Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library
Format : Artikel
Impresum
-
: , 2009
Deskripsi
Sumber:
Kompas: Senin, 7 September 2009 | 03:56 WIB
http://www.kompas.com/read/xml/2009/09/07/07081016/Angkutan.Kota.Masih.Semrawut
Isi:
Jakarta, Kompas - Pelayanan angkutan umum perkotaan di Indonesia, terutama di Jakarta, masih semrawut sehingga kualitas hidup di kota semakin rendah. Saatnya kini pemerintah harus menunjukkan kemauan politik yang kuat, konsisten, dan berkelanjutan merevitalisasi angkutan publik.
Namun, untuk hal itu pun pemerintah terlebih dulu harus mempunyai cetak biru transportasi perkotaan. Cetak biru berisi rencana penataan transportasi kota yang mempunyai roh, visi, dan misi yang konsisten, berbasis masyarakat, dan ada ruang untuk publik terlibat dalam perencanaannya. Jenis transportasinya pun harus berkelanjutan. Cetak biru itu belum pernah ada.
Masalah ini mengemuka dalam lokakarya jurnalistik tentang Revitalisasi Angkutan Perkotaan di Jakarta, Sabtu (5/9). Hadir sebagai pembicara adalah guru besar transportasi UGM, Danang Parikesit, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Bambang Susantono, dan Wakil Ketua Urban Transport Forum Harya Setyaka.
Ketiga pembicara mengingatkan, transportasi perkotaan di kota-kota di Indonesia, terutama di Jakarta, sangat buruk. Akibat rendahnya kualitas layanan angkutan umum, warga pun beralih menggunakan kendaraan pribadi khususnya roda dua. Perilaku ini memicu kemacetan, boros, dan mencemari udara.
Danang yang juga Ketua Dewan Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM mengingatkan, angkutan perkotaan di Indonesia menghabiskan 6-8 persen produk domestik bruto (PDB) kota. Transportasi juga mengakibatkan besarnya biaya kesehatan masyarakat, yakni 1-2 persen dari PDB kota.
Sebanyak 20-40 persen pengeluaran rumah tangga tersedot untuk transportasi. Orang miskin mengeluarkan biaya lebih banyak dari orang kaya. Transportasi kota menyumbang 30 persen kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Di negara maju, kematian terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas justru terjadi di luar kota.
Harya mengatakan, revitalisasi angkutan umum di Jakarta sudah dimulai, yakni dalam bentuk bus transjakarta. Namun, hingga saat ini, angkutan umum massal berbasis bus ini belum sepenuhnya diurus dengan baik dan benar. Meski konsepnya baik, pelaksanaannya belum maksimal. Publik harus terus mendorong pemerintah memajukan angkutan publik berbasis bus ini.
Bambang menegaskan, pengelolaan transportasi berbasis masyarakat dapat menciptakan keseimbangan sosial, ekonomi, dan ekologi di kota. MTI akan menyampaikan sejumlah rekomendasi bagi pemerintah yang baru, antara lain tentang perlunya dana alokasi khusus bagi daerah dan kota dalam mengelola angkutan publik perkotaan. (CAL)
Subject :
Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved