Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library
Format : Artikel
Impresum
-
: , 2009
Deskripsi
Sumber:
Kompas: Kamis, 7 Mei 2009
Isi:
Dana (60), pengemudi perahu penyeberangan (compreng) di Pelabuhan Cilauteureun, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, sangat antusias saat diminta nengantarkan kami menuju Pulau Santolo, Kecamatan Pameingpeuk Sambil mendayung perahu, dia bercerita, semasa penjajahan Belanda ayahnya pernah bekerja di Dermaga Santolo.
"Saat masih muda, ayah saya mengaku ikut kerja rodi mengagkut karet dengan gerobak dari Cilauteureun menuju Dermaga Santolo, terus menaikkan ke perahu. Lalu karet diangkut ke tengah laut untuk dipindahkan ke kapal yang lebih besar milik Belanda," kata Dana.
Pulau Santolo yang hanya berjarak 100 meter dari Cilauteureun menjadi salah satu urat nadi perekonomian yang dibangun kolonial Belanda di wilayah selatan Jawa Barat. Di pulau seluas lima hektar itu ada sebuah dermaga sepanjang 100 meter dengan lebar 50 meter yang mampu menampung 50 perahu berkapasitas angkut lebih kurang lima ton.
Dermaga itu dibangun pada tahun 1910. Selain itu, dibangun pula sebuah jembatan penyeberangan yang menghubungkan Cilauteureun dan Pulau Santolo, serta beberapa gudang besar untuk menampung karet. Hal itu untuk melancarkan pengiriman karet dari wilayah selatan Jawa Barat menuju Belanda.
"Menurut cerita orangtua, kakek dan nenek kami, selama penjajahan Belanda, suasana di Pamengpeuk dan Santolo sangat ramai. Jadi, peran strategis Santolo dan Cilauteureun sudah ada zaman Belanda, tetapi kini terabaikan," kata Ade Suryana (52), pemilik kios dan waning di Pulau Santolo.
Karet di Garut selatan
Perkebunan di selatan Jawa Barat mulai dibangun pemerintah kolonial pada awal 1900. Komoditas yang dikembangkan adalah karet, kina, dan teh.
Pada tahun itu dibangun perkebunan karet seluas 7.984 hektar di Cikelet yang dikelola orang Inggris. Tiga tahun kemudian di Cisompet dibuka perkebunan seluas 3.659 hektar oleh orang Belanda dan Italia.
Tahun 1910 di bangun perkebunan karet Gunung Gajah di Pameungpeuk seluas 664 hektar oleh Inggris. Empat tahun berikutnya, Belanda mendirikan perkebunan Mira Mare seluas 4.627 hektar di Cibalong. Tahun 1928, dibangun perkebunan karet seluas 345 hektar di Cilaut oleh Orang Inggris.
Total perkebunan karet di garut selatan saat itu sekitar 17.000 hektar. Wilayah tersebut terkenal sebagai salah satu daerah penghasil karet di Jabar. Karena itu, Dermaga Santolo berperan strategis.
Memasuki masa kemerdekaan, areal perkebunan karet di wilayah tersebut makin luas. Saat ini mencapai 96.268 hektar dengan produksi lembaran karet rata-rata 5.470 ton per tahun.
Di sisi lain, keberadaan Dermaga Santolo mulai terabaikan karena karet diangkut lewat jaIan darat ke Jakarta dan kota lain.
Rehabilitasi hanya dilakukan sekali, yakni tahun 1990. Itu pun kurang mempertimbangkan kekuatan arus dan ombak sehingga konstruksi dermaga tidak bertahan lama. Tanggul dermaga pun kini mulai rusak.
Subject :
Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved