunakan lahan itu untuk kebut-kebutan mobil.

Masuklah ke bagian dalam Museum Sejarah Jakarta (MSJ), langsung menuju ke bagian penjara bawah tanah. Perhatikan tembok di sana. Coretan asal dari jari-jari iseng milik pengunjung yang tak bertanggung jawab menghiasi gedung yang belum lama ini dicat ulang. Di bagian samping, di sisi Jalan Lada, tembok MSJ juga sudah mulai terisi coretan-coretan iseng.

Jika soal penggunaan taman lantas ada yang berkelit, itu milik publik, itu betul. Tapi tentu mereka harus belajar lebih banyak, menggali wawasan. Kawasan publik di Taman Fatahillah adalah kawasan yang spesial. Ada yang berbisik, "Soalnya kurang taman di Jakarta." Sekali lagi betul, tapi tidak lantas memberi hak pada warga untuk bertingkah laku seenaknya. Cek saja taman publik mana yang bebas dari sampah pengunjung tak bertanggung jawab.

Barangkali perlu segera dipikirkan keberadaan WC umum di kawasan Kota Tua, khususnya di kawasan Taman Fatahillah sebagai pusat berkumpulnya warga. Pengetatan aturan dalam banyak hal juga sudah mendesak, pembatasan kawasan taman supaya hanya orang saja yang bisa masuk ke taman juga hal lain yang mendesak.

Menyebar tempat sampah menjadi daftar aksi mendesak lainnya. Pengawasan terhadap jari-jari iseng yang akan mengotori tembok bangunan-bangunan bersejarah, dan yang satu ini yang barangkali agak sulit, membatasi masuknya skater amatiran yang malah merusak lantai andesit dan lantai MSJ akibat bantingan skateboard.

Tanggung jawab keberlangsungan tempat-tempat bersejarah adalah tanggung jawab semua warga, bukan hanya pemerintah. Semoga warga yang mengunjungi kawasan Kota Tua semakin bertanggung jawab atas tingkah polah mereka. Semoga pemerintah terkait juga tak berlama-lama turun tangan menyelamatkan kawasan yang sudah dipercantik dengan anggaran miliaran rupiah ini.

WARTA KOTA

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved