Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Metamorfosis Lamongan

Format : Artikel

Impresum
- : , 2008

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Selasa, 26 Agustus 2008 | 03:00 WIB
http://www.kompas.com/lipsus082008/daendels_read/2008/08/26/01512926/metamorfosis.lamongan

Isi:

Pemandangan monoton pesisir pantai dengan panas yang menyengat di sepanjang Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) di pesisir utara Pulau Jawa bagian timur perlahan berubah saat memasuki wilayah Lamongan. Dua obyek wisata yang berada persis di tepi jalan yang dibangun Gubernur Jenderal HW Daendels, 200 tahun silam ini, seolah menjadi oase menyegarkan.

Wisata Bahari Lamongan (WBL) serta Maharani Zoo dan Goa Lamongan (Mazoola) yang posisinya berseberangan menjadi daya tarik mencolok di jalur penghubung Tuban dan Gresik. WBL yang luasnya mencapai 17 hektar ini menawarkan 41 wahana permainan bahari ataupun sekadar hiburan pelepas penat.

Penampilan luar WBL dengan warna mencolok semula terkesan sedikit "norak" dengan alat-alat permainan yang sederhana. Namun, kebersihan dan konsep yang ditawarkan bisa menghibur pengunjung, terutama detail-detail yang menawan.

Sebagai contoh, permainan Rumah Sakit Hantu yang dari sisi peralatan minimalis diperkuat detail mengejutkan pemacu adrenalin, seperti tempat penyimpanan mayat yang tiba-tiba terbuka disertai bau anyir. Mazoola juga menampilkan konsep unik dengan mengusung unsur edukasi, seperti menyediakan Diorama Satwa dan Gems Stone Gallery.

Kedua obyek wisata ini belum lama berdiri. WBL baru memasuki tahun ke-4, sedangkan Maharani Zoo dan Goa diresmikan 25 Mei 2008. Pembangunan dua obyek ini menjadi salah satu titik balik Lamongan yang bahkan mulai ditinggalkan setelah jalur poros utama mulai beralih ke jalur tengah yang lebih lebar.

"Pada tahun 2007 lalu kunjungan wisata ke Lamongan mencapai 1,9 juta orang dengan kontribusi ke pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 9 miliar. Kunjungan wisatawan sampai dengan bulan Juni 2008 di WBL, Makam Sunan Drajat, dan Waduk Gondang sebanyak 882.847 orang. Rinciannya, di WBL 729.993 orang, Makam Sunan Drajat 119.415 orang, dan wisata air waduk Gondang 33.439," kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Kabupaten Lamongan Aries Wibawa.

Adapun target kontribusi terhadap PAD selama tahun 2008 dari WBL, Makam Sunan Drajat, dan Waduk Gondang serta usaha pariwisata lainnya dipatok sebesar Rp 9,446 miliar. Rinciannya, WBL Rp 9 miliar, makam Sunan Drajat Rp 312,900 juta, Waduk Gondang Rp 130,487 juta, dan usaha pariwisata lainnya Rp 3 juta.

Potensi pesisir utara

Barangkali terobosan yang dilakukan Lamongan bisa memberi inspirasi bagi daerah lain untuk mengembangkan potensinya. Dahulu Lamongan tidak terlalu dikenal dan bahkan termasuk daerah yang kurang berkembang. Akan tetapi, lima tahun terakhir daerah ini berkembang pesat dan menjadi bahan studi banding pemerintah daerah kabupaten lain.

Lamongan sempat mendapat citra negatif saat warganya, Amrozi, Ali Ghufron, dan Ali Imron, terlibat kasus bom Bali tahun 2001. Saat itu ada pelesetan "Lamongan Kota Tahu Campur" dipelesetkan menjadi "Lamongan Kota Tahu Campur Teroris".

Munculnya WBL dan Mazoola menjadi ikon baru bagi Lamongan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Lamongan selama lima tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Bila dicermati, pengembangan Lamongan lebih dititikberatkan di wilayah Lamongan utara. Seolah wilayah pantura menjadi "anak emas" sehingga terlihat ada kesenjangan dengan wilayah selatan, mulai dari berdirinya industri hingga soal infrastruktur.

Namun, menurut Bupati Lamongan Masfuk, pengembangan sementara ini memang diprioritaskan di pantura karena potensinya bisa dikembangkan lebih dulu. Kawasan pantura Lamongan merupakan kawasan strategis. Kawasan berupa laut dengan kedalaman 6-10 meter dan tidak terganggu abrasi cocok untuk pengembangan pelabuhan.

Selain itu, sebagian kebutuhan infrastruktur sudah lama tersedia, juga telah ada potensi wisata lokal, seperti Pantai Tanjung Kodok, Kompleks Gua Maharani, dan Wisata Ziarah Makam Sunan Drajat.

Sejumlah perusahaan dikembangkan di kawasan jalur pantura, khususnya di wilayah Brondong dan Paciran. Sedikitnya ada delapan perusahaan, di antaranya PT Hasil Aneka Tani Nelayan Indonesia dan PT Enam Delapan Sembilan dengan jenis usaha cold storage. PT Bumi Lamongan Sejati mengembangkan WBL, Mazoola, dan Tanjung Kodok Beach Resort. PT Lamongan Integrated Shorebase (LIS) atau PT Eastern Logistik mengembangkan manajemen kepelabuhanan serta melayani kebutuhan gas dan minyak. PT Lintech Duta Pratama mengembangkan usaha industri pabrikasi, PT Omya Indonesia bergerak di bidang industri kalsium karbonat. Sementara dua perusahaan lain, yakni PT Dok Pantai Lamongan dan PT Dok dan Perkapalan Surabaya, mengembangkan dok, perbengkelan, dan galangan kapal.

Upaya untuk menarik investor bukan perkara mudah karena potensi Lamongan selama ini kurang dikenal. Karena itu, Masfuk menekankan soal perlunya kemudahan pengurusan perizinan. Bahkan, di Lamongan dirancang peraturan daerah tentang investasi. "Ini bukan sekadar menawarkan memberikan izin yang mudah, tetapi kami harus pintar-pintar ngglenik (melobi). Kadang untuk meyakinkan investor harus dilakukan pembicaraan berkali-kali sampai yakin benar," kata Masfuk.

Untuk meyakinkan investor, Masfuk menyatakan bahwa masyarakat Lamongan sangat adaptif terhadap perubahan dan pekerja keras. Hal itu dibuktikan dengan masyarakat perantau asal Lamongan yang sukses di luar daerah. "Kami berpikir kenapa tidak mengembangkan daerah sendiri?" kata Masfuk.

Masfuk menambahkan, nantinya juga akan dikembangkan potensi di wilayah tengah dan selatan. Wilayah pantura dikonsentrasikan untuk pariwisata perikanan dan industri. Adapun di wilayah tengah diperuntukkan bagi perdagangan, seperti rencana pembangunan pusat perbelanjaan di pusat Kota Lamongan dan pusat agrobisnis di Babat. Sedangkan wilayah selatan diprioritaskan untuk pengembangan pertanian dan seni budaya, seperti tarian Caping Rancak.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Lamongan, pertumbuhan ekonomi Lamongan terus naik. Pada tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Lamongan 3,68 persen. Setahun berikutnya naik menjadi 4,47 persen. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi Lamongan mencapai 5,76 persen.

Pertumbuhan ekonomi tersebut diiringi dengan produk domestik bruto yang terus meningkat. Pada 2003 produk domestik bruto Lamongan mencapai Rp 4,263 triliun, pada 2004 sebesar Rp 4,711 triliun. Pada 2007, jumlahnya meningkat lagi menjadi Rp 6,806 triliun.

Selain itu, Lamongan berupaya meningkatkan ekspor. Jumlah eksportir dan nilai ekspor selama tiga tahun terakhir juga menunjukkan peningkatan. Pada 2005 tercatat 35 unit dengan nilai Rp 27,399 miliar. Pada tahun 2006 meningkat menjadi 41 unit senilai Rp 34,832 miliar. Pada 2007 kembali meningkat mencapai 49 unit dengan nilai Rp 35,289 miliar.

Perkembangan pembangunan tidak bisa serta-merta dilihat dari angka-angka ekonomi yang spektakuler. Biasanya dampak ekologis terhadap keseimbangan alam kurang diperhatikan. Dalam beberapa pengembangan industri di wilayah pantura, ada perbukitan di sekitar pantai yang dikepras dan ada pula yang diuruk. Bagian pantai juga ada yang direklamasi dan ada karang-karang yang dicor. Sementara bagian alami stalagmit dan stalagtit terpaksa dihilangkan dengan alasan demi kenyamanan pengunjung. Padahal, karang dan ornamen gua terbentuk selama ratusan tahun dan berfungsi penting dalam menjaga keseimbangan daya dukung lingkungan.

Apa pun, metamorfosis Lamongan terus ditunggu hasilnya untuk rakyat. Bukan hanya sekarang, melainkan juga untuk jangka panjang. (aci/nel/gal)

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved