Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Hah, Berwisata ke Tempat Sampah

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Minggu, 8 November 2009 | 11:01 WIB
http://www.kompas.com/read/xml/2009/11/08/11011477/hah.berwisata.ke.tempat.sampah

Isi:

BANJARBARU, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Tata Ruang Kota Banjarbaru, Ogi Fajar Nuzuli, membuka wacana menjadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Hutan Panjang menjadi tempat wisata dan rekreasi.

"Wacana menjadikan TPA Hutan Panjang sebagai tempat wisata memang sengaja kami angkat agar masyarakat mengetahui, TPA bukanlah tempat menakutkan yang dipenuhi sampah maupun barang buangan lain," ujarnya, Minggu (8/11).

Wacana itu muncul setelah melihat kondisi geografis kawasan sekitar TPA yang nyaman dan indah dipandang mata, karena berlatar panorama alam pegunungan Meratus sehingga cocok dijadikan kawasan wisata alam.

Selain pemandangan yang indah, TPA yang terletak di Jalan Transad Gunung Kupang, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru berbatasan dengan Desa Mandi Angin Barat, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar juga ditata sehingga tampak asri dan menarik.

Di depan gerbang TPA ditanami bunga hias aneka jenis dan warna membentuk taman, dan di sepanjang sisi ruas jalan mulai tumbuh pohon peneduh jenis Ketapang.

"Jadi, bagi yang pernah datang ke sana, seakan-akan merasa bukan memasuki kawasan TPA yang kurang nyaman karena dipenuhi sampah dan bau busuk, tetapi justru merasa datang ke tempat wisata yang teduh dan asri dihiasi pemandangan alam yang indah," ungkapnya.

Dari sisi pengelolaan, TPA yang semula luasnya hanya 10 hektar tetapi kini bertambah menjadi 40 hektar itu, dikelola dengan baik, karena tanah bekas timbunan sampah sudah diolah menjadi pupuk organik.

Selain mampu menghasilkan pupuk organik, pengolahan beraneka jenis sampah juga menghasilkan pupuk cair yang bisa dimanfaatkan untuk menyirami tanaman terutama sayuran yang sudah dibudidayakan di areal setempat.

Pihaknya juga tengah menjajaki kerja sama dengan penanam modal yang berminat mengembangkan budidaya perikanan memanfaatkan areal sekitarnya termasuk pengembangan tanaman perkebunan seperti pisang dan jagung.

Jika kerja sama itu terjalin, masyarakat setempat yang jumlahnya mencapai 150 KK akan diajak menggarap. Mereka juga diberi keahlian bercocok tanam padi menggunakan pupuk organik tanpa pestisida yang produktivitas dan harga jual lebih mahal dibanding beras.

"Sudah ada penanam modal yang berminat dan tengah penjajakan untuk menjalin kerjasama. Jika semua konsep itu terwujud dan terealisasi di lapangan, pelan-pelan baru dipromosikan kawasan TPA sebagai tempat yang cocok baik untuk wisata maupun rekreasi," katanya.

BNJ

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved