Welcome to Pusat Dokumentasi Arsitektur Library

Artikel Detail

"Tremway" Mundur ke "Busway"

Format : Artikel

Impresum
Mulyawan Karim - : , 2009

Deskripsi
Sumber:
Kompas: Senin, 25 Mei 2009

Isi:

Bus transjakarta tak kunjung bisa jadi kebanggaan warga Jakarta. Meski pembangunan prasarananya sudah berlangsung tak kurang dari lima tahun, moda angkutan umum yang disebut bus rapid transit (BRT) itu belum juga beroperasi penuh. Dari 10 koridor atau jalur yang direncanakan, baru di Koridor I (Blok M-Kota) dan beberapa koridor lain sudah beroperasi sesuai rencana.

Jauh sebelum ada busway, Jakarta sebetulnya sudah pernah memiliki sarana angkutan umum massal yang tak kalah canggih, yakni tramway. Sampai akhir tahun 1950-an trem listrik ini beroperasi di lima lin (dari kata Belada lijn, jalur) yang saling berhubungan. Lin yang terpanjang adalah Lin 1, yang melayani rute antara Kampung Melayu-Pasar Ikan melalui Jatinegara Timur, Matraman, Salemba, Kramat, Pasar Senen, Jalan Veteran, Harmoni, Jalan Gajah Mada, Glodok, Kota, Taman Fatahillah, dan Jalan Cengkeh.

Menurut Firman Lubis dalam buku Jakarta 1960-an, kelima lin trem listrik ini menghubungkan beberapa tempat penting di Jakarta. "Oleh karena itu, peran trem sebagai alat transportasi umum sangat vital dan strategis. Banyak rakyat biasa yang menggunakan trem karena praktis dan murah," kata Lubis, dokter medis penulis buku sejarah terbitan 2008 itu.

Dalam Jaarboek van Batavia, Buku Tahunan Kotaparaja Batavia, 1927, ada penjelasan bahwa fasilitas lalu lintas lokal di ibu kota Hindia Belanda itu dilayani oleh Perusahaan Trem Uap Hindia Belanda (Nederlandsch Inilische Tramweg Maatschappij) dan Perusahaan Trem Listrik Batavia (Bataviasche Elactrische Tramweg Ma­atschappij). Rupanya, sebelum semuanya digantikan oleh trem listrik, sampai tahun 1927 trem uap yang sudah ada sejak 1881 masih ikut dioperasikan di sebagian lin trem Batavia, termasuk di Lin I Yang disebut di atas.

Lin-lin lainnya adalah Lin 2 (Menteng-Ilarmoni lewat Willemslan/Jalan Perwira), Lin 3 (Menteng-Vrijmetselaarweg/Jalan Budi Utomo lewat Jalan Perwira), Lin 4 (Menteng-Harmoni lewat Tanah Abang), serta Lin 5 (Jalan Budi Utomo-Harmoni lewat Jalan Perwira).

Juga disebutkan, kecuali terintegrasi dengan jalur-jalur trem lain, pelayanan trem di jalur Jatinegara-Pasar Ikan juga dilengkapi halte yang dibangun di sepanjang lintasan itu. Trem-trem di jalur ini beroperasi mulai pu­kul 06.00 hingga pukul 19.00. Tidak ada trem yang dioperasikan pada malam hari, kecuali jika ada acara perayaan besar yang digelar di pusat kota Batavia (Jakarta Kota).

Gagalnya trem kuda

Fasilitas transportasi umum massal tramway bahkan sudah dimiliki di Batavia sejak tahun 1869. Namun, di pertengahan abad ke-19, saat teknologi mesin uap belum ditemukan, gerbong-gerbong trem ditarik dengan tenaga kuda. Tentang trem pertama di Batavia itu, Tio Tek Hong, warga peranakan China yang sudah hidup di akhir abad ke-19 dan masih mengalami zaman trem kuda, bercerita bahwa trem itu adalah sebuah kereta panjang yang berjalan di atas rel dan ditarik tiga atau empat ekor kuda. Kusirnya dilengkapi terompet yang ditiup sebagai tanda, saat melintas di jalan raya.

Seperti trem uap yang kemudian jadi penerusnya, tram kuda juga melayani trayek Kota Intan (Pasar lkan)-Jatinegara. Jalur operasi lainnya adalah Pasar Ikan-Tanah Abang.

"Tramway ini dimulai di Kota Intan sehingga di Harmoni (Rumah Bola) dan di sinilah jalan tramway terpecah dua: rail yang satu menerus ke Tanah Abang dan rail yang lain ke Pasar Baru, Lapangan Banteng, Pasar Senen, Kramat terus ke Jatinegara, seperti trem listrik sekarang," kata Tio Tek Hong dalam bukunya, Keadaan Jakarta Tempo Doeloe (1959)

Trem kuda berjalan di atas rel berupa parit kecil di mana roda-rodanya masuk ke dalam. Gerbong trem cukup besar dan dapat memuat sampai 40-an penumpang. Jika ada penumpang yang akan naik atau turun, kondektur membunyikan lonceng untuk memberi tahu kusir, yang lantas memutar tuas rem.

Tarif dari Kota Intan sampai Kramat 10 sen dan karcis dari Kramat sampai Jatinegara juga 10 sen. Trem beroperasi dari pukul 05.00-20.00. Setelah membayar, penumpang diberi karcis bercap dengan nomor jalur, yang harus dikembalikan saat hendak turun. Namun, trem kuda tak berumur panjang. Mulai 1881 perannya digantikan oleh trem uap berbahan bakar batu bara. Trem kuda dihapus. Sebuah koran berbahasa Belanda yang terbit pada masa itu pernah memberitakan, kuda penarik trem di Batavia banyak yang mati karena kelelahan.

Hal itu memaksa perusahaan pengelola transportasi umum membangun sejumlah terminal tempat penggantian kuda. Selain itu, kuda-kuda penarik trem juga sering berak sembarangan sehingga mengotori jalan.

Trem listrik mulai dioperasikan pada 1899 dan secara bertahap menggantikan trem uap yang sudah ketinggalan zaman. Tramway listrik ini terus bertahan hingga akhir zaman kolonial, sebelum akhirnya dihapus sama sekali dari daftar moda transportasi umum Jakarta pada 1959.

Adalah Presiden Soekarno yang berkeras menghapuskan trem dari bumi Jakarta. Menurut budayawan Betawi, Alwi Shahab, ketika sarana angkutan umum populer itu hendak digusur, Wali Kota Sudiro memohon pada Bung Karno agar jalur trem antara Jatinegara dan Senen tetap dipertahankan. Tetapi, Soekarno menolak dengan alasan trem tidak cocok bagi kota seperti Jakarta. la lebih setuju dibangun jaringan kereta api bawah tanah atau metro sebagai sarana angkutan umum massal di Ibu Kota. Padahal, di banyak negara maju keberadaan trem tetap dipertahankan bahkan dikembangkan, sebagai sarana transportasi umum yang utama.

Copyrights © 2016 Pusat Dokumentasi Arsitektur. All rights reserved