Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Kiat Malaysia Menggarap Turis Indonesia

Format : Artikel

Impresum
- : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Selasa, 18 Agustus 2009 | 08:52 WIB
http://www.kompas.com/read/xml/2009/08/18/0852329/kiat.malaysia.menggarap.turis.indonesia

Isi:

JAKARTA, KOMPAS.com — Malaysia tidak memerlukan waktu yang lama untuk membangun sektor pariwisatanya menjadi seperti saat ini. "Malaysia tidak perlu waktu lama. Khusus untuk pasar Indonesia, Malaysia serius menggarap sejak tahun 2003," kata Managing Director Bloomingdale Worldwide Partners (Advertising dan Communication Malaysia Tourism Board) Mudi Astuti di Kuala Lumpur, akhir pekan lalu.

Ia mengatakan, pada 2003 chairman Malaysia Tourism Board (MTB) datang ke Indonesia untuk menyurvei target pasarnya. Saat itu, sudah sekitar 1 juta turis Indonesia yang bertandang ke Malaysia untuk melancong. "Waktu itu MTB diberi target oleh Pemerintah Malaysia agar mendatangkan minimal 3 juta turis dari Indonesia per tahun," katanya.

MTB saat itu bergerak sangat agresif dan melakukan pendekatan kepada agen-agen pariwisata di Indonesia yang "menjual" Malaysia sebagai paket perjalanan tur mereka. Para agen difasilitasi, diberi solusi, dan diberi insentif yang memungkinkan iklim pasar kian kondusif.

Gandeng maskapai dan perbankan

"Mereka kumpulkan semua maskapai penerbangan yang mengakses Malaysia dan dipertemukan dengan travel agen sehingga memungkinkan ada harga promosi khusus selama tiga bulan penuh," katanya.

Perbankan juga digandeng untuk mendanai program tersebut, termasuk sebagai bentuk penetrasi pasar segmen nasabah bank.

Saat itu, MTB mampu mengembangkan paket promosi wisata yang luar biasa diminati, yakni buy one get one free paket wisata ke Malaysia. "Pada 2004, iklan mulai dipasang di koran nasional Indonesia, dan tidak sampai pukul 10.00, paket tur ludes," katanya.

Menurut Mudi, Malaysia telah sukses mengatasi persoalan kanal marketing dalam bisnis pariwisatanya. Oleh karena itu, pada 2008, misalnya, Negeri Petronas itu telah mampu mendatangkan wisman asal Indonesia mencapai 3 juta pengunjung.

Brand

Negeri jiran juga sudah memiliki brand destinasi yang kuat, Truly Asia, yang penuh komitmen, filosofis, mampu memperkuat citra negara, hingga sanggup menarik semakin banyak calon pengunjungnya.

Saat ini, kata Mudi, Malaysia tidak lagi berkutat dengan rantai marketing tradisional dalam pariwisata (yang hanya melibatkan pelaku pariwisata), tetapi telah melibatkan pelaku sektor lain terjun ke dalamnya.

"Mereka libatkan sektor lain, produsen elektronik atau yang lain, sehingga saat ini paket wisata ke Malaysia mungkin saja promonya bukan tiket gratis lagi, tapi berhadiah handphone, televisi, atau yang lain," katanya.

Indonesia

Menurut Mudi, pada dasarnya Indonesia juga tidak perlu waktu lama untuk membangun sektor pariwisatanya sehingga mampu menyaingi atau bahkan melebihi Malaysia.

Indonesia, katanya, memang masih menghadapi carut-marut kanal pemasaran pariwisata. Namun, bila hal itu mampu diatasi, tidak menutup kemungkinan sektor pariwisata akan berkembang semakin pesat.

Ia mengatakan, sebenarnya budget yang minim bukan persoalan utama karena asal mau mulai bergerak membenahi kanal pemasaran, dana seminim apa pun tidak menjadi masalah serius. "Fokus pada 10 negara target utama pasar, itu saja cukup," katanya.

Ia mencontohkan, untuk mendatangkan satu turis diperlukan dana minimum 2,5 dollar AS sehingga setidaknya diperlukan Rp 30 miliar untuk mendatangkan turis 1,2 juta orang per negara. "Indonesia harus yakin bisa karena potensinya besar, tapi memang harus ada hal-hal yang dibenahi," katanya.

Untuk tahun ini, Depbudpar menggandeng Bloomingdale Worldwide untuk menggarap promosi pariwisata Indonesia, khususnya ke Malaysia, dengan target mampu mendongkrak jumlah wisman Malaysia ke Indonesia mencapai 1,2 juta.

MBK

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved