Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Kari Lam, kari yang tak medok

Format : Artikel

Impresum
Pradaningrum Mijarto - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Jumat, 10 Juli 2009 | 15:55 WIB
http://www.kompas.com/readkotatua/xml/2009/07/10/15552637/kari.lam.kari.yang.tak.medok

Isi:

KHAZANAH kuliner di kawasan Pancoran, Jakarta Barat, seakan tak ada habisnya. Masih banyak warisan kuliner yang belum diketahui banyak orang, khususnya warga Jakarta dan sekitarnya atau malah sudah terlupakan. Pernah dengar Kari Lam? Buat sebagian orang barangkali ini sama saja seperti bicara soal masa lalu. Sementara sebagian lain, nama itu terdengar tak biasa.

Suatu waktu ada seorang teman bertanya sambil mengernyitkan dahi, "Kari Lam? Apa itu? Kari? Lam-nya apa?" Ini memang menu kari, kuah santan dengan campuran banyak rempah yang asalnya dari India. Kari berasal dari bahasa Tamil, biasanya kari dimakan dengan nasi putih.

Lantas apa itu Lam? Lam tak lain adalah kependekan dari Alam, si pemilik kari yang awalnya berdagang di Medan. "Karena Bapak saya namanya Alam, jualan kari, pula. Orang kalau tanya, kari yang mana? Itu, Kari Lam," cerita Akiong, putra almarhum Alam. Maka nama Kari Lam pun menempel lekat hingga kini, meski yang meneruskan tak lagi bernama Alam melainkan Akiong.

Kari Lam punya kisah yang cukup panjang semenjak dari Medan. Di Jakarta, tepatnya di kawasan Pancoran, sudah 36 tahun Kari Lam memberikan warna lain pada khasanah warisan kuliner di kawasan Pecinan Jakarta ini.

Mencari tempat ini mudah saja, dari Jalan Pancoran masuklah ke Gang Gloria hingga bertemu pertigaan. Begitu terlihat pertigaan, begitu juga terlihat warung Kari Lam ini. Tempat ini juga mudah dijangkau dari gang di Jalan Pintu Besar Selatan. Dari sini, tempat ini ada di sisi kanan tak jauh dari mulut gang.

Tempat ini buka setiap hari dari pk 09.00 sampai pk 17.00 tapi sekitar pukul 14.00, bisa jadi persediaan ayam di tempat ini sudah ludes. "Memang paling laku kari ayam," begitu pengakuan Akiong. Maklum saja, ayam yang digunakan di sini ayam kampung jadi rasanya memang lebih enak dibandingkan ayam broiler. Untuk melahap kari, tersedia nasi putih atau bihun Medan sebagai teman. Bisa juga tanpa keduanya jika memang ingin menikmati kuah kari dengan daging ayam atau sapi saja.

Semangkuk kari ayam (dengan jeroan) atau sapi dengan nasi atau bihun harganya Rp 19.000. Begitu masuk, pesan langsung. Akiong sendiri yang akan meracik semangkuk kari buat pengunjung. Dengan gunting, ayam yang sudah direbus dipotong kecil-kecil. Dipisahkan dari tulang-belulang. Kemudian ditambahkan kentang dan diguyur kuah kari. Demikian pula dengan kari daging. Daging dicampur urat kaki sapi ditambah kentang dibenamkan dalam kua kari.

Tambahan lain tentu saja bihun atau nasi. Menurut Akiong, di Medan ada perbedaan antara pria dan wanita. "Kalau di Medan, biasanya cowok lebih suka makan pakai nasi. Cewek lebih suka pakai bihun. Kalau di Jakarta, dua-duanya lebih suka makan pakai nasi. Saya enggak tahu kenapa," ujarnya.

Bicara perkara cita rasa, masih menurut pria berkacamata ini, sejak ayahnya pertama kali berjualan kari di Medan, menu yang tersedia memang sapi dan ayam. "Sudah begitu, kari kami ini tidak terlalu medok. Soft, jadi enggak eneg," tandas putra satu-satunya almarhum Alam ini.

Akiong tentu saja tak sekadar bicara, kari ini memang tak seperti yang terbayangkan. Kental. Eneg. Bahkan bagi yang bukan penggemar makanan berkuah santan dan rempah, kuah kari ini terasa nikmat diseruput sampai habis. Kari ayam dengan jeroan terasa lebih pas dan tak terlalu berat dibandingkan kari daging. Apalagi kalau ingin ditambah nasi atau bihun. Begitu masuk mulut, rasa rempah langsung menyebar.

Meski sudah membuka beberapa cabang, namun Kari Lam di Gang Gloria ini masih yang paling banyak dikunjungi dan dicari. Alasannya tentu karena di sinilah pertama kali Kari Lam ada serta kawasan ini komplit dengan segala jenis makanan baik yang berat maupun ringan. "Langganan saya juga banyak yang dari Pontianak, Jambi, Manado, Palembang, Pekanbaru. Mereka yang tahu Kari Lam-lah," ujar Akiong.

Selain di Pancoran, kari ini ada di pusat jajan Mangga Dua Square dan Muara Karang (belakang Toyota). Untuk Muara Karang, warungnya buka pk 09.00-pk 15.30 saja.

WARTA KOTA

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved