Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

Pariwisata Maluku : Menyambung Asa yang Terputus

Format : Artikel

Impresum
Agung Setyahadi - : , 2008

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Jum\'at, 15 Agustus 2008 | 03:00 WIB
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/15/01411232/menyambung.asa.yang.terputus

Isi:

Pantai Amahusu, yang biasanya disandari perahu semang dan speedboat nelayan, pada akhir Juli berubah elegan karena disandari kapal-kapal pesiar peserta Darwin-Ambon Yacht Race yang berlangsung 26 Juli-4 Agustus. Nuansa Teluk Ambon yang diapit deretan perbukitan menjadi lebih segar dengan hadirnya kapal-kapal layar mewah itu.

Wisatawan mancanegara (wisman) yang berjalan-jalan di kota membawa kenangan masyarakat Ambon kembali pada masa jaya pariwisata Maluku. Ambon pernah menjadi idola wisata di kawasan timur Indonesia (KTI). Setiap tahun sekitar 14.500 wisman dari Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika datang berkunjung. Predikat daerah tujuan wisata itu terpuruk seiring konflik yang pecah tahun 1999.

Asa menjadikan Ambon sebagai ikon wisata kelas dunia itu nyaris menjadi kenyataan jika tidak ada konflik sosial. Asa itu kini mulai dihidupkan kembali. Agenda wisata andalan yang pernah ada perlahan-lahan dihidupkan kembali, salah satunya lewat Darwin-Ambon Yacht Race.

Lomba perahu layar yang menempuh jarak 600 mil laut ini sempat menjadi kegiatan membanggakan pemerintah daerah dan peserta lomba. Peserta harus mengalahkan tantangan ombak laut Maluku yang terkenal ganas dan menguji kemampuan sebagai pelaut ulung. Peserta yang ikut lomba berkisar 80-100 yacht.

Darwin-Ambon Yacht Race merupakan pengganti Darwin-Dili Yacht Race (1973-1974) saat Timor Timur masih dikuasai Portugal. Enam yacht memulai pelayaran pertama menuju Dili, Timor Timur (sekarang Timor Leste), tahun 1973. Pelayaran itu sukses dan peserta bertambah menjadi 24 yacht tahun 1974. Tahun berikutnya, 60 yacht mendaftar, tetapi lomba dibatalkan menyusul krisis keamanan di Timor Timur.

Komunitas Darwin Sailing Club kemudian mengalihkan rute pelayaran mengelilingi Kepulauan Bathurst dan Melville di utara Darwin. Rute itu menempuh jarak 360 mil laut yang merupakan ujian kemampuan navigasi dan berlayar.

Kunjungan ke Ambon para peserta pada 1976 merupakan awal kegiatan Darwin-Ambon Yacht Race. Rute Darwin-Ambon menempuh jarak 600 mil laut dengan tantangan yang lebih berat.

Pelayaran pertama itu sukses besar dan menjadi buah bibir di komunitas yacht. Mereka memuji keramahan masyarakat Maluku, pemandangan alam yang memesona, keanekaragaman budaya, dan tentu saja kuliner Ambon. Petualangan yang tak boleh dilewatkan.

Lomba perahu layar ini kemudian menjadi sangat populer dan diikuti banyak peserta. Ambon menjadi gerbang wisata menuju kawasan timur Indonesia. Para peserta biasanya melanjutkan pelayaran ke Manado, Ternate, dan Halmahera. Ada juga yang ke selatan menuju Pulau Buton, Wakatobi, Makassar, Pulau Komodo, dan Bali.

Darwin-Ambon Yacht Race yang semula hanya lomba kecil-kecilan berubah menjadi festival besar. Di Darwin kegiatan ini dikemas menjadi festival tahunan dengan persiapan yang serius. Peliputan oleh media massa dan perlombaan dilaporkan setiap hari oleh beberapa stasiun radio di Darwin.

Sambutan di Ambon juga tidak kalah meriah dengan atraksi budaya dan kesenian Maluku. Para tamu disambut dengan ramah layaknya sanak yang datang dari jauh. Mereka disuguhi hiburan kesenian dan aneka kuliner Maluku.

Sayang sekali, lomba ini harus dihentikan tahun 1998 karena situasi keamanan Maluku yang memburuk. Padahal, peserta yang mendaftar sudah mendekati 100 yacht. Pada tahun 1999 kerusuhan melanda Ambon dan kemudian merembet ke pulau-pulau lain di Maluku. Lomba pun terhenti selama sembilan tahun.

"Pada 2006 kami mulai mendekati komunitas yacht di Darwin untuk memulai lagi pelayaran Darwin-Ambon. Kemudian empat yacht melakukan survei dengan rute Darwin- Saumlaki-Ambon," ujar Ape Watratan, Kepala Dinas Pariwisata Maluku.

Dari survei itu, rute Darwin-Saumlaki menjadi event tersendiri dan berlangsung hingga sekarang. Darwin-Ambon Yacht Race mulai digelar lagi tahun 2007, diikuti delapan kapal. Namun, hanya lima perahu yang sampai Ambon karena dua yacht berbelok ke Kupang dan satu yacht mengalami kecelakaan. Peserta tahun 2008 ada 17 yacht, ditambah dua yacht non-kompetisi yang sebelumnya mengikuti Darwin-Saumlaki Yacht Race.

Sambutan pada waktu itu cukup meriah, tetapi belum dikelola dengan baik. Pelayanan di tempat menginap Hotel Tirta Kencana, misalnya, perlu dibenahi karena ada keluhan sarapan belum siap pada pukul 08.00 WIT. Meja-meja juga belum dibersihkan sehingga kurang nyaman bagi wisatawan.

Acara hiburan cukup menarik dengan kesenian tradisional, seperti tarian dan nyanyian. Penampilan sederhana dan menarik perhatian wisman. Kenang-kenangan berupa kapal dari buah cengkeh menjadi buah tangan yang pas, sayang masih dikemas seadanya dengan bungkus kardus. Berbagai kekurangan itu diimbangi dengan penyediaan layanan imigrasi di lokasi kedatangan perahu.

Wayne Huxley, peserta Darwin Ambon Yacht Race, mengaku sangat senang bisa berkunjung lagi ke Ambon. Ia berharap kegiatan ini bisa terus berlangsung dan ramai peserta seperti dulu.

Posisi Ambon untuk menjadi pintu gerbang wisata di KTI akan semakin mantap jika jalur timur Sail Indonesia dibuka. Saat ini baru ada lima yacht yang melakukan survei jalur timur untuk Sail Indonesia. Simpul- simpul di Maluku antara lain Saumlaki, Tual, Banda, Saparua, dan Ambon. Peserta Sail Indonesia akan melanjutkan pelayaran ke Ternate, Manado, Mamuju, Parepare, dan bertemu dengan peserta jalur barat di Makassar. Indonesia Sail diikuti pelaut dari Australia dan negara-negara di Eropa serta Amerika.

"Peserta Indonesia Sail untuk jalur barat ada 121 yacht. Kita ingin sedot mereka ke Ambon," ujar Watratan.

Satu kendala yang harus dituntaskan adalah membangun kepercayaan calon wisatawan domestik dan mancanegara terhadap keamanan di Maluku. Watratan mengaku, sebagian besar wisman belum percaya terhadap keamanan di Maluku. Ia berharap lomba perahu layar Darwin-Ambon bisa mengubah persepsi wisman. Watratan juga bersyukur travel warning dari Belanda dan Amerika telah dicabut.

Posisi Ambon sebagai pintu gerbang wisata ke KTI sudah di depan mata. Para wisatawan berperahu yacht yang singgah di Ambon bisa melanjutkan pelayaran ke berbagai tempat eksotis di KTI. Jika membuka peta Indonesia, dari Ambon perjalanan bisa diteruskan ke Pulau Seram, Buru, Manado, Tolitoli, Mamuju, Makassar, Selayar, Banda, Saumlaki, Tual, Ternate, Tidore, Halmahera, Morotai, Kepulauan Raja Ampat, Teluk Cendrawasih, dan Jayapura.

Potensi ini sangat menjanjikan dan perlu digarap serius guna meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Promosi wisata Maluku butuh digenjot supaya popularitas surga wisata bahari ini kembali terangkat.

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved